Creative Accounting Adalah: Pengertian, Jenis dan Contoh Prakteknya

Penulis Annisa Nur Indriyanti
09 July 2025

article thumbnail

Creative accounting adalah sebuah praktik akuntansi yang kerap kali menimbulkan perdebatan sengit di kalangan akademisi, regulator, dan praktisi. 


Para ahli umumnya berpendapat bahwa praktik ini melibatkan penggunaan celah dalam standar akuntansi untuk menyajikan gambaran keuangan perusahaan yang lebih baik atau terkadang lebih buruk, seperti untuk tujuan penghindaran pajak dari kondisi sebenarnya, tanpa secara langsung melanggar hukum.

Apa Itu Creative Accounting?


Creative accounting menurut Griffiths didefinisikan sebagai seni menghitung manfaat (the art of calculating benefits) atau seni membuat keseimbangan (the art of making a balance). 


Definisi menurut Griffiths ini menyoroti aspek 'seni' di mana akuntan menggunakan keahlian mereka untuk memanipulasi angka agar terlihat sesuai keinginan.


Sedangkan menurut Akpanuko dan Umoren, creative accounting merupakan keputusan manajerial yang mempengaruhi laba yang dilaporkan tetapi tidak menawarkan manfaat ekonomi asli bagi perusahaan dan bahkan mungkin memiliki efek samping yang merugikan dalam jangka panjang.


Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, creative accounting bisa disimpulkan sebagai upaya mengeksploitasi fleksibilitas dan 'area abu-abu' dalam standar dan aturan akuntansi.


Motivasi di balik penggunaan creative accounting ini beragam, seperti untuk mempercantik laporan keuangan (window dressing), menarik investor, mendapatkan pinjaman, menghindari pajak, atau mencapai target laba.


Jenis-jenis Creative Accounting 


Creative accounting diklasifikasikan oleh para ahli akuntansi ke dalam beberapa jenis atau kategori berdasarkan tujuan dan metode manipulasi yang digunakan.


Pembagian ini membantu dalam menganalisis praktik tersebut dan dampaknya terhadap kualitas laporan keuangan.


Memahami jenis-jenis ini juga penting bagi investor, kreditor, dan auditor untuk dapat mengidentifikasi potensi manipulasi dalam laporan keuangan dan membuat keputusan yang lebih tepat.


Berikut jenis-jenis creative accounting yang umum diakui dalam literatur:


1. Aggressive Accounting (Akuntansi Agresif)


Creative accounting jenis ini adalah praktik pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan untuk meningkatkan laba tahun berjalan setinggi mungkin, seringkali tanpa memperhatikan apakah praktik tersebut sepenuhnya sesuai dengan semangat atau tujuan standar akuntansi yang berlaku umum. Tujuannya adalah untuk membuat kinerja keuangan terlihat lebih baik dari sebenarnya.



2. Earnings Management (Manajemen Laba)


Merupakan manipulasi laba secara aktif dan sengaja oleh manajemen untuk mencapai target tertentu atau memberikan kesan yang diinginkan. Ini dilakukan dengan memilih metode akuntansi, estimasi, dan timing transaksi yang memungkinkan manajemen untuk menggeser laba antar periode.


Metode ini digunakan untuk mencapai target laba yang diharapkan analis atau pemegang saham dan memaksimalkan bonus atau insentif manajemen yang terikat pada pencapaian laba.



3. Income Smoothing (Pemerataan Laba)


Jenis ini adalah bentuk spesifik dari manajemen laba yang dirancang untuk menghilangkan fluktuasi laba yang terlalu besar. Tujuannya adalah untuk menyajikan pola laba yang lebih stabil dan dapat diprediksi dari satu periode ke periode berikutnya, karena investor umumnya lebih menyukai stabilitas.


4. Fraudulent Financial Reporting (Pelaporan Keuangan yang Curang)


Ini merupakan jenis creative accounting yang paling ekstrem dan jelas ilegal. Melibatkan penyajian yang sengaja dibuat keliru (misstatement) atau penyembunyian (omission) atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk memperdaya pengguna laporan keuangan melalui pendekatan administratif, perdata, atau kriminal.






Contoh Creative Accounting


Creative accounting berdasarkan jenis menurut literatur yang ada terbagi dalam beberapa jenis. Masing-masing jenis ini memiliki cara mengolah yang berbeda-beda.


