Ketahui 5 Tips Mengendalikan Cash Flow Bisnis Selama Krisis

Ditulis oleh Nisa Destiana

article thumbnail



Jangankan dalam situasi ekonomi yang menantang, dalam kondisi ekonomi yang menjanjikan pun, pengelolaan cash flow bukanlah hal mudah. Maka dari itu, wajar saja bila banyak pemilik usaha yang kesulitan mengelolanya pada masa krisis akibat COVID-19 ini.

 

Rata-rata usaha kecil hanya memiliki cash untuk menutupi operasional bisnis selama satu bulan. Padahal, minimal bisnis memiliki dana untuk cadangan operasional 3-6 bulan ke depan jika ingin aman.

 

Selama pandemi, pengelolaan dana tersebut pasti menjadi lebih sulit. Karena pendapatan berkurang, pengelolaan gaji, biaya operasional, dan biaya lainnya bisa terasa lebih menantang. Karena itu, kami coba merangkum tips mengelola cash flow bagi para pemilik usaha.

 

Memotong biaya operasional saat krisis

Bila krisis yang terjadi akibat pandemi ini menurunkan pemasukan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memotong biaya operasional. Namun, bagaimana cara memangkas operasional tanpa memengaruhi bisnis secara keseluruhan?

 

Mulailah dari menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh bisnis, mulai dari gaji, biaya sewa, suplai bahan baku, dan lain-lain. Kemudian, pertimbangkan biaya mana yang paling krusial bagi bisnis.

 

Dalam situasi normal, kamu mungkin sulit memutuskan untuk memotong biaya operasional. Akan tetapi, pada situasi darurat tentu kamu perlu memiliki cara pandang yang berbeda.

 

Sebab itu, kamu perlu mengoptimalkan dana untuk pembelanjaan yang pasti akan menyokong penjualan atau mendatangkan keuntungan. Tunda dulu pengeluaran yang tidak esensial seperti renovasi gerai atau penambahan karyawan.

 

Jika kamu saat ini menyewa kantor, tetapi karyawan sedang work from home, pertimbangkanlah untuk menerapkan sistem remote selama situasi belum pulih. Dengan begitu, kamu bisa menghemat operasional karena tidak harus membayar biaya sewa.

 

Selain itu, kamu juga dapat menghemat biaya dengan menghentikan iklan berbayar untuk sementara waktu. Di sisi lain, manfaatkanlah tool pemasaran gratis yaitu media sosial.

 

Ajukan relaksasi utang

Umumnya, biaya-biaya tetap merupakan beban paling berat bagi bisnis, terutama di tengah situasi yang serba tidak menentu. Seperti yang telah diketahui, selama masa krisis akibat COVID-19 ini pemerintah telah mengimbau pemberlakuan relaksasi.

 

Jadi, kamu bisa coba mengajukan relaksasi kepada bank jika bisnismu memiliki pinjaman modal dari bank. Apabila disetujui, bank bisa memberikan bentuk relaksasi yang beragam. Misalnya, penundaan pembayaran cicilan, pembayaran pokok utang saja, ataupun pengurangan bunga pinjaman.

 

Bagi kamu yang diberi kredit oleh pemasok, hal serupa juga berlaku untuk utang kepada supplier. Biar bagaimanapun, pemasok juga menggantungkan bisnisnya kepada konsumen, salah satunya bisnismu, sehingga sangat mungkin untuk dilakukan negosiasi.

 

Ajukanlah relaksasi utang walaupun tidak terlalu panjang. Kelonggaran selama beberapa minggu saja memberi ruang bagi bisnis untuk menyiapkan dana.



Menyesuaikan strategi untuk mendatangkan pendapatan

Adanya penurunan arus kas memaksa kamu untuk memeriksa keseluruhan proses bisnis, termasuk fokus dan strategi bisnis. Inilah saatnya kamu mempertimbangkan langkah untuk mendatangkan pendapatan, meskipun cara tersebut sebelumnya tidak ada dalam rencana.

 

Misalnya, bagi kamu pemilik kedai kopi yang semula fokus pada penjualan paket promo dine in, mungkin perlu mempertimbangkan peralihan ke ranah digital. Optimalkan kerja sama dengan layanan pesan antar, merambah penjualan di e-commerce, ataupun menambah produk yang lebih potensial di situasi saat ini.

 

Percepat penerimaan uang

Karena masalah yang dihadapi adalah terhambatnya arus kas, makin cepat uang diterima, makin cepat pula persoalan tersebut teratasi. Belajar dari Tesla, mempercepat penerimaan uang tampaknya cukup efektif.

 

Tesla sendiri melakukannya dengan cara membuka pre order. Nah, untuk bisnis dengan produk yang bisa menerapkan sistem pra pesan, cara ini layak dicoba. Dengan demikian, kamu bisa segera menerima uang dan terjadi perputaran kas.

 

Namun, bagi bisnis yang tidak bisa menerapkan sistem pre order, kamu dapat menjual voucher langganan. Contohnya, kamu memiliki usaha menjual sayuran segar yang sudah mulai menerapkan sistem penjualan online. Kamu bisa menjual voucher senilai 150 ribu rupiah dan pelanggan berhak berbelanja lima kali dengan nominal masing-masing 30 ribu rupiah.

 

Pada setiap pembelanjaan, pelanggan cukup menunjukkan voucher tersebut sebagai pengganti pembayaran. Cara ini memang cukup berisiko, tetapi selain mempercepat penerimaan cash, cara ini juga tetap berpotensi mendatangkan keuntungan.

 

Pertama, kamu tentu akan memperoleh keuntungan dari margin atau selisih harga. Potensi keuntungan lainnya, kuota lima kali belanja tersebut, belum tentu konsumen memakai seluruhnya. Hal serupa dapat kamu terapkan dalam bisnis car wash, salon, ataupun kafe dan restoran.

 

Mencari tambahan modal

Apabila keempat cara di atas masih belum bisa mengatasi persoalan arus kas yang kamu hadapi, mungkin kamu memang membutuhkan suntikan dana tambahan. Bagi pemilik usaha kecil, mencari tambahan modal usaha memang tidak mudah.

 

Banyak bisnis terkendala dengan portofolio yang masih terbatas sehingga sulit memperoleh kepercayaan dari investor. Namun, saat ini pelaku usaha mulai bisa mencari pinjaman modal dari bank melalui program-program khusus.

 

Umumnya, program khusus tersebut memberikan keringanan prosedur dan kebijakan yang memihak pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah. Misalnya, bunga pinjaman yang rendah serta tenor yang disesuaikan dengan kemampuan pemilik usaha. 

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo