Seiring berkembangnya waktu, kini bisnis syariah menjadi salah satu pilihan yang banyak dicoba untuk diterapkan oleh pelaku usaha dalam bisnisnya masing-masing. Pun demikian, tak sedikit pula pelaku usaha yang masih ragu dan enggan untuk mencoba model bisnis yang satu ini.
Wajar saja, sebenarnya, mengingat label syariah kerap memberikan batasan-batasan tertentu pada seseorang yang menerapkannya, sehingga muncul kekhawatiran apakah adanya batasan-batasan tersebut dapat mengurangi keuntungan bisnis. Seperti yang kita ketahui, mereka yang memilih untuk berbisnis umumnya memegang prinsip ekonomi dasar, yakni mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya yang sekecil mungkin.
Berkurangnya keuntungan yang bisa didapatkan jelas tak sejalan dengan prinsip ekonomi dasar tersebut, kan? Namun, sebenarnya bagaimana, sih? Apakah benar model usaha yang syariah ini tidak menguntungkan? Kita bahas bersama-sama, yuk!
Bisnis Syariah adalah …
Sebelum bicara tentang keuntungan, ada baiknya kita memahami dulu seperti apa sebenarnya bisnis yang dijalankan secara syariah, dong! Secara umum, bisnis syariah adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengikuti syariat atau ketetapan-ketetapan maupun aturan yang terdapat dalam agama Islam.
Nah, umumnya ketetapan-ketetapan tersebut menempatkan prioritas pada kebaikan orang banyak, oleh karena itu, bisnis yang dijalankan secara syariah kerap tidak terlalu mengejar selisih margin penjualan yang besar, terlebih jika produk atau jasa yang ditawarkan merupakan komoditas yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan kata lain, bisnis syariah adalah sebuah kegiatan usaha yang tidak terpaku pada kegiatan jual-beli saja, tetapi juga memperhatikan etika, prinsip syariat, dan juga manfaat bisnis yang halal dan tayib. Ada sejumlah hukum dan prinsip yang harus dipatuhi pelaku usaha ketika ingin mengelola bisnisnya sesuai dengan syariat.
Sekalipun ada lebih banyak regulasi yang mengatur bisnis dengan model syariah ini jika dibandingkan dengan model bisnis konvensional, pelaku usaha tetap bisa mendapatkan keuntungan yang cukup, kok.
Contoh Bisnis Syariah
Ada beberapa contoh bisnis syariah yang sebenarnya bisa dijadikan acuan apakah model bisnis ini tetap menguntungkan atau tidak, salah satunya adalah industri makanan halal.
Sebagai negara dengan penduduk beragama muslim terbesar di dunia, bisnis kuliner halal menjadi salah satu pilihan usaha yang banyak mendatangkan keuntungan. Wajar saja, kan, toh makanan merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Sementara, untuk mengamalkan syariat agama, mayoritas penduduk Indonesia pun akan mencari makanan yang halal dan menghindari tempat usaha yang status halal produknya masih meragukan.
Tak hanya itu, bisnis kosmetik halal juga dapat menjadi contoh bisnis syariah karena proses pengelolaan bisnisnya kerap dilakukan dengan memastikan tetap mengikuti prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat agama, misalnya saja dengan tidak melakukan pengetesan kosmetik terhadap makhluk hidup secara sembarangan.
Umumnya, bisnis-bisnis yang dijalankan secara syariah akan menempelkan label halal dan proses produksinya tidak melibatkan bahan-bahan yang tidak terjamin halal.
Apa Perbedaan Bisnis Syariah dan Bisnis Konvensional?
Dari penjelasan di atas, mungkin tak sedikit yang bertanya-tanya, apa sebenarnya perbedaan bisnis syariah dan bisnis konvensional, kan? Pasalnya, sejumlah bisnis konvensional pun saat ini banyak yang sudah memiliki label halal dan memastikan proses produksinya hanya menggunakan bahan-bahan yang halal saja.
Jika dilihat secara umum, memang tak banyak perbedaan yang terlalu signifikan dari kedua jenis bisnis ini. Namun, apabila kita perhatikan dengan lebih teliti, tak sulit untuk mengetahui bisnis yang dijalankan secara syariah dengan yang konvensional. Mudah saja, dalam bisnis konvensional, keuntungan masih menjadi prioritas utama yang ingin dicapai oleh pelaku usaha, sementara pelaku usaha yang menjalankan bisnis secara syariah tidak melakukannya.
Salah satu yang paling sering dijadikan patokan adalah tidak adanya praktik riba dalam bisnis yang dijalankan secara syariah, sementara untuk bisnis konvensional, karena orientasinya berujung pada keuntungan, praktik riba kerap dijadikan pilihan untuk memastikan keuntungan yang maksimal dalam menjalankan bisnis.
Jika dibandingkan dengan harus memeriksa terlebih dahulu apakah bahan-bahan produksi yang digunakan halal atau tidak, melihat apakah ada praktik riba dalam pengelolaan bisnis pun bisa jadi pembeda yang lebih mudah dicari. Toh tak semua produk yang halal memiliki label khusus karena sulitnya mengurus sertifikat halal untuk mendapatkan label tersebut.
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Ekonomi Syariah dan Penerapannya
Bagaimana Etika Bisnis Syariah yang Tepat?
Bagi pelaku usaha yang ingin menerapkan syariat agama Islam dalam bisnisnya, perhatikan terlebih dahulu etika bisnis syariah yang tepat, sehingga praktik pengelolaan bisnis yang dilakukan pun bisa benar-benar sesuai dengan syariat.
