https://www.shutterstock.com/image-photo/beige-linen-dress-sunny-fingers-510833545
Caption: Tidak hanya untuk bisnis fesyen seperti For Days, pivot strategi pemasaran yang adaptif bisa dilakukan oleh berbagai jenis bisnis.
Memasuki 2021, kita masih belum berhasil terbebas dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19. Bukan rahasia lagi, banyak pelaku bisnis yang terpukul akibat adanya wabah ini, terlebih situasi tak menentu sudah berlangsung cukup panjang. Tidak heran, bila beberapa bisnis segera melakukan pivot agar usahanya tetap bertahan.
Istilah pivot ini mungkin relatif sering kamu dengar, terutama sejak wabah virus corona terlihat menghantam ekonomi dengan sangat keras. Jadi, apa sih sebetulnya yang dimaksud dengan pivoting business?
Secara sederhana, pivot diartikan sebagai perubahan signifikan yang dilakukan oleh suatu bisnis. Umumnya, pivot ditujukan untuk membantu bisnis pulih atau bertahan ketika melewati situasi sulit yang menjadikan model bisnis sebelumnya tidak dapat diterapkan.
Perubahan tersebut bisa dalam skala kecil hingga sangat dramatis. Sebuah bisnis bisa mengubah sistem operasional, inovasi produk, hingga menerapkan strategi pemasaran baru. Nah, kali ini kita akan menilik beberapa bisnis yang berhasil melewati pandemi dengan menerapkan langkah-langkah pemasaran yang berbeda dari sebelumnya.
For Days, kampanye donasi masker untuk setiap pembelian produk
Sebagai merek yang mengusung nilai sustainability, For Days memproduksi pakaian berbahan organik yang ramah daur ulang. Bahkan, merek ini menerima pakaian lama konsumen untuk didaur ulang menjadi produk lain yang bermanfaat. Begitu COVID-19 terjadi, For Days segera mengubah pola komunikasi atau marketing yang dijalankannya.
Kala itu, merek ini meluncurkan kampanye donasi sepuluh masker untuk setiap pembelian satu produk. Mendengar hal tersebut saat ini mungkin bukanlah hal yang luar biasa sebab banyak merek telah melakukannya. Namun, pelajaran penting dari For Days adalah merek ini sangat sigap melakukannya. Pivot dalam strategi pemasaran sesegera mungkin dilakukan.
Brides.com, menjadikan kisah kegagalan pernikahan sebagai komoditi marketing
Berbicara bisnis yang terkena hantaman keras di tengah COVID-19, kita tidak bisa menghilangkan bisnis pernikahan. Tidak terhitung acara pernikahan yang batal selama masa pandemi ini. Hal ini tentu berdampak pada bisnis-bisnis pernikahan.
Meskipun demikian, Brides.com tak hilang arah dan melakukan pivot dengan sangat cerdas. Berbagai acara pernikahan yang batal justru dijadikan komoditi pemasaran yang berhasil meraup engagement yang tinggi. Jadi, laman situs bisnis ini diisi dengan kisah-kisah dari vendor atau calon pengantin yang gagal menikah karena wabah. Sungguh relatable, bukan? Karenanya, bisnis ini berhasil menciptakan kedekatan dengan konsumen.
Peloton, bagikan konten gratis untuk mengumpulkan data konsumen
Peloton merupakan merek yang fokus menjual alat kesehatan, seperti treadmill, cross trainer, dan bike. Selain itu, Peloton juga menjual kelas olahraga virtual dalam berbagai paket yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Di awal munculnya wabah COVID-19 penjualan tersebut tentu menurun. Saat itu, Peloton justru membagikan konten kelas virtual gratis selama tiga bulan. Secara materi, Peloton mungkin belum memperoleh apa pun dalam kurun tiga bulan tersebut. Namun, ada basis data konsumen yang terkumpul. Kemudian, saat olahraga berubah menjadi tren beberapa waktu belakangan ini, Peloton tinggal menikmati hasil pivot strategi pemasaran yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Dari kisah di atas, kita bisa lihat bahwa bisnis perlu jeli dan adaptif. Langkah yang diambil pun perlu sigap, tetapi tepat. Jika kamu belum melakukan pivot pada 2020, mungkin saatnya memulihkan bisnismu dengan menerapkan pivot pada tahun ini. Yuk, segera ambil #langkahmajoo sekarang!