Dalam bisnis, biaya yang dikeluarkan untuk operasional umumnya berubah-ubah. Nah, analisis perilaku biaya (cost behavior analysis) memungkinkan pemilik bisnis mengidentifikasi dan mengukur hubungan antara biaya dan faktor yang mendorong terjadinya perubahan biaya.
Sebagian dari kamu tentu mengetahui bahwa ada banyak faktor yang bisa mendorong perubahan jumlah biaya, mulai dari volume produksi, penjualan, hingga jam kerja. Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!
Apa yang Dimaksud Analisis Perilaku Biaya?
Secara sederhana, analisis perilaku biaya adalah analisis yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan atau bisnis untuk memahami perubahan biaya operasional sehubungan dengan adanya perubahan tingkat aktivitasi organisasi bisnis.
Biaya-biaya yang dianalisis mencakup biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya yang timbul karena pengembangan produk, dan lain-lain. Manajemen bisnis biasanya melakukan cost behavior analysis melalui fungsi biaya matematis.
Adapun fungsi biaya adalah deskripsi tentang cara suatu biaya berubah seiring perubahan tingkat aktivitas organisasi bisnis.
Sebagai contoh, bisnis A memproduksi kaus. Biaya bahan baku atau kain tentu berubah jika bisnis A yang semula memproduksi 100 kaus, bulan ini harus memproduksi 200 kaus karena tingginya permintaan.
Meskipun begitu, biaya sewa bangunan yang menjadi tempat produksi tidak berubah, terlepas dari berapa pun jumlah kaus yang diproduksi oleh bisnis A.
Dengan demikian, salah satu fungsi analisis perilaku biaya ialah membantu kamu mengelompokkan biaya-biaya. Dari penjelasan di atas, setidaknya biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran.
Lebih detail terkait kategori ini akan dibahas dalam poin klasifikasi biaya. Berikutnya, mari kita pahami terlebih dahulu pentingnya cost behavior analysis.
Mengapa Perlu Dilakukan Analisis Perilaku Biaya?
Berbicara keuangan bisnis, cost behavior analysis tentu bukan satu-satu instrumen yang diterapkan. Kamu juga mungkin mengenal analisis rasio keuangan, analisis tren, dan salah satunya cost behavior analysis.
Berbagai analisis tersebut tentu dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan ada alasan penting yang membuat bisnis perlu melakukannya. Kali ini, mari cermati: Mengapa perlu dilakukan analisis perilaku biaya?
Dasar perkiraan dan keputusan bisnis yang lebih baik
Cost behavior analysis dapat membantu manajemen atau pemilik usaha memperkirakan perubahan biaya saat tingkat aktivitas bisnis berubah. Dengan adanya perkiraan yang relatif akurat, keputusan bisnis pun cenderung lebih tepat.
Sebut saja, kamu tahu bahwa biaya pemasaran meningkat Rp2.500 untuk setiap unit produk yang terjual sejak kamu memanfaatkan iklan di Instagram. Dengan begitu, kamu bisa menghitung BEP (Break Even Point) secara akurat dan target keuntungan pun dapat disesuaikan.
Memahami dampak struktur biaya terhadap risiko dan profitabilitas
Ilustrasinya, untuk menjalankan bisnis, kamu menyewa tempat di area strategis sehingga biaya sewa (biaya tetap) yang perlu kamu keluarkan tinggi. Sementara itu, sektor bisnismu membutuhkan bahan yang jumlahnya berubah-ubah (biaya variabel) dengan harga cukup ekonomis.
Dengan kata lain, bisnismu memiliki biaya tetap tinggi dan biaya variabel rendah. Nah, kondisi ini membuat bisnis dapat memperoleh keuntungan dengan skala produksi yang lebih tinggi karena biaya variabel yang terkait langsung dengan produksi rendah.
Akan tetapi, dampak biaya tetap yang tinggi akan membuat titik impas atau BEP lebih tinggi sehingga keuntungan murni setelah seluruh investasi modal kembali mungkin akan lebih lama diterima oleh pemilik usaha.
Jadi, bisa dikatakan bahwa kondisi struktur biaya yang berbeda tentu akan memberikan dampak berbeda pula terhadap profit dan risiko bisnis. Cost behavior analysis membantu pemilik usaha atau manajemen untuk memahami dampak tersebut.
Baca Juga: Cost Benefit Analysis: Pengertian, Rumus, Tujuan
Acuan evaluasi kinerja unit bisnis, produk, atau proses
Melalui cost behavior analysis, kamu bisa membandingkan biaya aktual dengan biaya yang diharapkan berdasarkan tingkat aktivitas. Anggap saja, biaya pembelian bahan baku aktual lebih tinggi daripada jumlah biaya yang sudah dianggarkan, kamu bisa menyelidiki alasannya.