Secara umum, etika yang dimaksud di sini mencakup nilai-nilai dan normal islami yang dijadikan landasan bertindak dalam penyelenggaraan bisnis. Artinya, setiap keputusan bisnis yang diambil sebaiknya didasarkan terlebih dahulu pada hukum Islam yang berlaku, dan tak boleh dilakukan secara serampangan.
Saat menentukan harga misalnya, bisnis konvensional mungkin akan mengambil selisih margin penjualan yang banyak sehingga keuntungan yang didapatkan pun bisa lebih besar. Terlebih jika harga pokok penjualan ternyata masih di bawah harga pasar. Nah, praktik ini kurang tepat untuk bisnis yang dijalankan secara syariah karena orientasinya semestinya tidak terfokus pada keuntungan.
Tak perlu khawatir, apabila etika bisnis syariah dijalankan dengan tepat, bisnis tidak akan merugi sekalipun selisih margin penjualannya tak banyak, karena ketika pelanggan dapat menjangkau produk maupun jasa yang kita tawarkan dengan mudah, sebenarnya bisnis yang kita jalankan pun sudah memiliki nilai tambah untuk daya saingnya.
Seperti Apa Hukum Bisnis Syariah yang Benar?
Secara singkat, hukum bisnis syariah cukup sederhana karena pelaku usaha hanya perlu fokus pada kehalalan serta manfaat dari bisnis yang didasarkan. Praktik ini jelas berbeda dari bisnis konvensional yang umumnya lebih fokus pada upaya untuk memperbesar keuntungan.
Selama bisnis dijalankan secara halal dan memberi manfaat kepada orang lain, misalnya dengan menyediakan produk berkualitas baik dengan harga yang lebih terjangkau jika dibandingkan dengan harga pasarnya, bisnis tersebut sudah bisa dianggap memenuhi syarat hukum syariah yang berlaku.
Tak hanya terbatas pada proses produksi saja, halalnya bisnis sebenarnya juga diukur dari bagaimana bisnis tersebut dikelola. Bisnis yang tayib tentu didasarkan untuk membantu orang lain. Ingat selalu bahwa dalam hukum bisnis syariah, bisnis dijalankan sebagai bagian dari ibadah.
Baca Juga: Pinjaman Syariah: Wajib Tahu! Syarat dan Cara Pengajuannya
Mengenal Prinsip Bisnis Syariah
Setidaknya, ada tujuh prinsip bisnis syariah yang perlu dipegang teguh dalam menjalankan operasional bisnis. Mulai dari prinsip ketauhidan, ilmu, keadilan, tanggung jawab, kebebasan, ihsan, dan juga halal.
Ketujuh prinsip diamalkan untuk memastikan agar bisnis yang dijalankan tidak hanya akan memberikan keuntungan duniawi saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai media ibadah yang bermanfaat.
Namun, dalam mengamalkan prinsip-prinsip tersebut, pelaku usaha juga harus memperhatikan bahwa prinsip ketauhidan merupakan prinsip yang paling pertama dan utama. Artinya, setiap keputusan bisnis yang diambil harus berdasarkan tauhid, yaitu gagasan bahwa hanya ada satu tuhan. Praktik ini perlu dipastikan agar tidak hanya berlaku bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, yaitu dengan memastikan praktik bisnis yang dilakukan tidak akan mendorong pelanggan untuk berbuat musyrik.
Setelah prinsip ketahui dan dipenuhi, selanjutnya pelaku usaha dapat mencoba untuk mengamalkan keenam prinsip bisnis syariah lainnya. Dengan demikian, bisnis pun bisa dijalankan untuk membawa kebaikan, sehingga memberikan amal ibadah bagi pelaku usaha yang menjalankannya serta setiap pihak lain yang terlibat di dalamnya.
Akankah Bisnis Syariah Tetap Menguntungkan?
Dari penjelasan di atas, bukan tidak mungkin ada yang beranggapan bahwa menerapkan bisnis syariah merupakan sesuatu yang merepotkan dengan potensi keuntungan yang justru berkurang, bukannya bertambah.
Anggapan tersebut mungkin sekali terjadi karena pola pikir kita secara umum selalu mengedepankan keuntungan duniawi. Padahal, bukan jenis keuntungan seperti itu yang memang ingin dicapai oleh mereka yang mengelola bisnisnya sesuai syariat agama Islam.
Pun demikian, anggapan bahwa potensi keuntungan yang bisa didapatkan akan berkurang juga tak sepenuhnya benar. Menjadi negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, penerapan syariat agama Islam dalam pengelolaan bisnis sebenarnya bisa menjadi keuntungan tersendiri yang menjanjikan. Pasalnya, pasar yang bisa kita rangkul pun akan lebih besar, sekalipun tersegmen secara spesifik. Keuntungan ini bisa dibilang sulit untuk dicapai dengan jenis bisnis konvensional lainnya yang juga dikelola dengan segmentasi yang spesifik.
Oleh karena itu, menjalankan bisnis syariah di Indonesia sebenarnya cukup menguntungkan. Dengan branding yang baik sebagai bisnis yang sesuai dengan syariat Islam, pelaku usaha dapat menambahkan nilai positif terhadap bisnisnya, sehingga bisnis pun dapat tetap bersaing dengan bisnis-bisnis konvensional yang mungkin orientasinya fokus pada keuntungan.
Agar bisnis syariah yang dijalankan bisa tetap efektif dan efisien, gunakan aplikasi majoo dengan beragam fitur unggulannya yang menarik. Tak perlu menunggu terlalu lama, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!
Sumber Data:
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/02/bisnis-syariah