Solidaritas pekerja yang baik di dalam sebuah bisnis menandakan adanya hubungan yang kuat antarkaryawan yang berada dalam bisnis tersebut, khususnya secara horizontal. Alasan inilah yang melatarbelakangi adanya kegiatan-kegiatan outbound atau team retreat, agar karyawan semakin kompak dalam bekerja.
Namun, bukan berarti baik di tingkat karyawan, berarti baik juga untuk bisnis. Hubungan antarkaryawan yang solid juga menyimpan potensi masalah yang menyebabkan bisnis sulit berkembang.
Apa saja yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha terkait hubungan yang terjalin di antara para karyawannya?
Memahami Perbedaan Hubungan Vertikal dan Horizontal
Setiap pelaku usaha tentu menginginkan yang terbaik bagi bisnisnya. Jika ada upaya yang dapat diterapkan untuk dapat memastikan bisnis terus maju dan berkembang, sudah pasti akan segera diupayakan, termasuk dengan memperbaiki solidaritas yang dimiliki oleh karyawannya.
Namun, sebelum berangkat ke arah sana, ada baiknya kamu sebagai seorang pelaku usaha memahami terlebih dahulu apa perbedaan antara hubungan yang sifatnya vertikal dan horizontal.
Hubungan horizontal adalah hubungan yang dimiliki oleh karyawan yang satu dengan karyawan lainnya. Karena karakternya, hubungan semacam ini umumnya bersifat personal dan di luar dari pekerjaan.
Seorang karyawan bisa saja nongkrong atau menghabiskan waktu bersama karyawan lainnya di luar jam kerja, tak ada yang salah dengan hal ini. Justru, dengan membangun kedekatan personal di luar urusan pekerjaan, performa setiap karyawan dapat meningkat, terlebih jika ini terjadi pada karyawan-karyawan yang berada pada tim yang sama.
Sebaliknya, hubungan vertikal merupakan hubungan antara seorang karyawan dengan atasan serta sebaliknya. Sudah barang tentu, hubungan ini akan sangat berkaitan dengan urusan kerja dan rantai komando dalam operasional bisnis.
Setiap karyawan bisa jadi memiliki kedekatan yang personal dengan atasannya, dan tetap menjaga profesionalitas kerja ketika memang masih dalam jam operasional bisnis. Demikian pula antara satu karyawan dengan karyawan lain yang berada di posisi yang sama.
Dengan kata lain, hubungan horizontal dan juga vertikal, sesungguhnya dapat berjalan beriringan.
Keuntungan Hubungan Horizontal yang Solid Antarkaryawan
Seperti yang sudah sedikit disinggung di atas, hubungan horizontal yang baik antarkaryawan dapat meningkatkan performa atau kinerja karyawan tersebut.
Meski hubungan yang dijalin antara karyawan yang satu dengan lainnya mungkin bersifat personal, tetapi dalam hubungan tersebut akan ada beberapa aspek komunikasi yang terasah dan dapat diterapkan secara tidak sadar dalam pekerjaan. Oleh karena itu, hubungan yang baik tersebut dapat membantu setiap karyawan yang terlibat ketika menjalankan tugasnya dalam operasional bisnis.
Adanya hubungan horizontal yang solid di antara karyawan akan memudahkan pelaku usaha dalam memastikan setiap karyawan tetap fokus pada bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Proses delegasi tugas akan lebih mudah dilakukan, dan ketika karyawan tersebut menemui masalah atau tantangan dalam menjalankan tugasnya, mereka dapat dengan mudah bertanya pada karyawan lain tanpa perlu sedikit-sedikit mencari afirmasi darimu yang bertugas sebagai atasannya.
Selain itu, hubungan horizontal yang baik di antara karyawan juga menumbuhkan adanya pemahaman di antara mereka, membuat setiap karyawan dapat secara cepat mengidentifikasi ketika temannya memiliki masalah dan dapat lebih legawa untuk menjadi back up bagi beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Meski demikian, hubungan horizontal yang solid ini bukan tidak memiliki potensi masalah tersendiri, khususnya ketika dikaitkan dengan hubungan vertikal dalam operasional bisnis.
Potensi Masalah dalam Hubungan Horizontal yang Solid
Melihat hubungan yang harmonis antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya terkadang membuat pelaku usaha terlena dan gagal dalam mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin dimunculkannya.
Hubungan horizontal yang solid antarkaryawan memang mampu mendorong setiap karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Namun, hubungan horizontal yang sifatnya personal ini akan menjadi senjata makan tuan ketika tidak diiringi dengan perbaikan hubungan vertikal yang sama baiknya.
Ketika harmonisasi hanya terjadi secara horizontal, tetapi tidak terjadi secara vertikal, mudah bagi seorang karyawan untuk berempati secara berlebihan terhadap rekan kerjanya dan justru menjadi atasan atau pihak manajemen selayaknya musuh. Ini merupakan potensi masalah yang cukup serius dan harus diidentifikasi secepat mungkin.
Karena hubungan personalnya yang baik, seorang karyawan dapat dengan mudah merasa perlu untuk melindungi rekan kerjanya. Misalnya saja, ketika melihat rekannya melakukan kesalahan, karyawan tersebut akan tergerak untuk menyelesaikannya, tetapi tidak melaporkan adanya masalah tersebut kepada pihak supervisor atau manajemen karena ingin melindungi rekannya yang melakukan kesalahan.
Sering kali, pelaku usaha menjadi buta terhadap kendala-kendala yang kerap dialami oleh karyawan dalam menjalani operasional bisnis karena tak pernah menemukan masalah dalam laporan. Sebagai akibatnya, saat merancang strategi bisnis pun pelaku usaha tersebut tidak memasukkan potensi risiko yang mungkin terjadi karena tidak memiliki bayangan.
Di samping itu, hubungan horizontal yang terlalu solid juga justru akan membuat seorang karyawan susah bergerak ketika ia diminta untuk mengisi posisi yang lebih tinggi dari rekan-rekannya. Kedekatan personal yang sudah terbangun ketika berada di posisi yang sama terbawa ketika terjadi perubahan posisi, tetapi tidak terkonversi menjadi komunikasi yang diperlukan dalam rantai komando.
Ketika situasi tersebut terjadi, kemampuan kepemimpinan karyawan yang menduduki posisi baru tadi akan dipertanyakan, dan jika dibiarkan dapat membuatnya merasa tidak termotivasi sehingga performanya pun akan menurun.
Apakah jika demikian solidaritas pekerja merupakan sesuatu yang buruk? Tentu tidak, selama diiringi dengan kemampuan manajemen sumber daya manusia yang baik. Oleh karena itu, aplikasi majoo juga dilengkapi dengan fitur pemantauan karyawan yang memungkinkan pelaku usaha untuk mengidentifikasi setiap potensi masalah yang mungkin dihadapi oleh karyawan dalam menjalankan operasional bisnis.