ROI atau Return of Investment adalah rasio atau tingkat pengembalian investasi yang diberikan untuk menjalankan operasional sebuah bisnis; baik dari awal pendirian maupun untuk pengembangan bisnis tersebut.
Dalam bahasa umum, banyak pelaku usaha yang menyebut ROI ini sebagai laba, karena secara singkat RoI memang menunjukkan pendapatan yang diperoleh suatu bisnis jika dibandingkan dengan modal yang sudah dikeluarkan sebagai investasi untuk bisnis tersebut. Namun, sesungguhnya istilah yang satu ini memiliki makna berbeda dari yang banyak diketahui dan dipahami oleh orang-orang.
Jadi, sebenarnya, apa itu ROI? Mengapa seorang pelaku usaha perlu memahaminya dengan benar dalam menjalankan bisnisnya.
Mengenal ROI atau Return of Investment serta Tujuannya
Seperti yang sudah dibahas, secara umum ROI merupakan rasio atau tingkat pengembalian investasi bisnis. Maksudnya, ketika seseorang berinvestasi pada sebuah bisnis, baik bisnis yang dijalankan sendiri atau bisnis yang dimiliki dan dijalankan oleh orang lain, berapa persen investasi tersebut yang akan diperoleh kembali dan dinikmati sebagai keuntungan investasi bisnis.
Karenanya, ROI menjadi sesuatu yang penting dan perlu diketahui oleh setiap pelaku usaha; baik bisnis besar maupun usaha mikro, kecil, dan menengah. Karena sebagai seorang pelaku usaha, secara otomatis ada modal yang harus dikeluarkan, bukan? Modal inilah yang nantinya dapat dihitung sebagai investasi.
Karena fungsi yang dimilikinya tersebut, ROI umumnya digunakan sebagai ukuran untuk menghitung tingkat pengembalian modal atau investasi di setiap periode, sehingga investor dapat menghitung serta memperkirakan mana investasi yang menghasilkan dan mana yang sebaiknya tidak dilanjutkan lagi.
Bagi pelaku usaha, hasil penghitungan tingkat Return of Investment juga dapat digunakan untuk membuat proyeksi strategi bisnis, terlebih jika ada beberapa kegiatan pemasaran yang perlu dipertimbangkan dan disesuaikan ulang untuk memperoleh keuntungan bisnis yang lebih besar. Bagaimanapun juga, melakukan kegiatan pemasaran bukanlah sesuatu yang murah dan terkadang membutuhkan modal.
Rumus Penghitungan ROI Sederhana
Jangan takut dulu mendengar kata rumus dan penghitungan. Meski mungkin kamu tidak begitu menguasai ilmu matematika atau akuntansi, rumus ROI adalah salah satu rumus yang paling mudah dan sederhana, sehingga siapa pun bisa melakukan penghitungan tersebut.
ROI dapat dihitung dengan rumus berikut:
ROI = (nilai investasi saat ini + pemasukan dari investasi tersebut - nilai investasi awal) / nilai investasi awal + pengeluaran lain terkait investasi tersebut x 100%
Agar lebih mudah dipahami, mari kita bedah satu per satu komponen yang diperlukan dalam rumus penghitungan tersebut:
Nilai investasi saat ini
Sangat umum apabila nilai sebuah investasi berubah setiap waktunya karena sifatnya yang memang fluktuatif dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti inflasi, deflasi, dan semacamnya. Untuk menghitung tingkat Return of Investment yang dimiliki oleh sebuah bisnis, seorang pelaku usaha harus tahu terlebih dahulu berapa nilai investasi yang sudah dikeluarkan tersebut jika dihitung dengan nilainya saat ini.
Untuk investor yang berinvestasi pada bisnis lain yang tidak dijalankan sendiri, nilai ini dapat diketahui ketika investor tersebut menghentikan investasi yang dilakukannya dengan menjual nilai investasinya. Nilai jual tersebut yang menjadi nilai investasi saat ini. Apabila investasi tersebut tidak dijual, nilai investasi saat ini dihitung melalui berbagai faktor yang memengaruhi nilai investasinya.
Pemasukan dari investasi tersebut
Seorang pelaku usaha yang menerima suntikan dana yang segar sebagai investasi untuk bisnisnya tentu tidak akan membiarkan investasi tersebut tanpa fungsi yang berarti, bukan? Umumnya investasi akan digunakan sebagai modal awal untuk mendirikan sebuah bisnis maupun untuk biaya pengembangannya.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut, bisnis bisa memberikan penghasilan atau justru mengalami kerugian. Hasil investasi tersebut yang dihitung sebagai komponen pemasukan dari investasi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa untuk menghitung Return of Investment, pemasukan yang menjadi komponen penghitungan harus merupakan pemasukan bersih. Misalnya saja seorang pelaku usaha memperoleh dana investasi, kemudian memutuskan untuk menggunakan dana tersebut untuk membeli produk mentah, setengah jadi, atau barang jadi untuk dijual kembali; pendapatan bersihnya yang akan dimasukkan dalam komponen penghitungan.
Jadi, jangan memasukkan pos pendapatan kotor atau omset ke dalam penghitungan ROI karena hasil penghitungan tersebut menjadi tidak akurat lagi. Pisahkan terlebih dahulu berapa beban produksi yang dikeluarkan untuk memasarkan produk atau jasa tersebut, termasuk biaya pemasarannya serta pajak penghasilan yang mungkin ditanggungnya.
Setelahnya, pendapatan yang benar-benar bersih tersebut baru dapat dimasukkan ke dalam penghitungan ROI untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasi yang tepat.
Nilai investasi awal
Karena rumus ROI adalah metode yang digunakan untuk melihat perkembangan hasil investasi, nilai awal investasi itu sendiri akan masuk sebagai komponen penghitungan yang nantinya dapat difungsikan sebagai dasar penghitungan itu sendiri.
Pengertian nilai investasi awal tentunya sudah sangat jelas. Komponen penghitungan yang satu ini didapatkan dari besarnya investasi yang diberikan atau diterima secara apa adanya. Semisal seorang investor menanamkan modal sebesar Rp1.000.000, nilai investasi awal yang dimasukkan ke dalam rumus, kapan pun penghitungan tersebut dilakukan, akan tetap sebesar Rp1.000.000 tanpa ada perubahan sama sekali.
Harap diingat bahwa komponen yang satu ini perlu dimasukkan dua kali: pertama sebagai pembilang untuk mengetahui berapa banyak pendapatan atau kerugian yang diperoleh dalam kegiatan investasi tersebut dengan mengurangi pendapatan terkait dengan nilai investasi awal ini. Kemudian sekali lagi dimasukkan sebagai pembagi untuk menentukan berapa persen pendapatan atau kerugian yang diterima berdasarkan nilai investasi awalnya.
Berbeda dengan nilai investasi saat ini yang dapat berubah-ubah karena banyak faktor yang memengaruhinya, nilai investasi awal tak akan pernah berubah, sehingga siapa saja dapat memasukkan komponen penghitungan ini secara tepat cukup dengan melihat dokumen investasi terkait. Umumnya, nilai investasi awal akan dicantumkan dalam kontrak atau surat perjanjian yang dibuat saat pertama kali investasi tersebut diberikan.
Pengeluaran lain terkait investasi
Dalam penghitungan Return of Investment, biaya yang dikeluarkan dalam berinvestasi dihitung sebagai beban investasi itu sendiri. Karenanya, komponen biaya yang satu ini juga harus dimasukkan ke dalam pembagi ketika menghitung ROI.
Sebagai contoh, saat ingin berinvestasi atau mencari investor yang mau menyuntikkan dana segar, terkadang dibutuhkan jasa pelobi atau semacamnya. Umumnya, jasa tersebut dibayarkan dalam bentuk komisi. Nah, beban pengeluaran inilah yang kemudian digolongkan sebagai pengeluaran lain terkait investasi.
Biaya apa pun yang berkaitan secara langsung terhadap investasi atau perlu dikeluarkan untuk mendapatkan investasi tersebut akan digolongkan sebagai pengeluaran lain terkait investasi saat melakukan penghitungan ROI.
Penghitungan dalam persen
Jangan lupa bahwa Return of Investment selalu dihitung dalam bentuk persen. Karenanya, saat menerapkan rumus ROI, angka 100% selalu digunakan sebagai pengali di bagian akhir.
Dengan adanya angka 100% ini, hasil penghitungan akan berubah ke dalam bentuk persen, sehingga rasio pendapatan atau kerugian dari sebuah investasi dapat diketahui secara mudah. Misalnya saja dari investasi sebesar Rp1.000.000 seseorang menerima keuntungan bersih sebesar Rp500.000, rasio atau tingkat pengembalian investasinya adalah 50%.
Karena komponen yang dihitung dalam pengembalian investasi merupakan pendapatan bersih yang diterima dari investasi tersebut, sekecil apa pun persen yang keluar sebagai hasil penghitungan tetap dinyatakan sebagai keuntungan. Selama tingkat pengembalian investasinya di atas 0%, maka investasi tersebut dapat dianggap sebagai investasi yang menguntungkan meski mungkin nilai keuntungannya tergolong kecil.
Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian investasinya berada di bawah 0% atau tepat di angka 0%, investasi tersebut akan digolongkan sebagai investasi yang gagal karena tidak ada keuntungan yang didapatkan. Umumnya, situasi ini terjadi ketika angka pembilang dalam rumus ROI yang diterapkan berada pada posisi minus. Artinya, bisnis yang menerima investasi tersebut mengalami kerugian.
Mengapa Perlu Melakukan Penghitungan ROI?
Ada banyak alasan mengapa seorang pelaku usaha perlu mengetahui berapa tingkat pengembalian investasi yang dimiliki oleh bisnis yang mereka jalankan. Dengan menghitung tingkat pengembalian bisnis, seorang pelaku usaha dapat lebih mudah dalam meyakinkan calon-calon investor baru untuk ikut berinvestasi dalam pengembangan bisnisnya; terlebih jika tingkat pengembalian investasi yang diperoleh tergolong tinggi.
Selain itu, Return of Investment juga dapat menjadi alat untuk mengukur rasio keberhasilan suatu strategi bisnis; khususnya terkait kegiatan pemasaran serta penjualan dari bisnis yang dijalankan.
Apabila dari penghitungan ROI diketahui bahwa tingkat pengembalian investasinya tergolong rendah atau bahkan berada di posisi minus, pelaku usaha dapat menyesuaikan model bisnisnya secara cepat untuk menanggulangi kerugian tersebut alih-alih terus melanjutkan model bisnis yang sama dan tidak menguntungkan. Pertumbuhannya pun dapat dipantau dari periode ke periode karena penghitungan ROI umumnya dilakukan per periode investasi sebagai analisis berkala.
Tanpa adanya penghitungan ROI, seorang pelaku usaha akan kesulitan untuk menentukan progress dari pengembangan bisnisnya, sehingga akan terjebak pada cara yang sama secara terus-menerus tanpa bisa bangkit dan meningkatkan pendapatan bisnisnya. Jika situasi ini terus dibiarkan, tentu bisnis akan merugi atau sulit berkembang. Inilah mengapa ROI menjadi penting dalam analisis laba rugi sebuah bisnis.
Dengan dua alasan tersebut saja, tentu sudah ada bayangan mengapa penghitungan ROI di setiap periode perlu dilakukan, khususnya bagi pelaku usaha yang memang ingin terus mengembangkan bisnisnya semakin maju dan besar. Dari penghitungan tersebut, tak jarang operasional bisnis pun ikut disesuaikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pelaku usaha juga dapat memanfaatkan aplikasi POS seperti aplikasi majoo dengan berbagai fitur andalannya yang dapat membantu pengelolaan bisnis secara mudah, efektif, serta efisien. Penggunaan aplikasi majoo dapat digolongkan sebagai investasi yang bagus karena dengan aplikasi majoo, pelaku usaha dapat menekan berbagai biaya pengelolaan bisnis sehingga bisa memperoleh rasio Return of Investment yang lebih baik.
Ingat kembali bahwa beragam pengeluaran yang dilakukan dalam menjalankan bisnis dapat menurunkan tingkat pengembalian investasi. Dengan manfaat yang ditawarkan serta berbagai kemudahan dan fungsinya yang hemat biaya, pelaku usaha dapat memperoleh pendapatan bersih yang lebih besar saat menggunakan aplikasi majoo; sehingga tingkat pengembalian investasinya pun akan semakin tinggi dan dapat digunakan untuk meyakinkan investor-investor potensial yang dapat membantu pengembangan bisnis ke depannya!