Berikut beberapa contoh yang mungkin akan membantu kalian menggambarkan bagaimana praktik ini dapat memanipulasi gambaran keuangan perusahaan.


1. Contoh Aggressive Accounting (Meningkatkan Laba Tahun Berjalan)


Manipulasi Pengakuan Pendapatan:


Skenario: Sebuah perusahaan software menandatangani kontrak penjualan lisensi perangkat lunak senilai Rp 500 miliar pada akhir kuartal. Namun, penyerahan dan instalasi perangkat lunak baru akan dilakukan di kuartal berikutnya.


Praktik Creative Accounting: Perusahaan segera mengakui seluruh pendapatan Rp 500 miliar tersebut di kuartal saat kontrak ditandatangani, padahal pekerjaan kunci (penyerahan dan instalasi) belum selesai. Ini membuat laba kuartal tersebut tampak melonjak.


Dampak: Laba kuartal saat ini terlihat sangat tinggi, tetapi laba kuartal berikutnya akan tampak lebih rendah dari seharusnya, karena sebagian pendapatan sudah ditarik ke depan.


Perpanjangan Umur Manfaat Aset (untuk mengurangi penyusutan):


Skenario: Sebuah pabrik memiliki mesin yang diperkirakan memiliki umur manfaat 10 tahun. Setiap tahun, mesin disusutkan 10% dari nilainya.


Praktik Creative Accounting: Menjelang akhir tahun fiskal, manajemen memutuskan untuk merevisi estimasi umur manfaat mesin menjadi 15 tahun tanpa dasar teknis yang kuat.


Dampak: Beban penyusutan tahunan mesin akan berkurang secara signifikan (misalnya, dari 10% menjadi sekitar 6.67%), sehingga laba bersih perusahaan akan terlihat lebih tinggi di periode berjalan dan periode mendatang.


Kapitalisasi Biaya Operasional (alih-alih dibebankan):


Skenario: Perusahaan melakukan pengeluaran besar untuk kampanye pemasaran global yang agresif. Biasanya, biaya pemasaran langsung dibebankan pada periode berjalan.


Praktik Creative Accounting: Manajemen mengklasifikasikan biaya kampanye pemasaran ini sebagai "aset tak berwujud" (misalnya, pengembangan merek) yang akan diamortisasi selama beberapa tahun.


Dampak: Laba di periode saat ini akan terlihat lebih tinggi karena biaya pemasaran tidak langsung dibebankan seluruhnya. Namun, akan ada beban amortisasi di masa depan.


2. Contoh Earnings Management (Memuluskan/Menggeser Laba)


Penggunaan "Cookie Jar Reserves" (Cadangan Tersembunyi):


Skenario: Pada tahun dengan laba yang sangat tinggi, perusahaan memiliki sejumlah biaya tak terduga yang mungkin terjadi di masa depan (misalnya, potensi tuntutan hukum, biaya restrukturisasi).


Praktik Creative Accounting: Perusahaan membuat estimasi cadangan (provisi) yang sangat besar untuk biaya-biaya tersebut di tahun laba tinggi ini. Ini akan menurunkan laba di tahun tersebut. Kemudian, di tahun-tahun berikutnya ketika laba rendah, perusahaan "melepaskan" atau "mengembalikan" sebagian cadangan ini ke pendapatan, sehingga laba terlihat lebih tinggi dari seharusnya.


Dampak: Laba terlihat lebih stabil dari tahun ke tahun, mengurangi volatilitas yang mungkin mengkhawatirkan investor.


Menggeser Pengeluaran Antar Periode:


Skenario: Di akhir tahun, perusahaan mendekati target laba yang diharapkan. Namun, ada pengeluaran besar untuk pemeliharaan fasilitas yang seharusnya dilakukan.


Praktik Creative Accounting: Manajemen menunda pelaksanaan pemeliharaan tersebut hingga awal periode akuntansi berikutnya.


Dampak: Beban pemeliharaan tidak tercatat di periode saat ini, membuat laba tahun ini mencapai atau melebihi target. Namun, laba periode berikutnya akan terbebani oleh biaya tersebut.


3. Contoh Fraudulent Financial Reporting (Penipuan Akuntansi - Ilegal)


Pendapatan Fiktif:


Skenario: Perusahaan menghadapi tekanan untuk menunjukkan pertumbuhan penjualan yang signifikan, tetapi penjualan riil stagnan.


