Menyusun strategi keuangan bisnis merupakan sebuah keharusan yang perlu diperhatikan oleh setiap pelaku usaha. Tanpa ada perencanaan yang matang, pelaku usaha akan kesulitan untuk menentukan arah pengembangan usaha, sehingga dalam jangka panjang dapat membuat bisnis stagnan tanpa ada peningkatan pendapatan.
Padahal, pengeluaran bisnis akan terus bertambah dari waktu ke waktu, selain karena adanya efek dari inflasi, hal ini juga disebabkan oleh bertambahnya kebutuhan bisnis baik di sisi produksi, distribusi, dan pemasarannya.
Namun, merencanakan strategi bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan usaha bukanlah perkara yang mudah karena banyaknya faktor yang harus diperhitungkan, terlebih di masa pandemi seperti sekarang dengan adanya berbagai imbauan dan peraturan pemerintah yang perlu diikuti juga. Untungnya, pelaku usaha tetap dapat menemukan pola tertentu dalam menyusun strategi bisnis, misalnya dengan memperhatikan laporan keuangan bisnis sebelum dan sesudah diberlakukannya PPKM.
Mengenal PPKM di Masa Pandemi
PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat adalah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah di sejumlah daerah untuk mengurangi risiko penyebaran pandemi Covid-19.
Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh setiap aspek masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan tempat-tempat umum maupun titik-titik di mana banyak orang berkumpul. Sebuah sebuah pusat kegiatan ekonomi, perkantoran dan tempat usaha jelas menjadi sasaran utama dalam pembatasan ini.
Secara umum, pemerintah menetapkan adanya pengurangan jam operasional tempat usaha dan juga jumlah maksimal orang yang boleh berada di suatu tempat usaha.
Aturan ini diberlakukan dengan membagi tempat usaha sesuai dengan sektor bisnisnya, kemudian menentukan seberapa besar urgensi sektor bisnis tersebut untuk melakukan operasional di tempat usaha. Misalnya saja, untuk sektor pendidikan, urgensinya dirasa cukup rendah sehingga selama PPKM, seluruh kegiatan pendidikan dibatasi hanya dapat dilakukan dari rumah melalui program School from Home (SFH).
Karyawan di perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perusahaan pun secara otomatis memiliki urgensi yang sama, sehingga untuk sektor ini, seluruh karyawan diharuskan untuk bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH).
Pembatasan jumlah karyawan ini, sesuai dengan sektor bisnisnya, juga beragam dan tidak harus 100% bekerja dari rumah. Beberapa sektor bisnis yang memiliki urgensi tinggi tetap diperbolehkan untuk beroperasi penuh maupun sebagian dari tempat usaha.
Dampak PPKM bagi Tempat Usaha
Dengan adanya pembatasan-pembatasan tertentu, sudah tentu bisnis secara umum mengalami dampak yang cukup signifikan. Ketika masyarakat dibatasi sedemikian rupa untuk melakukan aktivitas dari rumah, otomatis jumlah kunjungan pelanggan ke tempat usaha secara fisik juga berkurang.
Tanpa adanya pelanggan yang datang, secara otomatis jumlah transaksi yang terjadi juga berkurang, sehingga pendapatan yang diperoleh oleh sejumlah sektor bisnis pun tidak lagi sama seperti sebelumnya. Memerhatikan laporan keuangan bisnis menjadi kunci untuk mengetahui seberapa signifikan dampak yang dihadapi oleh setiap pelaku usaha di sektor bisnis masing-masing.
Memperhatikan Laporan Keuangan Bisnis untuk Menyusun Strategi
Dampak yang dirasakan oleh pelaku usaha akibat adanya aturan PPKM merupakan sebuah masalah yang perlu dipecahkan. Jika tidak, akan ada banyak bisnis yang terpaksa harus gulung tikar karena tidak mampu bertahan.
Inilah mengapa melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan yang akurat menjadi penting tidak hanya di masa pandemi saja, tetapi juga sepanjang waktu.
Pelaku usaha dapat membuat periode keuangan khusus selama PPKM berjalan untuk mencari tahu seberapa besar dampak yang mereka rasakan selama aturan tersebut diberlakukan. Dengan membandingkan laporan keuangan pada periode khusus PPKM dengan laporan keuangan di periode lain, pelaku usaha dapat menghitung sejauh apa selisih pendapatan yang diterima secara garis besar.
Selisih tersebut kemudian menjadi beban target yang harus ditutup oleh pelaku usaha, baik saat PPKM masih berlangsung atau setelahnya. Dengan kata lain, setelah melihat perbedaan laporan keuangan, pelaku usaha bisa mengetahui target penjualan yang harus dicapai dengan menambahkan pembagian selisih tersebut pada angka target normal.
Agar strategi bisnis dapat lebih akurat dalam menjawab permasalahan yang dimunculkan oleh adanya aturan PPKM, pelaku usaha juga dapat membedah laporan keuangan bisnis yang dimilikinya secara rinci sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh, pelaku usaha perlu mengetahui apakah ada pola transaksi tertentu yang muncul setelah memperhatikan laporan keuangan yang disusun selama PPKM berlangsung. Pola ini dapat dilihat dengan membagi setiap produk atau jasa yang ditawarkan berdasarkan kategorinya jenisnya.
Kategori produk atau jasa yang bagaimanakah yang menyumbangkan komposisi terbesar dalam penghasilan yang diterima selama PPKM? Pertanyaan sebaliknya juga menjadi penting, kategori produk atau jasa seperti apa yang paling sedikit dibeli oleh pelanggan? Kemudian, apa yang berbeda ketika dibandingkan dengan sebelum PPKM ditetapkan?
Apabila selisih antara penghasilan selama PPKM berbeda jauh dibanding penghasilan sebelum adanya PPKM, dan komposisi kategori produk atau jasa yang dipasarkan cenderung seimbang, asumsi bisnis yang bisa dibuat adalah tidak adanya relevansi yang signifikan antara produk atau jasa yang ditawarkan dengan kebutuhan pelanggan di masa PPKM. Menyesuaikan bisnis agar lebih relevan dengan kebutuhan pelanggan mungkin perlu untuk dilakukan.
Atau, jika dari komposisi tersebut diketahui suatu produk atau jasa menyusun hingga 70-80% penghasilan, ada baiknya untuk menghentikan untuk sementara produksi produk atau jasa lainnya yang komposisinya lebih sedikit agar angka pengeluaran dapat ditekan lebih jauh di masa yang sulit ini.
Manfaatkan aplikasi majoo dengan fitur pencatatan keuangannya yang akurat secara otomatis agar dapat menyusun strategi keuangan yang lebih sesuai dengan situasi bisnis saat ini!