Kabar Tupperware bangkrut bisa dibilang sebagai salah satu kabar yang cukup mengagetkan. Bagaimana tidak, perusahaan yang dibilang sudah berdiri cukup lama ini dianggap sebagai salah satu, jika bukan satu-satunya, powerhouse dalam bisnis penyedia wadah plastik inovatif. Bukan sesuatu yang berlebihan jika kita menganggap bahwa tak ada yang menyangka bahwa perusahaan ini bisa mengalami kebangkrutan.
Pun demikian, pada September 2024, melalui perwakilan resminya, Tupperware mengumumkan kebangkrutannya dan memutuskan untuk menjual keseluruhan perusahaannya jika ada yang ingin melanjutkan, baik dengan nama yang sama atau dengan nama baru.
Sudah bukan rahasia, memang, jika dunia bisnis dianggap penuh dengan ketidakpastian. Namun, tentu tidak aneh jika kita bertanya-tanya, apa yang menyebabkan kebangkrutan sebuah bisnis yang notabene sudah cukup besar ini, sih? Kita simak sejarahnya, yuk!
Kabar Tupperware Bangkrut Kagetkan Pelanggan
Munculnya pandemi Covid-19 di akhir tahun 2019 lalu memang mengubah lanskap bisnis secara signifikan. Turunnya daya beli masyarakat dan juga dampak lain yang secara langsung disebabkan oleh pandemi memang menyebabkan bangkrutnya banyak sekali bisnis.
Sebagai penyedia produk yang menyasar konsumen akhir, Tupperware sebenarnya juga mencatatkan kerugian selama periode pandemi. Dengan turunnya angka penjualan, besarnya beban pengeluaran yang harus ditanggung oleh operasional perusahaan tidak dapat lagi ditutup oleh pendapatan yang diterima.
Pun demikian, seiring dengan berakhirnya periode pandemi secara global, daya beli masyarakat kembali meningkat, dan banyak bisnis yang selamat bertahan dari dampak tersebut. Hanya saja, situasi ini tidak dirasakan oleh Tupperware, hingga akhirnya muncul kabar Tupperware bangkrut di akhir tahun 2024 ini.
Berkebalikan dengan banyaknya bisnis yang justru kembali berkembang dan mencatatkan keuntungan setelah selesainya pandemi, kabar kebangkrutan ini jelas terasa cukup mengagetkan. Terlebih lagi, Tupperware dianggap sebagai produsen wadah plastik yang cukup ternama.
Bagaimana, sih, kisah perjalanan bisnis ini selama 78 tahun menyediakan wadah plastik inovatif bagi pelanggan? Mari kita bahas bersama-sama, yuk!
Mengenal Sejarah Bisnis Tupperware
Kabar Tupperware bangkrut jelas menjadi sorotan yang menarik, khususnya bagi para pelaku usaha yang seolah diingatkan kembali bahwa kebangkrutan bisnis bisa menimpa siapa saja, termasuk bisnis dengan skala global yang sudah cukup ternama dan dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia.
Bagi pelaku usaha yang ada di Indonesia, kabar kebangkrutan ini dirasa lebih mengejutkan lagi, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pasar terbesar Tupperware dengan nilai penjualan yang mencapai lebih dari $200.000.000 di tahun 2013.
Pertama kali didirikan pada tahun 1942, perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat bisa dibilang memiliki perjalanan bisnis yang cukup panjang, dan telah melalui berbagai periode perubahan yang berbeda, mulai dari Perang Dunia Ke-2, perang dingin antara Amerika Serikat dan Rusia, hingga kini dunia memasuki era digital.
Sejak pertama didirikan hingga akhirnya memberitakan status kebangkrutannya, produk-produk Tupperware sudah dipasarkan ke hampir seluruh negara yang ada di dunia. Dengan produk andalan berupa wadah plastik kedap udara, perusahaan ini dianggap memiliki penetrasi bisnis yang cukup baik karena mampu menembus pasar Eropa, Asia, dan juga Australia, sekalipun pertama kali didirikan di Amerika Serikat.
Siapa Pemilik Tupperware?
Penasaran siapa pemilik Tupperware? Adalah Earl Tupper yang pertama kali mencoba mengembangkan produk wadah plastik ini dari bahan polyethylene ini dan memasarkannya sebagai wadah makanan kedap udara untuk penggunaan rumah tangga sehari-hari secara publik di tahun 1946.
