Catatan Bisnis Penting di Tahun 2020 untuk Pelaku Usaha

Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Bisnis (BPS) mengeluarkan garis besar catatan bisnis berupa laporan perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2019 hingga triwulan pertama tahun 2020. Menjelang penghujung akhir tahun 2020 ini, tak ada salahnya kita sebagai pelaku usaha bercermin kembali pada laporan bisnis tahun 2020 tersebut, terlebih jika bermaksud untuk mulai menyusun strategi di tahun 2021, kan?

Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung melambat

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun ini banyak sekali masalah yang muncul secara serentak di seluruh penjuru dunia. Mulai dari wabah COVID-19 yang ditetapkan sebagai pandemi karena cepatnya penyebarannya, situasi politik yang tak menentu di sejumlah negara, hingga masalah-masalah lain yang menjadi tantangan. Tak heran jika laporan bisnis tahun 2020 masih belum menunjukkan perkembangan bisnis yang menggembirakan. Pun demikian, sebagai negara berkembang, Indonesia beserta sejumlah negara lain di kawasan ASEAN memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus di kisaran angka 5% beberapa tahun terakhir. Jadi, jangan terlalu pesimis dulu!

Angka inflasi masih cenderung stabil

Kabar baik lainnya adalah tingkat inflasi yang masih tergolong stabil, terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu memuaskan. Di tahun 2019, tingkat inflasi Indonesia sendiri berada di angka 2,7%. Namun, dengan banyaknya tantangan ekonomi yang terjadi di tahun 2020 ini, angka inflasi diproyeksikan akan naik hingga 3% di kisaran angka 5%. Ini tentu keadaan yang mengkhawatirkan, tetapi dengan tingginya apresiasi masyarakat dalam negeri terhadap rupiah, angka inflasi ini masih dapat ditekan. Nah, di sinilah peran para pelaku usaha untuk memastikan perputaran uang di masyarakat tetap terjaga.

Pandemi COVID-19 muncul sebagai tantangan bagi perekonomian dalam negeri

Tak dapat dipungkiri, adanya pandemi dan juga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memang sangat memengaruhi laporan bisnis tahun 2020. Dengan adanya pandemi ini, fokus perhatian pemerintah pun terbagi. Sejumlah pos pengeluaran yang tadinya dianggarkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, mau tak mau harus digunakan terlebih dahulu untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakat yang terdampak. Dampak COVID-19 bisa dibilang cukup besar bagi sektor bisnis hingga membuat beberapa pelaku usaha harus gulung tikar karena tak sanggup bertahan. Akibat adanya pandemi ini, sekitar 63,9% UMKM mengalami penurunan omzet hingga lebih dari 30%. Oleh karena itu, pemerintah yang memahami pentingnya perputaran uang juga menggelontorkan sejumlah program bantuan bagi para pelaku usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah, sehingga dampak yang dirasakan pun dapat ditekan.

Platform digital muncul sebagai solusi

Masalah utama yang muncul akibat pandemi COVID-19 adalah turunnya angka transaksi tatap muka di mana banyak pelanggan yang memilih untuk tetap di rumah dan hanya pergi keluar untuk urusan yang benar-benar penting. Untungnya, platform-platform digital mampu menjawab persoalan ini di mana transaksi dapat dilakukan secara online. Kementerian Koperasi dan UKM pun terus mendorong program go digital bagi UMKM agar dapat menahan dampak yang disebabkan oleh pandemi. Saat ini, memang baru sekitar 8.000.000 UMKM yang sudah dapat ditemukan di platform digital, sekitar 13% dari keseluruhan UMKM yang ada di Indonesia. Ke depannya, angka ini tentu diupayakan untuk terus naik. Kamu pun dapat mulai melirik platform digital agar usahamu dapat terus bertahan dari pandemi yang diperkirakan masih akan terus ada hingga tahun depan ini.

Mempelajari catatan bisnis seperti laporan bisnis tahun 2020 ini tidak hanya membantumu memahami bagaimana keadaan perekonomian dunia, tetapi juga mampu memilih rekomendasi yang bisa kamu ambil. Misalnya saja dengan melakukan migrasi bisnis ke sektor digital yang mulai naik daun, atau memanfaatkan produk teknologi bisnis seperti aplikasi majoo untuk mempermudah pengelolaan bisnismu.