Saat ini mungkin tidak banyak yang mengenal 7 Eleven, salah satu gerai waralaba yang pada masanya cukup diminati oleh banyak orang, mulai dari pelanggan umum hingga pelaku usaha.
Yap, benar sekali. Bagi kamu yang belum tahu, 7 Eleven sempat pernah beroperasi di Indonesia selama beberapa tahun, selama hampir sepuluh tahun mulai dari 2008 hingga 2017. Nah, penasaran tidak, sih, apa yang menyebabkan tutupnya gerai waralaba yang satu ini di Indonesia?
Eits, tak perlu terburu-buru. Sebelum membahas alasan mengapa 7 Eleven tidak lagi beroperasi di Indonesia, kita bahas dulu, yuk, serba-serbi seputar gerai waralaba yang dulu banyak diminati ini! Yuk, langsung saja kita bahas model bisnis yang dijalankan di Indonesia, pemiliknya, dan juga alasan-alasan yang ditenggarai menyebabkan berhenti beroperasinya gerai ini.
Siapa tahu dengan memahami model bisnisnya lebih dalam, kamu bisa mencoba menerapkan strategi-strategi menarik yang dulu sempat diusung gerai ini di Indonesia pada bisnismu sendiri, kan? Tak perlu terlalu lama, langsung saja kita bahas bersama-sama, yuk!
Apa Itu 7 Eleven?
Apa itu 7 Eleven? Pada dasarnya, jenama ini merupakan merek jaringan toko serba ada yang berasal dari Amerika Serikat. Pun demikian, uniknya, merek ini sebenarnya merupakan anak perusahaan dari Seven-Eleven Japan yang berada di Jepang.
Yap, sekalipun pertama kali muncul di Amerika Serikat, tepatnya di Dallas, merek ini dimiliki sepenuhnya oleh Seven-Eleven Japan yang memegang lisensi waralabanya secara global.
Menariknya lagi, ketika pertama kali didirikan, gerai toko serba ada ini sebenarnya tidak sama seperti yang biasa kita temukan sekarang. Pasalnya, alih-alih didirikan sebagai jaringan toko serba ada, 7 Eleven awalnya merupakan tempat penyimpanan atau gudang es batu rumahan. Dari bisnis yang sangat unik tersebut, merek ini kemudian berkembang dengan menyediakan produk-produk kebutuhan harian lainnya, dan akhirnya berubah menjadi jaringan toko serba ada.
Perkembangan bisnisnya pada saat itu dinilai cukup baik dengan penetrasi bisnis yang juga berhasil menembus pasar dunia, membuat lisensinya pun diperjualbelikan dengan sistem waralaba di lebih dari dua puluh negara, termasuk Indonesia.
Nama Seven Eleven atau 7-11 sendiri sebenarnya diambil dari jam operasionalnya yang buka sejak pukul tujuh pagi hingga sebelas malam. Meski demikian, dalam perkembangannya, tak jarang juga kamu dapat menemukan gerai ini buka selama dua puluh empat jam tanpa henti.
Nah, setelah mengetahui apa itu 7 Eleven secara global, penasaran tidak bagaimana model bisnisnya di Indonesia?
Bagaimana Model Bisnis 7 Eleven di Indonesia?
Saat penetrasi bisnisnya dapat menembus pasar Indonesia, 7 Eleven sebenarnya bisa dibilang sedikit terlambat. Pasalnya, saat itu di Indonesia sudah ada beberapa jaringan toko serba ada yang sudah memiliki nama seperti Indomaret dan juga Alfamart, dengan jangkauan penjualan yang cukup luas pula dan dapat ditemukan di hampir setiap sudut kota.
Oleh karena itu, model bisnis yang dijalankan di Indonesia pun tidak bisa benar-benar sama dengan jaringan pusatnya yang ada di Amerika Serikat atau Jepang. Wajar saja, kan, apabila dipasarkan sebagai toko serba ada pada umumnya, tentu merek ini akan kalah dengan jaringan toko serba ada lainnya yang sudah lebih dulu ada, kan?
Sebagai nilai tambah, branding 7 Eleven pun dibuat agar tidak terlalu mirip dengan jaringan toko serba ada lain yang benar-benar menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara umum. Sedikit berbeda, 7 Eleven ditargetkan untuk menyasar kalangan menengah dan menengah atas, dengan branding sebagai toko serba ada yang gaul.
Dengan model bisnis dan branding tersebut, barang-barang keperluan harian pun bukan lagi menjadi komoditas bisnis utama yang ditawarkan kepada pelanggan. Alih-alih, jaringan toko serba ada ini justru berfokus pada makanan dan minuman ringan yang bisa dinikmati oleh pelanggan sembari nongkrong. Harapannya, dengan mengadopsi budaya nongkrong yang ada di Indonesia, tingkat retensi pelanggan pun dapat ditingkatkan.
