Memanfaatkan pendekatan emosi sebagai bagian dari strategi pemasaran hadir dengan risiko tersendiri. Pasalnya, reaksi konsumen bisa saja di luar prediksi. Kebanyakan permasalah campaign yang melibatkan pendekatan emosional adalah dapat menyebabkan kerusakan reputasi perusahaan yang tidak bisa diperbaiki jika gagal.
Reaksi warganet melalui media sosial telah menjadikan lingkungan pemasaran ladang ranjau. Apalagi bila bisnis ingin memanfaatkan suatu isu tertentu yang tengah hangat di media sosial. Meskipun begitu, terdapat cukup banyak campaign berdasarkan emotional marketing yang telah menuai sukses. Penasaran kampanye apa saja yang dimaksud? Langsung simak penjelasannya di bawah ini.
Campaign Burger King, Pesanlah dari McDonald’s
Masih ingat akhir 2020 lalu, jagat media sosial digemparkan oleh unggahan Instagram Burger King Indonesia yang berjudul ‘PESANLAH DARI MCDONALD’S’? Dalam unggahan tersebut, Burger King Indonesia meminta warganet untuk memesan aneka makanan dari berbagai merchant, mulai dari restoran cepat saji sampai warung. Bagian menggemparkannya, di akhir unggahan tersebut mereka mempromosikan Whopper sekaligus Big Mac milik sang kompetitor yaitu McDonald’s.
Unggahan tersebut disukai oleh lebih dari 300 ribu warganet dan dikomentari oleh sekitar 13 ribu pengguna Instagram. Sebuah publikasi positif yang luar biasa dan strategi pemasaran yang amat cerdas. Setelah unggahan tersebut, beredar ragam berita terkait inisiatif Burger King Indonesia dengan judul yang mengandung pujian, seperti ‘mengharukan’, ‘keren’, ‘salut’, dan sejenisnya.
Nah, jelas sekali bahwa strategi yang digunakan oleh Burger King Indonesia menyasar telak emosi konsumen. Apakah setelah adanya unggahan tersebut konsumen berbondong-bondong membeli Big Mac? Tidak juga. Malah, sebagian besar konsumen menjadi terkagum-kagum dan ingin membeli produk Burger King.
Konsumen atau masyarakat berhasil menangkap spirit solidaritas di tengah pandemi dari pesan yang diunggah Burger King tersebut. Dalam hal ini, Burger King berhasil menjadikan pandemi sebagai isu yang dilibatkan dalam strategi pemasaran. Hadir dengan aksi pemasaran yang kreatif, bahkan mengusik rasa kemanusiaan.
Kembali pada pembasahan awal, pendekatan emosi memiliki risiko tersendiri. Misalnya, strategi yang mengusik sisi kemanusiaan seperti Burger King. Kamu tidak bisa melakukannya tanpa momentum yang pas. Seandainya campaign tersebut dilakukan saat dunia sedang baik-baik saja, respons konsumen mungkin bisa jadi negatif. Burger King bisa saja dianggap sok baik atau berlebihan dan ingin mencari perhatian.
Namun, di tengah situasi pandemi pesan pemasaran tersebut menjadi sangat tepat sasaran. Jadi, ketika kamu ingin menyasar emosi konsumen, pastikan momen dan konten sudah tepat. Berikutnya, lakukan dengan cara yang terasa tulus sehingga lebih mudah menarik simpati konsumen. Selain Burger King, terdapat merek-merek besar yang banyak menerapkan emotional marketing, seperti Heineken, NIKE, ataupun Apple. Kamu juga bisa belajar dari cara mereka mengadakan kampanye pemasaran.