Di antara banyak pengeluaran bisnis, belanja modal adalah salah satu yang paling penting, karena umumnya pengeluaran ini diperlukan untuk memulai operasional bisnis itu sendiri. Jadi, ya, tentu saja benar jika dibilang belanja modal sebagai sesuatu yang penting dalam menjalankan bisnis. Pertanyaannya tentu satu: mengapa?
Nah, agar lebih jelas, langsung saja kita bahas bersama-sama segala hal terkait belanja modal, mulai dari pengertian yang dimilikinya, jenis-jenisnya, serta tentu saja cara menghitungnya! Yuk!
Pengertian Belanja Modal
Standar Akuntansi Pemerintah menjabarkan bahwa pengertian belanja modal menyangkut upaya untuk mengadakan atau membeli aset yang memiliki nilai hingga lebih dari satu periode keuangan atau satu tahun agar dapat membentuk modal. Dengan kata lain, tidak semua pengeluaran dapat digolongkan dalam belanja modal, ya!
Untuk memahaminya, ada dua kata kunci yang dijadikan acuan. Kata kunci pertama adalah membentuk modal, artinya pengeluaran yang digolongkan sebagai belanja modal bukanlah barang konsumsi yang bisa habis sama sekali dalam satu waktu.
Kata kunci yang kedua adalah memiliki nilai lebih dari satu tahun. Membeli barang-barang konsumtif tidak bisa dimasukkan dalam anggaran belanja modal karena barang-barang tersebut nilainya cenderung habis dengan cepat, baik karena dipakai atau dijual kembali.
Sebaliknya, aset-aset yang nilainya cukup panjang dan dapat digunakan untuk membentuk modal baru seperti tanah, gedung, dan bangunan bisa menjadi contoh!
Baca juga: Apa Itu Manufaktur? Apa yang Perlu Diperhatikan?
Apa yang Menjadi Kriteria Belanja Modal?
Selain dengan kedua kata kunci yang telah dijelaskan sebelumnya, sebenarnya apa yang menjadi kriteria belanja modal, sih? Ada tiga kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan apakah sebuah pengeluaran termasuk belanja modal atau bukan.
Kriteria tersebut adalah apakah aset tersebut dapat mengakibatkan adanya perolehan aset tetap dan aset lainnya. Berikutnya, pengeluaran tersebut juga tidak boleh lebih dari batasan minimal kapitalisasi aset tetap maupun lainnya. Selain itu, aset yang telah diperoleh itu tidak didapatkan dengan maksud untuk menjualnya kembali.
Apabila sebuah pengeluaran memenuhi ketiga kriteria di atas, pengeluaran tersebut dapat digolongkan sebagai belanja modal. Namun, jika ada satu saja kriteria yang tidak terpenuhi, pengeluaran tersebut tidak bisa disebut sebagai belanja modal.
Nah, sampai di sini kira-kira sudah jelas apa yang dimaksud dengan belanja modal? Langsung saja kita lanjutkan ke pembahasan berikutnya, ya!
Apa yang Dimaksud dengan Akun Belanja Modal?
Seperti yang kita ketahui bersama, setiap pencatatan transaksi dalam laporan keuangan selalu mencantumkan kode akun yang dimilikinya yang dibutuhkan untuk banyak sekali proses akuntansi. Nah, akun belanja modal juga memiliki fungsi yang sama, yaitu menunjukkan transaksi-transaksi dalam laporan keuangan yang digolongkan sebagai belanja modal.
Umumnya, kode akun ini diawali dengan 53, kemudian diikuti beberapa digit angka yang akan menunjukkan jenis pengeluaran tersebut secara spesifik. Oleh karena itu, jika dalam suatu laporan keuangan terdapat transaksi dengan kode akun berawal angka 53, artinya perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tersebut melakukan belanja modal di periode keuangan berlaku.
Dengan adanya akun belanja modal, kita dapat dengan cepat menemukan setiap transaksi yang digolongkan sebagai belanja modal, sehingga dapat mempermudah proses pengecekan ulang sesuai kebutuhan, misalnya saja ketika perusahaan melakukan audit. Menarik, kan?
Baca juga: Apa Itu Manufaktur? Apa yang Perlu Diperhatikan?
Mengenal Jenis Jenis Belanja Modal
Ada berapa banyak, sih, jenis jenis belanja modal? Apa yang membedakan antara jenis yang satu dengan yang lain?
Jika ditanya ada berapa banyak jenisnya, jelas ada banyak sekali, karena pembagian jenis belanja modal umumnya dilakukan berdasarkan bentuk aset yang akan diperoleh. Oleh karena itu, sebenarnya jenisnya tidak memiliki batasan jumlah, karena selama aset yang ingin diperoleh memenuhi kriteria belanja modal, aset tersebut juga digolongkan sebagai belanja modal.
Daripada berlama-lama dalam kebingungan, mari kita coba ulas empat contoh belanja modal yang paling umum, yuk!
-
Belanja Tanah
Untuk sebagian besar bisnis, baik yang dikelola secara online maupun offline, kebutuhan lahan jarang sekali menjadi sesuatu yang tidak perlu. Nah, sebenarnya pemilik usaha tak harus memiliki tanahnya sendiri karena sebenarnya bisa juga menyewa tempat untuk dijadikan gerai.
Meski demikian, tidak ada salahnya untuk belanja tanah karena dapat menghindarkan bisnis dari biaya sewa yang bisa saja meningkat seiring waktu, kan? Terlebih jika memang bisnisnya direncanakan akan berjalan dalam waktu yang sangat panjang. Apabila pemilik usaha memutuskan untuk membeli tanah untuk dijadikan sebagai lahan atau tempat usaha, transaksi yang dilakukan tersebut akan tercatat sebagai belanja modal.
Jika kita lihat kembali pengertian belanja modal, tanah untuk tempat usaha memenuhi seluruh kriteria yang disyaratkan, karena dengan memiliki lahan usaha, sudah barang tentu pemilik usaha dapat membangun aset-asetnya yang lain dan mengembangkannya lebih besar. Di samping itu, tanah untuk lahan usaha juga tidak akan dijual selama pengelolaan usaha masih terus berlangsung, kan?
-
Belanja Alat Produksi
Selain tanah, ada jenis modal lain yang juga dapat membantu mengakibatkan perolehan aset lain, yaitu alat-alat produksi! Untuk bisnis yang bergerak di bidang produk dan menyediakan sendiri produk-produk yang dipasarkannya, keberadaan alat produksi menjadi satu hal yang sangat penting sekali.
Tanpa adanya mesin-mesin atau alat produksi, maka kegiatan produksi pun tidak akan bisa dijalankan dengan mudah, dan sebagai akibatnya, bisnis pun tak memiliki komoditas untuk dijual. Sebaliknya, dengan adanya alat produksi, pemilik usaha dapat menjalankan kegiatan produksi dan menghasilkan produk untuk dijual. Dengan kata lain alat produksi mengakibatkan adanya perolehan aset lain.
Sama seperti kepemilikan tanah, seorang pemilik usaha juga tidak akan semudah itu menjual alat produksi yang dimilikinya. Sebab, jika alat produksi tersebut dijual, bagaimana ia bisa memiliki produk-produk yang ingin dipasarkannya, kan?
Namun, terkait alat produksi, ingat selalu bahwa mesin selalu mengalami penurunan nilai, ya! Jadi nanti tidak perlu kaget lagi saat ingin menjual alat produksi dan mendapati harga jualnya jauh di bawah harga beli.
Baca juga: Apa Itu Manufaktur? Apa yang Perlu Diperhatikan?
-
Belanja Gedung dan Bangunan
Pertama-tama, pisahkan antara tanah dengan gedung dan bangunan! Meski sama-sama berkaitan dengan fungsi tempat usaha, keduanya memiliki sifat yang berbeda, termasuk pajak dan biaya-biaya lain yang mengikutinya.
Ada banyak kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan memiliki gedung atau bangunan sendiri, bukan hanya sekadar menjadi tempat bekerja karyawan seperti yang biasa dilihat di kantor-kantor saja, lho! Salah satu contohnya, misalnya saja, dengan memiliki gedung sendiri, artinya pemilik usaha dapat memfungsikan gedungnya sebagai pabrik sekaligus gudang untuk mengelola seluruh produk yang dihasilkan dan juga bahan baku produksinya.
Wajar saja, kan, karena toh memang tak semua produk akan langsung diterima pelanggan begitu keluar dari mesin produksi. Produk tersebut umumnya harus melewati proses distribusi dulu dan terkadang juga perlu disimpan sebelum didistribusikan.
Melihat fungsi dan sifatnya tersebut, transaksi yang dilakukan untuk memperoleh gedung dan bangunan memenuhi kriteria untuk dicatatkan sebagai belanja modal.
-
Jaringan dan Pendukung Lainnya
Tak selamanya jenis jenis belanja modal harus berbentuk fisik yang besar seperti tanah atau bangunan, ada juga belanja modal yang tak kalah pentingnya, sekalipun mungkin secara fisik terasa jauh lebih kecil. Saluran perairan, misalnya saja, dapat menjadi contoh belanja modal yang menarik.
Mengapa bisa dibilang menarik? Sederhana saja, karena terkadang infrastruktur pendukung semacam ini dimiliki oleh pemerintah daerah setempat dan tak dapat dibeli. Namun, tetapi ada biaya yang harus dikeluarkan untuk merencanakan, mengawasi, dan juga mengelola saluran air dan juga jalan agar operasional bisnis bisa dijalankan dengan lancar.
Biaya ini bisa menjadi cukup besar, mengingat penurunan nilai infrastruktur sangat berkaitan dengan intensitas penggunaannya. Semakin sering digunakan, semakin cepat kerusakan terjadi. Namun, jangan sampai mengabaikan jalan, irigasi, serta jaringan pendukung bisnis semacam ini, ya!
Bagaimana Cara Menghitung Belanja Modal?
Sesungguhnya, cara menghitung belanja modal tidak terlalu sulit. Ingat kembali kata kunci dan kriteria yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan belanja modal dilakukan untuk meningkatkan nilai aset, kan? Oleh karena itu penghitungannya pun bisa dilakukan dengan mencari selisih aset.
Coba perhatikan rumus di bawah ini:
Belanja Modal = (Aset tetap akhir tahun - Aset tetap awal tahun) + Penyusutan
Dalam cara menghitung belanja modal ini, aset tetap akhir tahun harus dikurangi dulu dengan nilai aset tetap di awal tahun untuk mengetahui besarnya peningkatan aset secara bersih, kemudian ditambah dengan besarnya nilai penyusutan yang ada. Sama sekali tidak sulit, kan?
Menjalankan bisnis memang tidak perlu sulit atau merepotkan, kok! Apabila ingin mengelola bisnis dengan lebih mudah lagi, coba gunakan berbagai fitur unggulan menarik yang ditawarkan oleh aplikasi majoo. Dengan sistem yang saling terintegrasi, aplikasi majoo dapat membantu mempermudah pengelolaan bisnis dari mana saja, kapan pun dibutuhkan.
Ayo, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!