Bukan rahasia lagi, generasi muda saat ini memiliki perspektif dan pendekatan berbeda terhadap hidup dan pekerjaan. Banyak di antaranya yang tak lagi menganggap bekerja di perusahaan besar merupakan suatu kebanggaan.
Tak sedikit anak muda yang mengkritisi cara-cara perusahaan mengelola bisnisnya. Banyak juga yang termotivasi untuk memiliki bisnis sendiri dan berencana menjalankannya dengan cara-cara berbeda.
Baca juga: Menjadi Wirausaha: Inilah Hal yang Jarang Dibicarakan!
Bagaimana cara anak muda mengelola bisnisnya di masa kini? Berikut ini beberapa poin yang mungkin patut juga diperhatikan oleh para pemilik perusahaan yang masih memegang teguh pendekatan pengelolaan bisnis yang dinilai konservatif hari ini.
Fokus pada Skill dan Talent
Pendidikan tentu merupakan faktor penting yang bagi kemampuan dan wawasan seseorang. Wajar saja bila di setiap pengumuman job vacancy, terdapat ketentuan latar belakang pendidikan.
Akan tetapi, kenyataan di lapangan, seseorang mungkin mempunyai keterampilan yang mumpuni untuk suatu posisi, walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang tersebut.
Umumnya, perusahaan tidak menerima calon karyawan tersebut sebab secara administrasi tidak memenuhi kualifikasi latar belakang pendidikan.
Ternyata para pemilik bisnis muda kini cukup banyak yang menerapkan pendekatan berbeda. Alih-alih mencantumkan latar belakang pendidikan, tak sedikit yang mencantumkan keterampilan yang dibutuhkan sebagai persyaratan saat merekrut karyawan.
Untuk membuktikan klaim calon karyawan, biasanya pemilik atau manajemen perusahaan memberikan tes terkait keterampilan tersebut. Dengan metode ini, rekrutmen karyawan dianggap lebih efektif dan mendukung goal bisnis.
Tentu saja tidak semua profesi dapat diperlakukan seperti di atas. Sebagai contoh, tenaga kesehatan murni harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.
Konektivitas adalah Peluang
Salah satu skill generasi muda saat ini ialah mengelola informasi dan menjalin komunikasi melalui pemanfaatan teknologi. Kita bisa melihat bahwa hampir semua anak muda terhubung dengan akses informasi dan berkomunikasi dengan rekannya secara konstan.
Kian hari, akses informasi kian vital bagi bisnis. Berbeda dengan generasi sebelumnya, para pebisnis muda melihat fenomena ini sebagai sebuah peluang.
Oleh generasi sebelumnya, anak-anak muda dianggap memiliki komitmen yang lebih rendah terhadap organisasi bisnis. Dalam arti, mereka mungkin tidak akan menghabiskan separuh usianya untuk bekerja di satu perusahaan.
Namun, generasi ini mempunyai kepercayaan diri, keyakinan, dan konektivitas yang jauh lebih baik.
Kuncinya terletak pada menemukan calon tim dengan value yang sesuai dengan bisnis. Mereka akan bekerja dengan penuh keyakinan, kreativitas, serta resourceful sehingga mendorong bisnis lebih maju.
Bukan Kompetisi, Melainkan Kolaborasi
Memang benar, dunia bisnis merupakan dunia yang kompetitif. Menariknya, para pebisnis muda sangat menikmati kesempatan untuk belajar dan berbagi pengetahuan.
Alih-alih menyikapi bisnis sebagai sebuah kompetisi sengit, para pebisnis muda justru giat berkolaborasi untuk maju bersama. Tidak heran bila kamu melihat pebisnis muda berbagi secara terbuka di forum-forum atau platform media sosial terkait tips mengelola bisnis mereka.
Jika sebagian besar pengusaha berpengalaman menyimpan rapat rahasia sukses mereka, kecuali saat sudah benar-benar di puncak, pebisnis muda tak sungkan berbagi dengan rekannya ketika sama-sama berproses membangun bisnis.
Terlepas dari opini-opini yang menganggap cara tersebut menghambat, ternyata bisnis-bisnis baru yang kolaboratif berkembang cukup pesat.
Berorientasi pada Hasil
Salah satu pendekatan berbeda dari para pebisnis muda ialah mereka sangat berorientasi pada hasil. Sekarang, makin banyak bisnis yang tidak memiliki kantor dan memperbolehkan karyawannya bekerja dari mana saja selama ada outcome yang jelas.
Di banyak perusahaan, kehadiran atau data absen mungkin masih dianggap penting. Pemilik bisnis dari angkatan terdahulu mungkin menganggap karyawan yang tidak datang ke kantor pasti tidak bekerja. Jika tak didesak oleh pandemi, mungkin sebagian besar perusahaan masih bertahan dengan cara konvensional.
Work from home didorong oleh situasi pandemi. Namun, di luar itu, sebetulnya sudah banyak pebisnis muda yang bekerja dengan virtual office karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil.
Baca juga: Work From Home Bukan Kendala, Kelola Tim dengan Aplikasi Ini
Mengoptimalkan Pemanfaatan Teknologi
Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di era internet, anak-anak muda di generasi sekarang tentu sangat lekat dengan teknologi. Maka dari itu, pengelolaan bisnis pun tak lepas dari pemanfaatan teknologi.
Adaptasi dan transformasi yang tak mudah bagi generasi sebelumnya. Bahkan, tak sedikit bisnis yang akhirnya perlu gulung tikar karena tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Para pebisnis muda sepenuhnya diuntungkan sebab generasi mereka tidak menemui tantangan berarti dalam adaptasi dengan teknologi.
Berkat pemanfaatan teknologi, pemilik bisnis hari ini banyak menerapkan cara-cara baru dibandingkan generasi sebelumnya, mulai dari operasional harian bisnis hingga strategi pemasaran dikelola dengan teknologi.
Sebut saja, pengelolaan transaksi penjualan. Sebagian besar pebisnis muda sudah tidak lagi menggunakan mesin kasir konvensional, tetapi beralih ke penggunaan aplikasi point of sale (POS).
Bagaimana dengan bisnismu? Sudahkah kamu beradaptasi dengan karakter dan perubahan sudut pandang generasi muda saat ini?