Dalam dunia akuntansi, kas merupakan aset paling likuid yang merupakan tulang punggung operasional setiap entitas, baik itu perusahaan, organisasi nirlaba, atau bahkan individu.
Kas dalam akuntansi didefinisikan sebagai alat pembayaran yang paling siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Apa Itu Kas?
Kas dalam akuntansi merupakan aset yang paling mendasar dan likuid. Ini mencakup segala sesuatu yang dapat diterima bank sebagai setoran dan dapat digunakan sebagai alat tukar atau pelunasan kewajiban tanpa mengurangi nilainya.
Menurut Rudianto, kas adalah alat pembayaran atau pertukaran milik perusahaan yang siap digunakan dalam transaksi bisnis kapanpun diperlukan. Ia juga menekankan bahwa kas adalah aset yang paling bersifat lancar dan paling sering berubah.
Sedangkan Zaki Baridwan berpendapat bahwa kas adalah suatu alat tukar dan bisa digunakan dalam suatu bentuk ukuran dalam bidang akuntansi.
Secara keseluruhan, kas dapat dimengerti sebagai pondasi likuiditas perusahaan, yang memungkinkan operasional berjalan lancar dan kewajiban dapat dipenuhi tepat waktu.
Karakteristik Kas
Kas yang merupakan aset sangat penting dalam akuntansi karena sifatnya yang unik memiliki berbagai karakteristik.
Tentu saja, memahami karakteristik kas membantu kita memahami mengapa kas memiliki peran sentral dalam setiap bisnis.
Berikut adalah karakteristik-karakteristik utama dari kas:
Sangat Likuid (Most Liquid Asset)
Ini adalah karakteristik yang paling menonjol. Likuiditas mengacu pada seberapa cepat suatu aset dapat diubah menjadi uang tunai atau digunakan untuk membayar kewajiban. Kas itu sendiri adalah uang tunai, jadi ia adalah aset yang paling siap digunakan. Tidak perlu ada proses penjualan atau konversi untuk menggunakannya.
Alat Tukar Universal (Universal Medium of Exchange)
Kas diterima secara luas sebagai alat pembayaran untuk berbagai jenis transaksi. Ia digunakan untuk membeli barang, membayar jasa, melunasi utang, dan sebagai standar pengukuran nilai dalam perekonomian.
Standar Pengukuran Nilai (Standard of Value Measurement)
Dalam praktik akuntansi, seluruh transaksi dan aset diukur dan dilaporkan dalam satuan moneter (rupiah, dolar, dll.). Kas adalah dasar dari satuan moneter ini. Dengan kata lain, nilai semua aset dan kewajiban lain pada akhirnya diukur berdasarkan ekivalensi kasnya.
Tanpa Batasan Penggunaan (Unrestricted Use)
Kas juga dapat digunakan secara bebas oleh perusahaan untuk membiayai berbagai kegiatan operasional, investasi, maupun pendanaan, sepanjang sesuai dengan kebijakan dan tujuan perusahaan. Tidak ada syarat atau batasan eksternal mengenai bagaimana kas tersebut harus digunakan, kecuali jika itu adalah restricted cash (kas yang dibatasi).
Risiko Tinggi (High Risk)
Meski bebas digunakan, kas yang sifatnya likuid dan mudah dipertukarkan membuat kas sangat rentan terhadap risiko penyalahgunaan, pencurian, atau penyelewengan.
Mudah Dipindahkan (Easily Transferable)
Kas dapat dipindahkan dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain, baik secara fisik maupun melalui transfer elektronik.
Tidak Memiliki Pendapatan Sendiri (Non-Earning Asset, typically)
Berbeda dengan investasi (seperti deposito berjangka atau saham) yang bisa menghasilkan bunga atau dividen, kas murni yang disimpan (baik di brankas maupun rekening giro biasa tanpa bunga). Penyimpanan kas ini umumnya tidak menghasilkan pendapatan untuk perusahaan.
Jenis-jenis Kas
Kas memiliki berbagai jenis yang diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan lokasi/pengelolaan, ketersediaan penggunaan, dan jenis dasar pencatatan akuntansi.
Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai jenis-jenis kas.
A. Berdasarkan Lokasi dan Pengelolaan (Fokus Perusahaan)
Ini adalah pembagian yang paling umum digunakan dalam praktik bisnis sehari-hari untuk tujuan manajemen dan pengendalian internal.
Kas Kecil (Petty Cash)
Dana tunai yang disisihkan oleh perusahaan dalam jumlah relatif kecil untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasional yang sifatnya kecil dan mendesak, yang tidak efisien jika dibayar dengan cek atau transfer bank.
Kas di Bank (Cash in Bank / Bank Deposits)
Saldo kas perusahaan yang disimpan di rekening bank (giro atau rekening koran) yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Ini adalah sebagian besar dari kas utama perusahaan.
Kas di Tangan (Cash on Hand)
Uang tunai (kertas dan logam) yang secara fisik ada di brankas perusahaan, di laci kasir, atau di tangan bendahara, yang belum disetorkan ke bank dan bukan bagian dari kas kecil.
B. Berdasarkan Ketersediaan Penggunaan (Fokus Pelaporan Keuangan)
Dalam pelaporan keuangan, terutama di neraca, kas diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya untuk digunakan secara bebas.
Kas dan Setara Kas (Cash and Cash Equivalents)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, uang tunai di tangan dan saldo di bank yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Sedangkan setara kas adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek (jatuh tempo biasanya 3 bulan atau kurang sejak tanggal perolehan), yang siap dikonversi menjadi kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Kas Dibatasi Penggunaannya (Restricted Cash)
Kas jenis ini adalah kas yang disimpan perusahaan tetapi penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh perjanjian kontraktual, persyaratan hukum, atau keputusan manajemen. Kas ini tidak dapat digunakan untuk operasional umum.
C. Berdasarkan Basis Akuntansi (Metode Pencatatan)
Ini lebih terkait dengan bagaimana transaksi kas dicatat dalam sistem akuntansi secara keseluruhan.
Akuntansi Kas Berbasis Tunai (Cash Basis Accounting)
Metode pencatatan di mana transaksi keuangan dicatat hanya pada saat kas benar-benar diterima atau dikeluarkan. Pendapatan diakui saat kas diterima, dan beban diakui saat kas dibayarkan.
Akuntansi Kas Berbasis Akrual (Accrual Basis Accounting)
Metode pencatatan di mana transaksi keuangan dicatat pada saat terjadinya peristiwa ekonomi, terlepas dari kapan kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan diakui saat dihasilkan (misalnya, saat penjualan terjadi, meskipun belum dibayar), dan beban diakui saat terjadi (misalnya, saat utilitas digunakan, meskipun belum dibayar).
Contoh Kas
Untuk memahami lebih jelas mengenai apa itu kas dan contohnya. Berikut beberap cotoh kas dalam dunia akuntansi:
1. Uang tunai fisik di tangan
2. Saldo rekening Giro/Bank
3. Kas kecil
4. Cek yang diterima dari pelanggan'
5. Cek wisata
6. Wesel pos
7. Kasir cek yang dikeluarkan sebuah bank.
Selai memahami apa saja jenis kas, kita juga perlu tahu apa saja hal-hal yang bukan kas, tetapi sering dianggap kas.
Berikut daftarnya:
1. Deposito Berjangka (Time Deposits): Jika jatuh temponya lebih dari 3 bulan, ini bukan kas atau setara kas karena ada batasan penarikan.
2. Surat Berharga (Marketable Securities): Saham atau obligasi yang dibeli untuk investasi, meskipun bisa dijual, prosesnya tidak seinstan kas.
3. Piutang Usaha: Ini adalah tagihan yang belum diterima dalam bentuk kas.
4. Prangko atau Materai: Meskipun memiliki nilai nominal, tidak berfungsi sebagai alat tukar universal.
Tips Mengelola Kas yang Tepat
Kas tentu saja harus dikelola dengan tepat. Hal ini menjadi salah satu aspek paling krusial dalam manajemen keuangan perusahaan, dan para ahli di bidang akuntansi serta manajemen keuangan sangat menekankan pentingnya hal ini.
Tujuan mengelola kas yang tepat adalah untuk menjaga likuiditas perusahaan agar operasional berjalan lancar, sekaligus memastikan bahwa kas tidak menganggur (idle cash) terlalu banyak yang bisa dimanfaatkan untuk investasi.
Berikut adalah beberapa tips mengelola kas yang tepat menurut pandangan para ahli:
1. Buat Anggaran Kas yang Realistis dan Komprehensif (Cash Budgeting)
Anggaran kas adalah alat perencanaan keuangan yang paling fundamental. Ini adalah estimasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu.
Estimasi semua sumber kas masuk (penjualan tunai, penagihan piutang, pinjaman, investasi). Lakukan analisis historis dan pertimbangkan tren pasar.
Estimasi semua pembayaran kas (pembelian bahan baku, gaji, sewa, listrik, pelunasan utang, pajak, belanja modal).
Buat anggaran kas untuk periode bulanan, triwulanan, atau bahkan mingguan jika aliran kas sangat fluktuatif.
Jangan lupa, anggaran kas harus fleksibel dan direvisi secara berkala untuk mencerminkan perubahan kondisi.
2. Lakukan Rekonsiliasi Bank Secara Rutin (Bank Reconciliation)
Rekonsiliasi bank adalah pengendalian internal yang esensial untuk mendeteksi perbedaan antara saldo kas di buku besar perusahaan dan saldo di rekening koran bank.
Caranya adalah lakukan rekonsiliasi setiap akhir bulan. Identifikasi perbedaan seperti cek yang belum dicairkan, deposit in transit, biaya bank, bunga bank, atau kesalahan pencatatan.
Jika identifikasi sudah dilakukan dan menemukan kesalahan, segera koreksi kesalahan pencatatan di buku perusahaan.
3. Terapkan Sistem Pengendalian Internal yang Kuat (Strong Internal Controls)
Pengendalian internal yang efektif adalah kunci untuk melindungi aset, termasuk kas, dari penyelewengan, pencurian, atau kesalahan.
Cara praktisnya adalah memisahkan tanggung jawab antara orang yang menerima kas, mencatat kas, dan rekonsiliasi kas.
4. Kelola Piutang Usaha dengan Efektif (Accounts Receivable Management)
Manajemen piutang yang baik adalah bagian dari manajemen modal kerja yang bertujuan untuk mempercepat konversi penjualan kredit menjadi kas.
Jika diperlukan, pertimbangkan untuk menjual piutang kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan kas segera.
5. Kelola Utang Usaha dengan Optimal (Accounts Payable Management)
Mengelola utang usaha secara optimal bukan berarti menunda pembayaran, tetapi memanfaatkan syarat pembayaran untuk menjaga kas di tangan selama mungkin tanpa merusak hubungan dengan pemasok.
6. Minimalkan Kas Menganggur (Minimize Idle Cash)
Menurut, Merton Miller & Daniel Orr - Model Miller-Orr ada biaya peluang (opportunity cost) jika terlalu banyak kas yang menganggur. Kas tersebut seharusnya dapat diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan.
Tempatkan kelebihan kas yang tidak diperlukan segera dalam investasi jangka pendek yang aman dan likuid (misalnya, deposito berjangka pendek, surat berharga pasar uang).
7. Pantau Arus Kas Secara Real-time (Real-time Cash Flow Monitoring)
Selain laporan bulanan, pertimbangkan untuk membuat laporan arus kas harian atau mingguan untuk memantau pergerakan kas secara lebih detail.
Manfaatkan software akuntansi atau sistem manajemen keuangan yang dapat memberikan insight real-time tentang posisi kas.
8. Merencanakan Kebutuhan Kas Darurat (Emergency Cash Planning)
Alokasikan sebagian kas sebagai dana darurat untuk menghadapi situasi tak terduga (misalnya, kerusakan mesin, penurunan penjualan mendadak, krisis).
Kesimpulan
Sebagai penutup, kas dalam akuntansi merupakan aset yang paling mendasar dan likuid. Ini mencakup segala sesuatu yang dapat diterima bank sebagai setoran dan dapat digunakan sebagai alat tukar atau pelunasan kewajiban tanpa mengurangi nilainya.
Untuk menunjang pencatatan kas dalam perusahaan, aplikasi keuangan seperti majoo juga bisa menjadi solusi yang memudahkan. Aplikasi ini membantu pelaku bisnis dalam mencatat pengeluaran, memantau arus kas, dan merencanakan anggaran dengan lebih efisien.
Dengan menggunakan majoo, kalian bisa fokus mengembangkan usaha tanpa khawatir bingung dalam mengelola keuangan. Yuk mulai mengelola keuangan atau bisnis kalian dengan majoo.