Siapa Pemilik 7 Eleven?
Siapa pemilik 7 Eleven di Indonesia? Adalah PT Modern Sevel Indonesia yang mengelola izin bisnis Seven Eleven di Indonesia. Lebih lanjut, PT Modern Sevel Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT Modern Internasional Tbk dengan Sungkono Honoris sebagai direktur utamanya.
Menariknya, Sevel Eleven bukanlah satu-satunya komoditas bisnis Jepang yang dikelola oleh PT Modern Internasional Tbk. Selain 7 Eleven, perusahaan ini juga pernah menjadi distributor Fuji Film, penyedia beragam produk fotografi dan rol film dari Jepang, selama setidaknya empat puluh tahun.
Keputusan untuk mengelola jaringan toko serba ada seperti 7 Eleven sebenarnya juga didasari pada mulai berkurangnya minat pasar terhadap penggunaan produk fotografi serta rol film yang tadinya menjadi komoditas bisnis utamanya. Terlebih ketika zaman sudah mulai berubah dan segala halnya sudah dioperasikan secara digital, termasuk produk fotografi, sehingga rol film sudah tidak lagi banyak ditemukan.
Sebagai bentuk diversifikasi arus pendapatan baru, pada tahun 2007 Sungkono membawa masuk gerai waralaba 7 Eleven ke Indonesia, kemudian menunjuk Henri Honoris sebagai direktur utama untuk anak perusahaan baru ini, hingga akhirnya merek ini sepenuhnya menghentikan operasional bisnisnya di Indonesia pada tahun 2017.
Apa Alasan 7 Eleven Tutup di Indonesia?
Nah, saatnya kita membahas pertanyaan paling penting, apa alasan 7 Eleven tutup di Indonesia?
Secara umum, faktor utama yang menyebabkan berhenti beroperasinya jaringan toko serba ada ini di Indonesia adalah turunnya keuntungan yang dihasilkan sampai pada batas hingga keuntungan yang diperoleh sudah tidak dapat lagi menutup biaya operasional yang dikeluarkan.
Kerugian operasional ini tercatat terjadi sejak tahun 2015, dan terus meningkat hingga akhirnya pada tahun 2017, biaya operasional yang mengalami kerugian terlalu besar sudah tidak memungkinkan lagi untuk diperbaiki dan 7 Eleven pun harus mencatatkan kebangkrutan bisnisnya di Indonesia.
Secara khusus, tentu ada banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap kerugian operasional tersebut, salah satunya adalah perbedaan budaya atau karakteristik konsumen antara gerai yang ada di Indonesia dengan gerai-gerai di negara yang lain.
Branding sebagai tempat nongkrong populer yang diharapkan akan mendorong pelanggan untuk melakukan pembelian saat nongkrong dengan teman atau orang-orang terdekat ternyata tak berjalan baik ketika disandingkan dengan budaya yang ada di Indonesia.
Di luar ekspektasi, pelanggan yang menjadikan 7 Eleven sebagai tempat nongkrong ternyata tidak banyak melakukan pembelian atau tidak melakukan pembelian sesering yang diharapkan. Dengan demikian biaya operasional yang dikeluarkan pun tidak bisa ditutup dari keuntungan hasil penjualan.
Selain itu, daya beli masyarakat yang tidak konsisten juga berkontribusi terhadap turunnya hasil penjualan yang dicatatkan oleh jaringan toko serba ada ini di Indonesia, ditambah dengan permasalahan terkait perizinan tempat usaha, 7 Eleven pun kehilangan daya saingnya di antara kompetitor yang menjalankan bisnis serupa.
Bangkrutnya 7 Eleven tentu cukup disayangkan, mengingat merek yang satu ini sebenarnya memberikan warna yang berbeda pada roda ekonomi Indonesia, khususnya di Jakarta yang saat itu menjadi kota pilihan tersedianya merek yang satu ini. Pun demikian, sebagai pelaku usaha, kamu juga bisa memperoleh pelajaran yang berharga dari kisah perjalanan bisnis gerai waralaba toko serba ada yang satu ini.
Mengenali sifat bisnis yang dijalankan dan menyesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat menjadi sesuatu yang penting untuk memastikan agar bisnis dapat terus bertahan, bahkan terus maju dan berkembang. Tak perlu bingung bagaimana caranya, karena kamu bisa memanfaatkan aplikasi majoo dengan berbagai fitur unggulannya yang dapat diandalkan untuk mengelola operasional bisnis harian.
Dengan fitur keuangan dari aplikasi majoo yang bisa mencatat setiap transaksi yang terjadi secara tepat, akurat, dan otomatis, misalnya saja, kamu bisa dengan mudah memperoleh laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan strategi bisnis terbaik yang bisa diterapkan.
Jadi, tunggu apa lagi? Gunakan aplikasi majoo sekarang juga, yuk!
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/fokus/selamat-tinggal-7-eleven-3601/all