Banyak pelaku usaha ritel memilih untuk beralih ke model bisnis ritel online untuk menekan dampak yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Bagaimana tidak, dengan adanya berbagai imbauan serta aturan dari pemerintah, misalnya saja dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar, angka penjualan yang dialami oleh tiap-tiap bisnis bisa dikatakan menurun. Pun demikian, di antara bisnis-bisnis lainnya, bisnis ritel merupakan salah satu bisnis yang paling terdampak, mulai dari segi produksi, distribusi, dan terutama pemasaran.
Menghadapi hal tersebut, berbagai alternatif dan model bisnis pun mulai dicoba untuk menekan risiko bisnis mengalami kebangkrutan. Terlebih lagi, pandemi ini terus berlangsung hingga memasuki bulan Ramadhan, waktu di mana bisnis ritel umumnya mengalami kenaikan penjualan karena banyaknya pelanggan yang melakukan pembelian. Oleh karena itu, bagi kamu para pemilik usaha yang bergerak di bisnis ritel, jangan putus asa untuk mempertahankan usahamu.
Beberapa pemilik usaha memilih untuk memangkas pengeluaran
Matahari Department Store merupakan salah satu bisnis yang melakukan cara ini. Anjloknya angka penjualan sama artinya dengan berkurangnya pemasukan. Oleh karena itu, tidak masuk akal jika sebuah bisnis tetap mempertahankan pos pengeluaran yang sama dengan saat angka penjualan berjalan normal. Matahari, misalnya, memutuskan untuk menutup seluruh gerai yang dimiliki sekitar 14 hari selama pandemi. Dengan menutup gerai, pos-pos pengeluaran pun dapat dipangkas dengan harapan gerai kembali dibuka di akhir bulan Ramadhan ketika banyak orang berbelanja baju lebaran. Pihak manajemen Matahari juga memberlakukan pemotongan gaji karyawan dengan pengurangan jam kerja atau merumahkan karyawan.
Beberapa memilih untuk mengganti produk yang dipasarkan
Meski situasi COVID-19 berdampak pada semua lini bisnis, tetapi ada beberapa bidang usaha yang masih diperlukan dan angka penjualannya justru cenderung meningkat. Tesco misalnya, sebuah perusahaan ritel yang bermain dengan produk-produk kebutuhan sehari-hari, justru melaporkan adanya peningkatan angka penjualan di masa-masa awal pandemi karena banyak orang yang memborong kebutuhan sehari-hari sebagai persediaan di rumah untuk menghadapi pandemi.
Beberapa bisnis lokal juga melihat adanya potensi untuk produk-produk medis, dan mulai meluncurkan beberapa produk edisi terbatas terkait dengan brand yang ingin diusung. Boulter, sebuah bisnis produk dan aksesori motor dari kulit, misalnya, mulai giat memasarkan masker kulit produksinya. Beberapa pelaku usaha yang belum mengusung merek tertentu juga mengadopsi cara ini, banting setir dari awalnya merupakan pedagang pakaian menjadi penjual masker kain.
Memaksimalkan model bisnis online
Baik mengalihkan produksi menjadi item yang dibutuhkan maupun memangkas pos-pos pengeluaran, cara-cara tersebut tentunya tak menjawab persoalan pertama terkait cara untuk memastikan pemasaran dapat dilakukan untuk mempertahankan angka penjualan. Untuk mengatasi masalah tersebut, bisnis online pun dimanfaatkan sebagai jawaban yang solutif.
Aldi, sebuah jaringan supermarket terbesar di Jerman, untuk pertama kalinya melayani pembelian barang-barang kebutuhan harian secara online. John Lewis, sebuah pusat perbelanjaan besar di Inggris, juga meluncurkan situs web khusus untuk membantu pelanggan membeli barang-barang yang mereka butuhkan secara online. Tak hanya bisnis yang berbasis di luar negeri saja yang mulai mempertimbangkan model bisnis online, di dalam negeri pun pelaku usaha ritel juga sudah mulai melakukan uji coba pemasaran digital. Bagaimanapun juga, momen berpuasa di bulan Ramadhan serta lebaran tentu sayang untuk dilewatkan. Jadi, jika bisnis ritel online mampu menjawab tantangan tersebut, kenapa tidak?