Jika ternyata permintaan produk lebih tinggi sehingga aktivitas produksi meningkat, peningkatan biaya aktual bahan baku tersebut mungkin tidak terlalu masalah. Namun, jika jumlah produksi tetap dan ada peningkatan biaya pembelian bahan baku, kamu bisa segera mengambil tindakan perbaikan.
Itulah pentingnya atau fungsi analisis perilaku biaya. Lalu, apa hasilnya? Dengan mengamati karakteristik atau perilakunya, kamu bisa mengelompokkan biaya ke dalam beberapa jenis sebagai berikut ini.
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya
Seperti telah disebutkan sebelumnya, klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya terbagi dalam tiga kelompok, yaitu biaya variabel, biaya tetap, dan biaya campuran. Meskipun begitu, ada pula yang menambahkan satu kategori, yatu biaya bertahap. Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Variable cost (Biaya variabel)
Biaya variabel atau variable cost adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan jumlah produk yang dihasilkan. Sebut saja, kamu menjalankan usaha rajutan. Jika kamu mau menghasilkan lebih banyak dompet atau topi rajut, tentu kamu perlu membeli benang lebih banyak.
Dalam konteks seperti ini, biaya pembelian benang termasuk ke dalam biaya variabel karena nominalnya fluktuatif tergantung jumlah dompet atau topi rajut yang kamu produksi.
Karena itu, biaya variabel relatif lebih mudah untuk dikendalikan. Jika kamu tidak ingin biaya variabel melebihi rentang biaya yang telah dianggarkan, jenis biaya ini bisa dikurangi dengan membatasi produksi.
Namun, dalam beberapa kasus, produksi lebih banyak barang justru dapat menurunkan harga per unit produk sebab pemasok mungkin memberikan diskon bahan baku jika kamu membelinya dalam jumlah lebih besar.
Fixed cost (Biaya tetap) dan Step cost (Biaya Bertahap)
Kategori biaya berdasarkan perilaku yang berikutnya ialah biaya tetap atau fixed cost. Berbeda dengan biaya variabel, biaya tetap adalah biaya yang konstan, tidak terpengaruh oleh perubahan jumlah barang atau jasa yang diproduksi. Biaya-biaya yang termasuk biaya tetap, antara lain biaya sewa, biaya asuransi, biaya gaji, dan pajak properti yang jumlahnya konstan.
Namun, dalam beberapa kasus, memperbanyak stok persediaan produk mungkin saja menaikkan biaya tetap. Sebut saja, dalam kasus usaha produk rajut tadi kamu membayar sewa Rp1.500.000 untuk gudang. Gudang tersebut tentu memiliki kapasitas maksimal. Jika stok persediaan melebihi kapasitas maksimal mungkin kamu perlu menyewa ruang tambahan sehingga jumlah biaya tetap bisa berubah.
Nah, perubahan biaya pada situasi tertentu seperti di atas oleh sebagian ahli keuangan dikelompokkan ke dalam biaya bertahap (step cost). Sebagai contoh, kamu perlu mengeluarkan biaya sewa tambahan sebesar Rp500.000 agar bisa memperoleh ruang ekstra untuk gudang.
Baca Juga: Mari Berkenalan dengan Fixed Cost dan Variable Cost!
Mixed cost (Biaya campuran)
Biaya campuran mengacu pada biaya yang mencakup biaya tetap dan biaya variabel. Biasanya, biaya campuran timbul ketika bisnis dikenakan biaya tetap ditambah biaya tambahan berdasarkan aktivitas.
Katakanlah bisnis produk rajutan milikmu mempunyai kontrak dengan perusahaan distribusi untuk mengangkut barang jadi.
Untuk layanan ini, sebut saja kamu membayar biaya tetap sebesar Rp500.000 per bulan terlepas dari jumlah barang yang mesti didistribusikan dengan batas maksimal 100 barang.
Perusahaan distribusi tersebut menetapkan biaya tambahan jika jumlah barang melebihi batas yang telah ditentukan dengan biaya Rp20.000 untuk setiap 10 barang.
Artinya, kamu perlu mengeluarkan biaya campuran untuk pengiriman produk jadi, yaitu Rp500.000 biaya tetap dan biaya variabel Rp20.000 per 10 barang yang melebih kapasitas pengiriman.
Jadi, mencermati suatu biaya dikeluarkan dalam jumlah tetap atau berubah seiring aktivitas bisnis merupakan salah satu cara menentukan biaya berdasarkan perilakunya.
Dengan memahami hal ini, kamu jadi lebih mudah mengatur keuangan bisnis, bukan? Tak lupa, permudah pengelolaan keuangan bisnis dengan penggunaan aplikasi POS yang dilengkapi fitur akuntansi, ya!
Sumber:
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/accounting/cost-behavior-analysis/#
https://www.linkedin.com/advice/3/why-cost-behavior-analysis-important-accounting-skills-accounting#
https://quickbooks.intuit.com/ca/resources/accounting/understanding-cost-behavior-classifications/