Waspadai Tantangan Ini dalam Mengelola Bisnis Milikmu

Ditulis oleh Daniel Prasatyo

article thumbnail

Memulai bisnis sendiri bagi sebagian orang memang sangat menyenangkan dan menegangkan. Kamu bisa terlibat aktif mulai dari menyusun konsep dan strategi bisnis, menentukan barang apa saja atau jasa apa saja yang akan kamu tawarkan, sampai memutuskan hari dan tanggal mulai beroperasinya bisnismu. Dalam prosesnya, kamu belajar banyak hal baru.

Tidak banyak orang yang mampu menjalani tahapan awal mendirikan bisnis sendiri. Sebagian besar tidak memiliki daya tahan yang cukup, sebagian lainnya tidak memiliki motivasi yang cukup. Kalau bisnismu sudah berdiri dan sudah berjalan, artinya kamu punya motivasi dan daya tahan yang kuat.

Namun, tantangan yang akan kamu hadapi, tidak berhenti sampai di titik itu saja. Mendirikan bisnis, menjalankan bisnis, mengelola bisnis, dan mengembangkan bisnis memiliki tantangannya masing-masing, dengan tingkat kesulitan dan potensi risiko yang semakin tinggi.

Setelah bisnismu berdiri dan mulai berjalan, kamu harus segera menyiapkan dirimu untuk menghadapi tantangan-tantangan baru dalam mengelolanya. 

Sumber Daya Manusia

Waktu kamu merintis bisnismu, mungkin kamu melakukannya sendirian. Setelah kamu siap membuka usahamu, baru kamu mempekerjakan karyawan untuk membantumu menjalankan tugas-tugas tertentu.

Urusan sumber daya manusia ini – karena berhubungan dengan manusia – sudah pasti akan rumit dan penuh tantangan. Tantangan yang paling sering dialami bisnis yang masih baru adalah karyawan yang memutuskan keluar karena mendapatkan pekerjaan lain yang (menurut mereka) lebih baik. Tentu saja ini akan memusingkan kepala, karena mencari karyawan baru dan menyiapkannya sebagai pengganti tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Belum lagi kalau nanti karyawanmu mulai protes, mengeluh, baik itu tentang besaran gaji yang mereka terima, atau tentang jam kerja, dan seterusnya. Yang juga cukup sering terjadi antara lain konflik antara karyawan, konflik pribadi mereka di keluarga yang terkadang penyebabnya bisa tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, tetapi berdampak pada kinerja mereka.

Untuk menghadapi tantangan ini, kamu harus meluangkan waktu khusus untuk melakukan tiga hal berikut. Yang pertama, kamu harus membuat sistem tentang ketenagakerjaan di bisnismu. Buatlah jenjang karier – meskipun bisnismu bisnis kecil – semisal skema kenaikan gaji berkala setiap periode waktu tertentu. Pastikan bahwa kamu memenuhi hak-hak mereka mulai dari gaji yang minimal sesuai dengan UMP, sampai BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, THR dan seterusnya. Beri insentif berupa bonus, yang bisa kamu tentukan misalnya berdasarkan penjualan, atau pendapatan, untuk memacu kinerja mereka.

Yang kedua, kamu harus meluangkan waktu untuk berbicara dan mengenal mereka secara personal, dalam batasan-batasan profesional. Ketika mereka merasa dianggap dan dimanusiakan, potensi mereka memunculkan konflik akan jauh lebih kecil. Kamu pun bisa mendeteksi gesekan yang akan muncul antarkaryawan kalau kamu sudah mengenal mereka dengan baik.

Yang ketiga, kamu harus merencanakan sistem pengembangan kapasitas bagi masing-masing karyawanmu. Bisa dengan memberi mereka pelatihan, mendatangkan trainer, atau juga dengan mengajak seluruh karyawanmu untuk melakukan kegiatan bersama: mulai dari outbound sampai piknik bersama. Di satu sisi, kamu memberi sesuatu kepada mereka untuk pengembangan diri mereka yang juga untuk kepentingan bisnismu, dan di sisi lainnya, kamu menumbuhkan keakraban antarkaryawan di bisnismu.

Persaingan Bisnis

Pada tahap perencanaan bisnis dan strategi bisnis, persaingan pastinya sudah menjadi satu hal yang kamu pertimbangkan matang-matang. Kamu pasti sudah menentukan caramu menghadapi persaingan bisnis antara bisnismu dengan bisnis lain yang serupa. Yang tidak bisa direncanakan adalah reaksi mereka terhadap munculnya bisnismu sebagai kompetitor mereka.

Bisnis lain yang sudah lebih dulu dan mungkin sudah mempunyai basis pelanggan yang mapan, akan melakukan strategi-strategi pemasaran baru yang bisa membuat kamu kelewahan. Beberapa pelaku bisnis bahkan akan bermain kotor untuk menyingkirkan kompetitor mereka.

Yang harus kamu lakukan, yang pertama, adalah untuk tidak langsung reaktif. Kamu harus mempelajari strategi yang mereka terapkan, agar langkahmu berikutnya tidak malah merugikan bisnismu sendiri. Misalnya, kamu menerapkan promosi diskon 10% untuk semua produk atau jasamu selama masa soft opening. Mereka, tiba-tiba, menggelar promosi diskon 25%, dengan harapan semua calon pelangganmu akan lari ke mereka. Kalau kamu menanggapinya dengan mengumbar diskon tambahan menjadi 30%, bisa jadi kamu sendiri yang akan menanggung kerugian.

Yang kedua, kamu harus kembali ke faktor keunikan produk atau jasamu. Tonjolkanlah yang kamu punya, yang tidak dipunyai oleh kompetitormu. Kalau barang dan jasamu sama, buatlah program promosi yang sama sekali berbeda dari yang dibuat oleh pesaingmu.  

Dinamika Pasar

Perkembangan teknologi membuat dinamika pasar menjadi semakin hidup. Di satu sisi, dinamika ini berujung pada kemudahan-kemudahan. Di sisi lain, karena perubahannya yang cukup cepat, kamu dituntut untuk selalu siap setiap saat.

Contoh sederhananya, di masa lalu, pelanggan hanya mengenal pembayaran cash atau menggunakan kartu kredit. Ketika dunia perbankan mengenalkan teknologi kartu debit, bisnis yang tidak mengikuti perkembangan ini pun ditinggalkan oleh pelanggan yang merasakan keamanan karena tidak perlu lagi membawa uang tunai. Sekarang, tidak hanya kartu debit. Berbagai varian dari kartu debit (e-money, contohnya), dompet digital, dan metode pembayaran lain pun sudah bermunculan. Bisnismu harus bisa menyesuaikan diri dan mengikuti dinamika ini agar tidak tertinggal.

Saat ini, pasar sudah bergeser ke e-commerce. Alih-alih berupaya mendatangkan calon pembeli ke tokomu, kamu bisa menghadirkan tokomu di dalam genggaman para calon pembeli. Kamu pun mau tidak mau harus cepat menyesuaikan bisnismu dengan kemajuan ini.

Dinamika Pelanggan

Dulu, hampir semua pelaku bisnis memperlakukan pelanggan bak seorang raja. Tentunya dengan tujuan agar pelanggan tersebut puas dan terus menjadi pelangganmu. Saat ini, keadaannya sudah berubah. Pelanggan menuntut untuk diperlakukan seperti seorang raja. Sebagus apa pun barang daganganmu, sebaik apa pun layananmu, pelanggan bisa dengan mudah menulis ulasan yang buruk atas bisnismu.

Caramu menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan membuka sebanyak-banyaknya saluran komunikasi dengan mereka. Mereka bisa saja melontarkan keluhan mereka di media sosial, di laman web bisnismu, di mana saja. Tanggapi semua keluhan mereka dengan nada yang baik, dengan tawaran solusi. Di satu sisi, kamu menunjukan iktikad baikmu dan di sisi lain, calon pelanggan yang lain pun akan terkesan dengan keprofesionalanmu menghadapi keluhan – bahkan yang tidak masuk akal sekalipun.

Contoh lain dari dinamika pelanggan ini adalah kesadaran pelangganmu terhadap isu-isu global. Kampanye lingkungan hidup yang mendorong masyarakat untuk tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai, misalnya, bisa membuat pelangganmu meninggalkan kafemu yang masih memberikan sedotan plastik di setiap minuman dingin. Kasus lainnya, para pelangganmu bisa saja meninggalkan bisnismu karena barang daganganmu memiliki jejak karbon yang buruk.

Tentunya, sebagai seorang pengusaha, kamu harus secara terus menerus mempelajari karakteristik target pasarmu sehingga kamu bisa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan dinamika mereka.

Bertumbuh atau Berkembang?

Ketika bisnismu sudah berjalan, dan berjalan dengan baik, kamu akan dihadapkan pada pilihan berikut: bertumbuh atau berkembang. Pada titik itu, misalnya, kamu sudah punya cukup dana untuk memperbesar tokomu atau membuka cabang baru.

Tidak sedikit bisnis yang tersandung ketika menghadapi tantangan yang satu ini. Seringnya, hal ini terjadi karena mereka tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari.

Ketika bisnismu sudah mulai berjalan dengan lancar, sebelum kamu sampai pada persimpangan itu, mulailah memikirkan langkah-langkah berikutnya. Bandingkan kedua pilihan itu, segala kelebihan dan kekurangannya. Keuntungan apa yang kamu dapatkan dari membuka cabang baru? Akankah cabang baru berdampak pada penurunan penjualan di cabang utama? Berapa overhead yang harus kamu keluarkan untuk sewa tempat dan menggaji karyawan di cabang?

Sesudah kamu bandingkan, dan ketika keduanya masih menjadi pilihan yang sama baiknya, tentukan prasyarat-prasyarat yang harus terpenuhi sebelum kamu memilih. Misalnya, kamu hanya akan memilih untuk membuka cabang jika kamu mendapatkan tempat di jalan X dengan harga sewa sekian rupiah. Atau kamu akan memilih untuk memperluas toko utamamu kalau sudah mendapat sejumlah member.

Atau, kalau sudah mencapai pendapatan rata-rata sekian rupiah dalam waktu 6 bulan, kamu akan mulai membuka usaha baru yang lain. Niscaya, ketika tantangan itu tiba di depan mata, kamu sudah siap.

Cita-Cita vs Realita

Sebagai wirausahawan, pastinya kamu sudah memiliki bayangan akan seperti apa kelak bisnismu ini. Semua orang di sekitar tempat usahamu menjadi pelanggan laundry-mu, misalnya. Atau kafemu menjadi pusat tongkrongan mahasiswa di kotamu. Cita-cita yang semacam itu harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Cita-cita ini akan menuntun langkah-langkahmu, memberi tujuan yang pasti. Namun, kamu juga harus bisa menerima ketika realitanya tidak atau belum seperti itu.

Kamu harus menyadari bahwa cita-citamu lahir dari harapan dirimu sendiri. Ketika bisnismu mulai beroperasi di dunia nyata, ada banyak faktor yang memberi dampak baik langsung maupun tidak. Mungkin bisnis laundry-mu memang satu-satunya di wilayahmu ketika kamu mendirikannya. Bukan berarti bulan berikutnya tidak mungkin ada orang lain yang melihat potensi bisnis laundry membuka usahanya sendiri di seberang laundry-mu.

Atau ketika kamu berharap kafemu menjadi tempat tongkrongan mahasiswa di kotamu. Ternyata, yang nongkrong di sana justru bukan mahasiswa, tetapi para pekerja dan eksekutif muda.

Ketika realita tidak sesuai dengan cita-citamu, kamu tidak boleh patah semangat. Ini tantangan bagimu, bagi kemampuanmu bertahan dan berupaya. Cita-citamu masih bisa tercapai, kok, meskipun ada dua bisnis laundry lain di jalan yang sama dengan laundry-mu. Kamu mungkin cuma perlu mengubah strategi pemasaran dan mendesain program loyalti yang bisa memikat pelanggan lama dan baru. Kafemu yang menjadi tongkrongan eksekutif muda, tentunya harus kamu sesuaikan dengan karakteristik niche pasarmu ini, dan buatlah cita-cita baru yang semakin memacumu dalam berbisnis.

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo