'Konsumen adalah Raja', istilah ini sudah sangat sering terdengar di dunia bisnis. Para pelaku bisnis dituntut untuk selalu bisa memberi pelayanan terbaik kepada konsumen. Pelayanan ini dilakukan dengan bersikap ramah, selalu tersenyum, informatif, dan sabar dalam menghadapi konsumen. Jika tidak dilayani dengan baik, maka konsumen akan meninggalkan produk atau jasa yang ditawarkan tersebut dan pelaku bisnis pun akan mengalami kerugian.
Tapi mengapa sampai bisa muncul istilah 'Konsumen adalah Raja'? Kemungkinan terbesar hal ini didasarkan pada hak-hak konsumen yang sudah umum kamu ketahui.
Beberapa di antaranya adalah:
Konsumen berhak untuk memilih dan mendapatkan produk atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Konsumen berhak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang kondisi dan jaminan produk atau jasa yang dibeli.
Konsumen berhak untuk mendapatkan perlakukan dan pelayanan yang benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
Konsumen berhak untuk didengar pendapat dan keluhannya terkait produk atau jasa yang sudah dibeli.
Konsumen berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, jika produk atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan semestinya.
Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam penggunaan produk maupun jasa.
Dari enam poin di atas bisa kita lihat bahwa memang hak para konsumen dijunjung tinggi dalam dunia bisnis. Konsumen adalah nyawa bisnis, bila tidak ada konsumen maka bisnis yang kamu jalankan tidak akan maju.
Memang benar adanya bahwa dasar keberhasilan para pelaku bisnis ada di tangan konsumen. Persaingan dunia bisnis yang semakin tinggi menuntut pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen dan hal ini tidak bisa dibantah oleh pelaku bisnis. Lalu apakah semua konsumen dianggap raja oleh pelaku bisnis?
Definisi seorang raja adalah penguasa yang bisa memerintahkan apa saja dan itu harus ditaati. Jika para pelaku bisnis benar-benar menganggap konsumen adalah raja dan selalu menuruti semua permintaan dan kemauan dari konsumen, maka jangan salahkan jika suatu saat bisnis itu akan kolaps.
Sebaiknya jangan samakan konsumen dan raja, karena keduanya punya definisi yang jauh berbeda. Jika ada konsumen yang salah, maka silakan ditegur saja. Tidak perlu sungkan dan takut asalkan teguran dari kamu masih menggunakan kalimat yang sopan dan tidak terkesan menyerang konsumen. Karena pebisnis selayaknya tetap menerapkan sistem dan peraturannya sendiri. Dan sebuah peraturan yang sudah berjalan dalam dunia bisnis sepatutnya ditaati oleh pelaku bisnis maupun konsumen.
Seiring perkembangan zaman, jargon 'Konsumen adalah Raja' memang sudah tidak relevan lagi. Bahkan Hermawan Kartajaya yang merupakan co-writer dari buku Marketing 4.0: From Products to Customers to the Human Spirit menyebutkan bahwa 'Konsumen adalah Kawan'. Karena bila konsumen lebih dianggap sebagai kawan, maka derajat pelaku bisnis dan konsumen akan menjadi sama. Baik pelaku bisnis maupun konsumen memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Jadi, benar-benar dibutuhkan timbal balik yang seimbang dari kedua belah pihak.
Jadi apakah konsep 'Konsumen adalah Raja' itu masih berlaku? Bisa. Tapi hanya berlaku untuk para konsumen yang menghargai pemilik bisnis dan menganggap mereka adalah raja juga.