Akhir-akhir ini, istilah gluten-free kembali relevan sebagai tren kuliner yang sedang naik daun. Pasarnya tentu saja mereka yang sedang mencoba untuk berdiet atau sekadar ingin memulai gaya hidup sehat, juga bagi mereka yang memang sistem pencernaannya tidak bisa menolerir jenis makanan yang mengandung gluten. Tren ini memang bukan sesuatu yang baru, tetapi kini semakin populer mengikuti kebutuhan pasar yang mulai sadar pentingnya mengonsumsi sajian yang sehat bagi tubuh.
Gluten sendiri merupakan protein yang terkandung pada beberapa jenis tepung serta olahan gandum lainnya. Padahal, banyak sekali hidangan yang membutuhkan tepung sebagai bahan pembuatannya. Oleh karena itu, industri kuliner bebas gluten, baik dalam bentuk makanan jadi maupun bahan-bahan pembuatan makanan, menjadi angin segar serta alternatif yang disambut hangat oleh para penikmat kuliner. Sebenarnya, apa saja, sih, produk makanan yang bisa disajikan bebas gluten?
Mi Instan
Siapa di sini yang tidak pernah mengonsumsi mi instan sama sekali seumur hidupnya? Siapa pun, meski hanya sesekali, tentu pernah mencicipi nikmatnya mi instan yang disajikan hangat dengan asap yang masih mengepul. Keberadaan mi instan dalam hidup masyarakat Indonesia memang cukup penting, mengingat betapa mudahnya makanan yang satu ini dibuat serta harganya yang terjangkau. Sayangnya, karena mi instan menggunakan bahan dasar berupa tepung terigu dan tepung tapioka, orang-orang yang ingin menghindari gluten harus berjuang mati-matian agar tidak tergoda menikmati makanan sedap yang mudah dibuat ini. Untungnya, kini sudah banyak pelaku usaha yang memanfaatkan hal tersebut sebagai peluang untuk meluncurkan produk mi instan yang bebas gluten.
Berbeda dengan kebanyakan mi instan, sagu dan spirulina dipilih sebagai alternatif tepung terigu yang bebas gluten. Beberapa produsen, baik dari dalam maupun luar negeri, mulai memperkenalkan mi instan bebas gluten bagi penikmat mi yang tidak bisa terlalu sering mengonsumsi gluten. Meski harga akhirnya sedikit lebih tinggi dibanding mi instan biasa, mi instan bebas gluten ini toh tetap memiliki pasar yang tidak sedikit.
Roti Gandum
Dibanding dengan mi instan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, memakan roti memang bukan tren kuliner yang begitu digemari dalam budaya kita. Meski demikian, sebagai pilihan sarapan yang mudah, mengenyangkan, dan hemat waktu, roti tetap memiliki peminat yang tak bisa dibilang sedikit. Terlebih bagi generasi muda yang memiliki banyak aktivitas serta mobilitas tinggi, tetapi tak punya banyak waktu untuk membuat sarapan sendiri, keberadaan roti seolah menjadi penyelamat untuk memenuhi kebutuhan gizi harian di tengah padatnya pekerjaan yang harus diselesaikan. Namun, tepung yang digunakan untuk membuat roti terkenal memiliki gluten yang tak bisa dinikmati oleh semua orang. Oleh karena itu, keberadaan roti bebas gluten pun sebagai sumber energi yang lebih sehat pun memegang peranan yang cukup penting.
Roti bebas gluten umumnya tidak dibuat dari gandum, melainkan dari tepung tapioka organik. Beberapa produsen roti bebas gluten juga memasukkan gula aren sebagai penambah rasa. Roti dengan jenis ini memiliki kandungan serat yang kaya sehingga tepat dikonsumsi sebagai persediaan energi untuk beraktivitas sepanjang hari. Cukup tambahkan mentega atau selai organik, dan sarapan sehat yang ringkas pun sudah dapat disajikan.
Penyedap Rasa
Banyak orang memilih untuk menambahkan mayonaise agar makanan yang disantap terasa lebih sedap. Namun, bagi mereka yang sedang berada dalam program diet atau ingin memulai gaya hidup yang lebih sehat, keberadaan saus bebas gluten dapat membantu menikmati kelezatan tersebut tanpa harus takut dengan kandungan gluten di dalamnya. Tak heran jika keberadaan penyedap rasa yang bebas gluten ini disambut dengan baik oleh mereka yang ingin mengonsumsi hidangan sedap tanpa tambahan mayonaise.
Selain dalam bentuk saus, penyedap rasa bebas gluten juga tersedia dalam bentuk tepung bumbu yang kerap digunakan untuk menambahkan rasa crunchy yang menggoda pada sajian goreng-gorengan. Jika kebetulan tubuhmu tidak sanggup menoleransi kandungan gluten dalam makanan, tren kuliner yang satu ini bisa dimanfaatkan untuk mempermudah hidup!
Oatmeal
Sama seperti roti, menikmati oatmeal sebagai alternatif sajian saat sarapan juga bukan budaya yang banyak diterapkan di masyarakat kita. Namun, oatmeal yang mudah dibuat dan mengenyangkan, serta cocok untuk berbagai kesempatan, tidak hanya untuk sarapan saja, tetap memiliki peminat yang cukup banyak. Dengan adanya oatmeal bebas gluten, kamu yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan bisa memiliki lebih banyak alternatif untuk tetap sehat. Oatmeal jenis ini biasanya dibuat dari whole grain yang sehat dan penuh kandungan gizi, pilihan tepat untuk dikonsumsi sebelum memulai hari, atau ketika kamu terlalu malas untuk mencoba beragam resep yang terlalu merepotkan.
Budaya dan Tren Kuliner Bebas Gluten yang Sehat
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan pun terus meningkat. Selain beberapa jenis makanan gluten-free setengah jadi yang sudah disebutkan di atas, beberapa pelaku usaha pun mulai merambah bisnis kuliner sehat yang bebas dari gluten, di beberapa tempat di ibukota, misalnya, mudah sekali bagimu untuk menemukan tempat-tempat makan yang menyajikan makanan bebas gluten, baik restoran-restoran yang menyediakan makanan berat atau sekadar kafe yang ingin menghadirkan menu camilan sehat bagi pelanggannya. Selain membantu mereka yang sedang diet untuk segera mencapai berat badan ideal yang diinginkan, makanan-makanan bebas gluten semacam ini juga sangat menolong mereka yang tidak dapat menoleransi gluten. Masalahnya, bagi mereka yang sistem pencernaannya tidak dapat menerima gluten, gangguan-gangguan kecil seperti diare, kram, perut kembung dan penuh gas, serta gejala sembelit bisa muncul dengan cepat.
Menyediakan alternatif bebas gluten tidak hanya membantu pelanggan yang membutuhkannya, tetapi juga membantu pelaku usaha mengembangkang bisnisnya dan mendapatkan arus pendapatan yang baru. Meski demikian, dengan pasar yang demikian spesifik, bisnis kuliner yang satu ini bisa dibilang memiliki tantangannya sendiri.