Di Balik Pasang Surut Tren Minuman Boba

Ditulis oleh Ajar Pamungkas

article thumbnail

Bicara tentang tren minuman kekinian, minuman boba bisa dibilang salah satu yang paling banyak digemari oleh para penikmat minuman gaul. Namun, meski kini kepopulerannya sudah tak perlu diragukan lagi, bisnis boba pun tak lepas dari pasang surutnya sendiri.

Mulai populer kembali sejak beberapa tahun terakhir, minuman unik ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Setidaknya, sejak tahun 1980-an, boba sudah banyak dijual dan disukai di negara asalnya, Taiwan. Bahkan, di tahun 1990-an, pasar boba meluas cukup jauh hingga mencapai Amerika Serikat. Namun, seiring bertambahnya waktu, tren terus berubah dan berganti, dan untuk beberapa saat penikmat boba sempat berkurang drastis dibanding awal kemunculannya. Di Indonesia sendiri, boba kembali populer setelah beberapa jenama besar menjadikan boba sebagai menu andalan. Tak disangka-sangka, langkah ini begitu diterima oleh masyarakat dan diikuti oleh jenama lain yang turut mencoba memasukkan boba ke dalam menu mereka.

Awalnya, boba muncul sebagai bentuk inovasi yang dilakukan oleh Liu Han Chien, seorang pemilik kedai teh di Taichung, Taiwan. Melihat keberhasilan inovasi baru dalam menikmati teh yang dilakukan oleh Liu Han Chien tersebut, bisnis boba pun menjadi tren minuman yang perlahan naik. Ekspansi bisnis boba sendiri terbilang cukup menarik. Kepopulerannya di Amerika Serikat, misalnya, tidak dibawa oleh jenama yang khusus menjadikan boba sebagai menu andalan sebagaimana yang kerap terjadi pada ekspansi bisnis lainnya, melainkan dipelopori oleh imigran dari Taiwan yang pada tahun 1990-an memang banyak membanjiri Amerika Serikat. Dari sana, penyebaran tren boba pun semakin meluas dan merambah negara-negara lainnya.

Di Indonesia sendiri, jauh sebelum jenama populer seperti Chatime, The Koi, Boba Guys, maupun Tiger Sugar, adalah Quickly yang pertama kali memperkenalkan tren ini secara masif kepada masyarakat Indonesia. Jenama yang sudah cukup besar sejak pertama kali didirikan pada tahun 1996 di Taiwan ini membuka gerai pertamanya pada tahun 2001 di Plaza Indonesia, Jakarta. Pada saat itu, Quickly cukup beruntung karena sebelum resmi membuka gerai pertamanya di Indonesia, boba yang dibawanya sudah lebih dulu ngetren di Singapura. Ditambah dengan komitmennya untuk menjaga kualitas rasa, bahkan sampai harus mengimpor sebagian besar bahan baku utamanya dari Taiwan, Quickly mendapat sambutan yang positif di Indonesia, menandai awal kiprah panjang boba sebagai pilihan minuman yang populer.

Mudah Diracik, Tak Mudah Dibuat

Pada dasarnya, boba terbuat dari tepung tapioka. Cukup sederhana, sebenarnya. Meski demikian, membuat bola-bola boba yang sempurna, baik dari rasa, tekstur, maupun penampilannya secara keseluruhan, ternyata tak bisa dibilang gampang. Komposisi setiap bahan yang digunakan harus diatur dengan jeli. Jika tidak, boba yang dihasilkan tidak akan memberikan rasa maupun pengalaman yang menyenangkan saat dikonsumsi. Jika dibuat terlalu kenyal, bola-bola boba akan saling menempel satu sama lain sehingga sulit untuk dinikmati. Sebaliknya, jika bola-bola boba dibuat terlalu keras, pelanggan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengunyahnya. Untungnya, mengingat kepopuleran boba yang semakin melambung, beberapa pelaku bisnis juga mengeluarkan boba instan kering yang cukup direbus saja saat akan dinikmati.

Inovasi Tren Minuman yang Terus Berkembang

Pasang surut kepopuleran minuman boba menjadikan inovasi sebagai salah satu elemen yang penting untuk membuatnya terus bertahan. Jika awalnya boba disajikan bersama teh, agar minat masyarakat tidak cepat hilang, para pelaku bisnis mulai bereksperimen dengan berbagai macam gaya. Mulai dari menambahkan susu pada teh boba, menyajikannya bersama jus segar, hingga memperkenalkan jenis topping lain seperti jeli atau puding sebagai variasi. Untungnya, boba memiliki karakteristik unik yang membuatnya tetap lezat saat dipadukan dengan berbagai jenis bahan. Bahkan, beberapa pelaku usaha sudah berani memperkenalkan boba bukan hanya sebagai topping untuk minuman kekinian, tetapi juga makanan berat seperti keik atau ramen. Menarik sekali, kan?

Kepopuleran boba tidak hanya mengandalkan keunikan rasanya saja. Di awal-awal kemunculannya, misalnya, tren boba diperkenalkan untuk mengiringi budaya nongkrong di kedai teh atau kafe yang pada saat itu memang sedang menjamur. Di antara kafe-kafe yang menyajikan kopi atau minuman konvensional lainnya, keunikan rasa serta penampilan boba menjadi alternatif yang menarik untuk dicoba. Mereka yang menggeluti bisnis boba pun melakukan inovasi-inovasi lain yang bisa dibilang berani, misalnya saja dengan menghias kedai atau gerai yang dimilikinya dengan aneka ragam warna yang cerah atau mencolok. Tidak hanya itu saja, menyasar generasi muda sebagai target konsumen, inovasi dalam strategi pemasaran juga dilakukan dengan memanfaatkan media sosial yang memang banyak digunakan oleh anak-anak muda. Berbagai upaya dilakukan agar boba tetap menjadi produk andalan yang selalu relevan.

Keuletan serta ketekunan mereka yang berkecimpung di bisnis ini merupakan sesuatu yang patut dicontoh oleh pelaku usaha di bidang-bidang lain. Keberanian untuk mencoba beragam inovasi berani dan kepekaan bisnis para pelaku usaha ini toh terbukti berhasil membuat tren minuman kekinian yang sempat surut ini kembali menaiki ombak popularitas. Dengan konsistensi yang luar biasa ini, bisa jadi tren boba akan terus bertahan hingga beberapa dekade berikutnya, tentunya dengan pasang surutnya sendiri yang unik dan menarik.

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo