Sepeda sebagai salah satu sarana olahraga, telah lama sekali dikenal orang. Meskipun di awal penemuannya, pada tahun 1800-an, sepeda digunakan sebagai sarana transportasi.
Pada tahun 1815, Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat mengalami erupsi hebat. Saking besarnya letusan tersebut, abunya sampai ke benua Eropa dan Amerika. Pada masa itu, kuda merupakan alat transportasi utama. Akibat langit yang diselimuti abu dan suhu meningkat, banyak sekali kuda yang mati.
Karl Drais, seorang berkebangsaan Jerman, berhasil menggabungkan dua buah roda dan dihubungkan dengan kayu. Agar dapat bergerak, kaki penumpang harus digerakkan. Saat menemui jalan yang turun, kaki harus naik, sebab masa itu tentu saja belum ditemukan pedal rem. Inilah cikal bakal sepeda yang kita kenal hari ini.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, bentuk sepeda pun terus berubah. Bentuk yang paling mutakhir adalah yang kita lihat masa kini. Pergeseran yang terjadi di dunia sepeda bukan hanya pergeseran bentuk, melainkan juga fungsi.
Mulanya sebagai alat transportasi, kemudian menjadi sarana olahraga. Dan hari ini, bersepeda sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Cukup banyak orang yang menggandrungi sepeda, layaknya hobi pada umumnya, termasuk para pendiri Tikum Bike.
Hobi tersebut pun kian spesifik, mengerucut hingga jenis dan merek sepeda. Seperti bisnis yang satu ini misalnya, adalah spesialis sepeda Brompton.
Brompton, sepeda mewah yang banyak diminati
Saat mendengar namanya, mungkin tidak semua orang tahu tentang sepeda yang satu ini. Meskipun belakangan ini, tepatnya sejak tahun 2018, nama sepeda Brompton kian mencuat.
Brompton merupakan merek sepeda lipat asal Inggris. Model sepeda ini pertama kali diciptakan pada tahun 1975 oleh Andrew Ritchie, seorang sarjana teknik berkebangsaan Inggris.
Ritchie yang senang bersepeda ketika itu, merasa kesulitan untuk memasukkan sepeda konvensional ke dalam apartemennya. Apartemen tersebut menghadap ke Brompton Oratory di South Kensington, London. Akhirnya, ia berinovasi dan terciptalah model sepeda lipat dengan ukuran 28x60x60 cm saja. Pada tahun 1981, model tersebut pun mulai diproduksi untuk kepentingan komersial dan diberi merek Brompton.
Sepeda Brompton memiliki beberapa varian. Setang sepeda misalnya, dapat diganti tergantung preferensi dan posisi badan pengendara. Tujuannya, agar pengguna dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan.
Material pun dapat dipilih. Apakah pengguna ingin menggunakan material baja atau gabungan baja dengan titanium alloy, atau alumunium alloy yang sangat ringan?
Tak hanya itu, transmisi kecepatan pun dapat diatur. Sebab Brompton menyediakan speed gear atau transmisi kecepatan mulai dari gigi satu hingga gigi enam. Aksesoris yang sifatnya opsional pun dapat ditambahkan. Sebagai contoh, jika kamu tidak ingin terkena cipratan genangan air saat bersepeda, kamu bisa menambahkan mudguards.
Dengan fitur yang sangat beragam dan dapat dipersonalisasi, wajar saja bila kamu harus merogoh kocek agak dalam jika ingin memiliki sepeda yang satu ini. Di samping itu, proses pembuatan yang dilakukan secara hand made juga turut berperan melambungkan harga. Untuk memiliki sepeda Brompton ini, setidaknya kamu perlu menyiapkan bujet antara 37 juta sampai 60 juta rupiah.
Tikum Bike, dari hobi menjadi bisnis
Bagi kamu, para penggila sepeda Brompton, rasa-rasanya nama Tikum Bike sudah tidak asing lagi. Mereka melayani jual beli sepeda Brompton, termasuk suku cadangnya.
Tak hanya itu, layanan yang dikenal dengan spa and service juga tersedia di sana. Kamu dapat memperbaiki dan merawat sepeda Brompton kesayanganmu. Sejauh ini, dari berbagai testimoni yang diunggah di laman Instagram Tikum Bike, layanan yang diberikan tidak pernah mengecewakan.
Mungkin sebagian dari kamu bertanya-tanya, mengapa hanya jenis sepeda Brompton yang dilayani di sana? Sebab para pendirinya memang memiliki hobi bersepeda dan spesifik menggunakan sepeda Brompton.
Jadi, ini memang sebuah bisnis sampingan yang bermula dari hobi.
Setelah mengambil #langkahmajoo, laporan bisnis Tikum Bike jadi praktis
Seperti kebanyakan bisnis yang berawal dari hobi, para pendiri awalnya tidak terlalu memikirkan terkait sistem yang harus diterapkan, alat bantu yang perlu digunakan, serta hal terkait manajerial lainnya.
Hingga suatu ketika, tim majoo berkunjung ke lokasi Tikum Bike di Jl. Ciranjang No. 25, Jakarta Selatan. Segala fitur majoo disampaikan, mulai dari fitur absensi hingga laporan keuangan.
Seperti yang disampaikan oleh Reva, selaku Store Leader, setelah ditinjau secara mendalam, fitur yang diberikan majoo sangat cocok bagi bisnis mereka. Mereka pun memutuskan untuk mengambil #langkahmajoo.
Secara khusus, laporan penjualan yang disediakan dalam bentuk grafik dianggap sangat memudahkan proses evaluasi dan pemantauan bisnis. Apalagi seluruh data tersebut dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Proses pemantauan bisnis pun jadi terasa lebih mudah dan praktis.
Mengingat peminat sepeda Brompton di Indonesia semakin bertambah dari waktu ke waktu, adanya sistem yang dapat membantu proses transaksi dengan fitur kasir online, memantau manajemen karyawan melalui fitur absensi, serta menyediakan berbagai laporan melalui fitur laporan keuangan, membuat operasional bisnis menjadi jauh lebih sederhana. Tidak ada lagi keribetan yang dialami dalam menjalankan bisnis sehari-hari.
Bagi kamu, para pemilik bisnis, apakah kamu masih kesulitan mengelola operasional bisnis sehari-hari? Jika jawabannya iya, mungkin ini saatnya untuk kamu ikut mengambil #langkahmajoo.