Di tahun 1949, Earl Tupper mematenkan metode seal burp sebagai salah satu cara untuk memastikan wadah-wadah plastik yang menjadi produknya bisa benar-benar kedap udara, sehingga dapat menyimpan makanan lebih lama.
Kini, merek Tupperware dimiliki secara penuh sebagai anak perusahaan dari Tupperware Brands Corporation, perusahaan yang dulunya bernama Tupperware Corporation.
Setidaknya, ada tiga nama yang ditunjuk sebagai direktur dari Tupperware Brands, mulai dari Rick Goings yang memimpin sejak tahun 1997, Miguel Fernandez yang ditunjuk pada tahun 2020, dan Laurie Ann Goldman yang dipilih untuk menggantikan Fernandez pada tahun 2023.
Tak sampai setahun sejak kepemimpinan Laurie Ann Goldman, Tupperware bangkrut pada tanggal 19 September 2024.
Dimana Pabrik Tupperware?
Jika kantor utama Tupperware berada di Amerika Serikat, lalu dimana pabrik Tupperware?
Sebagai sebuah perusahaan besar dengan skala operasional yang sudah mendunia, Tupperware sebenarnya memiliki sejumlah pabrik di berbagai negara, khususnya untuk negara-negara dengan nilai penjualan produk yang tinggi, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, pabrik penyedia wadah plastik inovatif yang kedap udara ini dapat kita temukan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Menariknya, sejak munculnya pandemi Covid-19 di akhir tahun 2019 lalu, pabrik yang berada di Indonesia ini sudah tidak lagi memproduksi produk baru.
Menurut Fajar Budiono, Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), seiring dengan turunnya daya beli masyarakat akibat dampak dari pandemi, nilai penjualan Tupperware juga ikut turun, sehingga produksi pun dihentikan. Dengan kata lain, produk-produk Tupperware yang saat ini beredar di masyarakat secara umum, merupakan produk-produk lama yang diproduksi sebelum periode pandemi.
Strategi Penjualan Jadi Alasan Tupperware Bangkrut
Dampak dari pandemi Covid-19 yang cukup signifikan sebenarnya bisa dibilang sebagai alasan Tupperware bangkrut yang paling utama. Namun, di luar pandemi sebenarnya ada beberapa alasan lain yang juga berkontribusi terhadap bangkrutnya perusahaan yang satu ini.
Salah satunya adalah perubahan pola konsumsi masyarakat yang tadinya memilih untuk menggunakan wadah-wadah plastik kedap udara yang lebih awet menjadi wadah-wadah plastik berbahan thinwall yang hanya bisa dipakai sekali atau dua kali saja.
Jika dibandingkan dengan produk-produk premium dari Tupperware, wadah plastik berbahan thinwall memang memiliki harga yang jauh lebih terjangkau, dan lebih sesuai sebagai kemasan untuk penjualan makanan secara langsung.
Selain itu, keunikan strategi penjualan yang dilakukan oleh Tupperware juga dirasa sebagai alasan Tupperware bangkrut di tahun 2024. Pasalnya, strategi penjualan yang dijalankan merupakan strategi konvensional dengan tenaga penjualan langsung.
Strategi ini menyebabkan produk-produk Tupperware sulit untuk ditemukan di toko-toko retail. Kegagalan untuk memasarkan produk secara retail ini lambat laun membuat Tupperware tidak lagi menjadi top of mind ketika pelanggan membutuhkan wadah plastik, mengingat di zaman yang sudah lebih modern seperti sekarang, pola konsumsi masyarakat memang cenderung berputar di sekitar bisnis retail.
Dengan strategi penjualan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, dampak pandemi yang terjadi pun memberikan pukulan yang cukup ekras bagi Tupperware, membuatnya sulit bangkit kembali, bahkan setelah pandemi selesai, tidak seperti banyak bisnis lain yang lebih adaptif dan akhirnya menjadi alasan Tupperware bangkrut.
Agar kamu dapat lebih adaptif dalam mengelola bisnismu, gunakan aplikasi majoo yang sudah dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan seperti fitur keuangan yang dapat mencatat transaksi secara tepat, akurat, dan otomatis, memberimu laporan keuangan yang komprehensif dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyusun strategi bisnis terbaik sesuai kondisi yang dihadapi.
Yuk, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Sumber:
- https://www.reuters.com/business/retail-consumer/tupperware-brands-files-chapter-11-bankruptcy-2024-09-18/
- https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/09/19/tupperware-ajukan-kebangkrutan-bagaimana-dampaknya-ke-indonesia