Praktik Creative Accounting (Ilegal): Perusahaan mencatat penjualan kepada pelanggan yang tidak ada atau menciptakan faktur penjualan palsu. Dana dari "penjualan" ini mungkin tidak pernah diterima atau dicatat sebagai piutang yang tidak akan pernah tertagih.


Dampak: Penjualan dan laba terlihat melonjak di laporan keuangan, namun kas perusahaan tidak bertambah. Ini adalah skandal yang bisa berujung pada kebangkrutan dan tuntutan hukum. (Contoh terkenal: Enron, sebagian dari skandal WorldCom).


Penggelembungan Nilai Aset (Overstating Assets):


Skenario: Sebuah perusahaan ingin menunjukkan neraca yang kuat untuk menarik investasi atau mendapatkan pinjaman.


Praktik Creative Accounting (Ilegal): Perusahaan melebih-lebihkan nilai persediaan (misalnya, mencatat persediaan yang tidak ada atau menilai persediaan di atas harga perolehan) atau nilai aset tetap (misalnya, dengan mencatat biaya perbaikan sebagai penambah nilai aset yang tidak seharusnya).


Dampak: Nilai aset di neraca tampak lebih besar, dan jika persediaan digelembungkan, HPP akan tampak lebih rendah sehingga laba terlihat lebih tinggi. Ini menyesatkan investor dan kreditor tentang kekayaan sebenarnya perusahaan. (Contoh terkenal: Toshiba dengan manipulasi laba dan nilai aset)


Penyembunyian Kewajiban (Understating Liabilities):


Skenario: Perusahaan memiliki sejumlah pinjaman yang tidak dilaporkan atau kewajiban jaminan produk yang signifikan.


Praktik Creative Accounting (Ilegal): Kewajiban-kewajiban ini tidak dicatat di neraca atau dicatat dengan jumlah yang jauh lebih kecil dari seharusnya.


Dampak: Neraca perusahaan tampak lebih sehat dengan rasio utang yang lebih rendah, menarik investor dan kreditor yang salah informasi. (Contoh terkenal: Enron dengan Special Purpose Entities (SPEs) yang menyembunyikan utang).


Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa creative accounting bisa sangat bervariasi dalam tingkat kecanggihan dan dampak legalnya. Penting bagi pengguna laporan keuangan untuk memiliki pemahaman yang kritis dan bagi auditor untuk melakukan pemeriksaan yang mendalam untuk mengidentifikasi praktik-praktik ini.


Praktik Creative Accounting 

Praktik creative accounting merujuk kepada serangkaian tindakan atau metode yang digunakan oleh perusahaan untuk memanipulasi atau memoles laporan keuangan mereka agar terlihat lebih baik atau lebih buruk, tergantung tujuan, dari kondisi sebenarnya. 


Praktik ini dilakukan dengan memanfaatkan fleksibilitas, celah, atau ambiguitas dalam standar akuntansi yang berlaku umum (PSAK/IFRS).


Praktik creative accounting sangat kompleks dan seringkali sulit dideteksi oleh pihak luar. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tidak hanya melihat angka laba sebuah perusahaan yang disuntikan dana investasi saja, tetapi juga harus bisa menganalisis arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan perubahan kebijakan akuntansi untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang kesehatan keuangan perusahaan.


Kesimpulan

Sebagai penutup, creative accounting bisa disimpulkan sebagai upaya mengeksploitasi fleksibilitas dan 'area abu-abu' dalam standar dan aturan akuntansi. Motivasi di balik penggunaan creative accounting ini beragam, seperti untuk mempercantik laporan keuangan (window dressing), menarik investor, mendapatkan pinjaman, menghindari pajak, atau mencapai target laba.

Untuk pencatatan laporan keuangan dalam perusahaan agar rapi dan menghindari manipulasi, aplikasi keuangan seperti majoo juga bisa menjadi solusi yang memudahkan. Aplikasi ini membantu pelaku bisnis dalam mencatat pengeluaran, memantau arus kas, dan merencanakan anggaran dengan lebih efisien.

Dengan menggunakan majoo, kalian bisa fokus mengembangkan usaha tanpa khawatir bingung dalam mengelola keuangan. Yuk mulai mengelola keuangan atau bisnis kalian dengan majoo.


Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo