Satu hal yang mungkin terlintas di pikiranmu saat mendengar kata barter adalah tukar menukar barang. Ya, sudah umum rasanya kalau kita mengenal sistem barter berkaitan dengan konsep pembayaran di masa lampau. Bisa dibilang, sistem barter adalah awal mula dari adanya uang sebagai alat tukar dan alat transaksi jual beli manusia.
Meskipun saat ini sistem barter dianggap sudah menghilang dari peradaban karena tingginya tingkat pemakaian uang, tapi ternyata sistem barter masih menjadi bagian dari tradisi di suatu wilayah.
Sebenarnya apa sih sistem barter? Seperti apa sejarahnya dan siapa yang pertama kali mencetuskan sistem tukar menukar barang ini? Mengapa sistem barter akhirnya bisa tergantikan oleh keberadaan uang?
Pengertian Sistem Barter adalah …
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian barter adalah kegiatan perdagangan dengan saling bertukar barang. Barter merupakan sistem transaksi jual beli pertama kali yang diterapkan oleh manusia, terutama manusia pada zaman dahulu.
Melalui pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa definisi dari barter adalah sistem transaksi berupa pertukaran antara barang dengan barang; jasa dengan jasa; barang dengan jasa atau sebaliknya.
Salah satu bentuk transaksi barter adalah transaksi bolak-balik, artinya satu pihak menjual sebuah barang dengan imbalan pembelian barang yang identik.
Barter sama sekali tidak melibatkan uang untuk memfasilitasi pembayaran. Para pelaku murni saling menukarkan barang masing-masing. Meski biasanya dikaitkan dengan perekonomian tradisional, nyatanya transaksi barter masih berlangsung di perekonomian modern, meski hanya beberapa.
Baca Juga: Mengenal Komponen Sistem Pembayaran untuk Bisnis
Sejarah Sistem Barter
Sebelum manusia menemukan uang sebagai alat tukar, mereka menggunakan sistem barter untuk dapat menyelesaikan transaksi jual beli. Meskipun pada kala itu, keadaan perekonomian masih sederhana, tetapi mereka tetap harus mempunyai sistem tersendiri untuk proses transaksi jual beli ini.
Sejarah barter diperkirakan muncul pada 6000 SM dan diperkenalkan oleh suku Mesopotamia. Kemudian, sistem barter ini diadopsi oleh orang Fenisia. Orang Fenisia dapat disebut sebagai “perantara”, sebab mereka membawa dan menjual barang antar negara-negara.
Sistem barter makin berkembang lebih baik di kota Babilonia. Dalam sistem yang baru ini, mereka menggunakan berbagai barang sebagai standar barter, misalnya tengkorak manusia dan garam.
Perkembangan dari sistem Barter ini bahkan juga mewarnai sejarah di tahun-tahun awal berdirinya Universitas Oxford dan Universitas Harvard. Ada masanya para mahasiswa membayar uang kuliahnya dengan bahan makanan, kayu bakar, hingga hewan ternak.
Sistem barter tidak melulu pertukaran barang dengan barang saja, tetapi dapat juga dilakukan antara jasa dengan barang. Selagi kedua pihak merasa saling membutuhkan, maka sistem barter dapat dianggap sah.
Pada tahun 1930-an, sistem barter kembali populer karena pada saat terjadi kelangkaan uang. Bahkan, Adolf Hitler juga menggunakan sistem barter untuk mengumpulkan uang sebagai dana perang. Hitler terlibat dalam perdagangan barter dengan banyak negara, misalnya Yunani, Swedia, dan Rusia. Pasca perang dunia II, rakyat Jerman pun terpaksa kembali menerapkan sistem barter karena pada kala itu mata uang Jerman mengalami inflasi.
Syarat Terjadinya Barter
Agar sistem barter dapat terlaksana dengan baik, maka ada syarat-syarat penting yang harus dipenuhi.
Ada Orang yang Diajak Bertukar
Syarat utama dalam pelaksanaan sistem barter tentu saja haruslah ada orang atau sekelompok orang yang mau untuk diajak bertukar barang.
Ada Rasa Saling Membutuhkan
Orang yang diajak bertukar barang sebaiknya memang memiliki rasa kebutuhan akan barang yang akan ditukarkan tersebut. Sehingga harus ada rasa saling membutuhkan satu sama lain.
Nilai Barang yang Sama
Barang yang ditukar sebaiknya memang harus mempunyai nilai barang yang sama. Jika ternyata ada ketimpangan nilai antara barang satu dengan barang yang lain, salah satu pihak akan merasa rugi.
Ada Barang yang Dibutuhkan
Setelah menemukan orang yang mau diajak bertukar barang, mereka harus memiliki barang yang dibutuhkan oleh pihak lain. Sebab tujuan utama dari sistem barter adalah mendapatkan barang yang dibutuhkan dari pihak lain melalui pertukaran barang.
Kelebihan Barter
Salah satu kelebihan dari sistem barter adalah memiliki keterkaitan dengan interaksi sosial antara pihak-pihaknya. Berikut beberapa kelebihan lainnya.
Dapat Mengenal Satu Sama Lain
Hal ini terjadi karena saat hendak melangsungkan upaya barter, pasti akan didahului dengan komunikasi berupa percakapan dan negosiasi. Dalam interaksi sosial tersebut nantinya antar pihak akan mengenal satu sama lain, hingga akhirnya dapat menjalin hubungan baik.
Sikap Toleransi Terhadap Sesama
Dalam sistem barter, pihak yang bersangkutan akan memiliki sikap toleransi dan keinginan untuk saling tolong menolong terhadap sesama.
Misalnya, Pak Dani mempunyai dua ekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sekarung beras milik Pak Abu. Padahal saat itu, Pak Abu juga tidak tengah membutuhkan ayam, tetapi di sisi lain, beras miliknya sangat banyak. Akhirnya Pak Abu menyetujui sistem pertukaran antara dua ayam dengan sekarung beras karena adanya rasa ingin menolong Pak Dani tanpa memikirkan kerugian yang bisa saja didapatkannya.
Tidak Adanya Pemborosan
Barter tidak menyebabkan terjadinya pemborosan. Alasannya adalah karena terdapat timbal balik antara dua produk yang memang benar-benar dibutuhkan. Sehingga tidak akan menyia-nyiakan produk yang ditukarkan.
Meningkatkan Arus Kas
Dalam sistem perekonomian modern, barter adalah konsep yang menguntungkan. Karena barter tidak melibatkan uang sebagai alat pembayaran. Itu adalah alternatif dalam perekonomian modern.
Kamu dapat menyimpan uang anda untuk keperluan lain yang tidak bisa melalui barter seperti pembayaran utilitas dan bunga pinjaman. Barter menjadi semakin penting ketika jumlah uang atau harga uang menyusut tajam.
Baca Juga: Mari Belajar Analisis Rasio Keuangan!
Kelemahan Barter
Jika ada kelebihan dari sebuah sistem, akan ada pula kelemahan barter yang dianggap kurang sesuai dengan masyarakat. Dalam perjalanannya, sistem barter memang akhirnya menemui banyak kendala. Ada cukup banyak kelemahan barter yang menjadikannya ditinggalkan oleh masyarakat.
Sulit Menyimpan Barang atau Komoditas
Kelemahan barter yang pertama adalah kesulitan untuk menyimpan barang atau komoditas yang dimiliki sampai menemukan orang yang sama-sama mau untuk bertukar atas barang tersebut.
Apabila barang atau komoditas menjadi rusak sebelum dapat ditukar, tentu saja orang tersebut akan rugi. Apalagi jika barang tersebut adalah komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging ternak.
Sulit Menentukan Kadar Nilai Barang
Salah satu kesulitan yang dirasakan dalam sistem barter adalah adanya perbedaan jenis barang atau komoditas yang hendak ditukarkan dan kadar nilai barangnya yang juga berbeda. Meskipun saat itu memang, manusia masih mengalami kesulitan dalam menentukan kadar nilai barang karena minimnya pengetahuan.
Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.
Sulit Melakukan Transaksi
Kelemahan dari sistem barter adalah saat akan melakukan transaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain.
Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Artinya, dia harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum. Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.
Alat Tukar Sulit Untuk Dipecah
Selanjutnya, salah satu kesulitan yang dirasakan dalam sistem barter adalah sulitnya memecah alat tukar.
Misalnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah kasur. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh kasur saja. Maka pemilik kasur akan kesulitan untuk memecah atau membagi kasur tersebut menjadi nilai yang sesuai.
Contoh Barter
Pada masa lampau, contoh barter biasanya berhubungan dengan bahan dan barang kebutuhan hidup manusia sehari-hari, antara lain:
- Menukar mentega untuk mendapatkan roti
- Menukar daging dengan selimut
- Menukar ikan dengan sayur
- Menukar ayam dengan sabun atau peralatan mandi
- Menukar ikan dengan obat-obatan
Hal ini menjadi sedikit berubah di masa sekarang, banyak orang melakukan barter bukan untuk kepentingan barang sehari-hari, melainkan sebagai opsi pertukaran saja.
Contoh barter zaman sekarang adalah:
- Menukar sepatu yang berlebih di rumah untuk mendapatkan tas yang diinginkan
- Toko komputer menyediakan peralatan komputer ke pemilik sebuah website. Pemilik toko menerima iklan gratis di situs web pelanggan.
- Malaysia menukar minyak sawit dengan pesawat tempur Rusia
- Venezuela menukar minyak dengan tenaga medis dari Kuba
Jenis-jenis Barter
Terdapat beberapa jenis barter yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu:
Barter Langsung
Barter langsung biasanya terjadi saat ada dua pihak yang secara langsung menukarkan barang mereka. Seperti sayur yang ditukarkan dengan ikan, sepatu yang ditukarkan dengan tas ransel, dan sebagainya.
Barter Alih
Barter alih merupakan sistem barter antara kedua belah pihak. Namun, salah satu pihak tidak bisa memanfaatkan barang tersebut, kemudian dialihkan ke pihak lainnya yang bisa memanfaatkannya.
Contohnya saat ada seorang pedagang sayur menukarkan sayurnya ke pedagang ikan. Namun, dia lupa bahwa di rumah pedagang ikan ternyata sudah memiliki banyak simpanan sayur, kemudian menukarkan sayur tersebut ke pedagang jajanan.
Barter Imbal Beli
Jenis barter imbal beli adalah pertukaran yang dilakukan saat seseorang membeli suatu barang atau jasa, namun di sisi lain seseorang tersebut masih membutuhkan kerjasama.
Hal ini bisa dicontohkan seperti seseorang yang membeli sebuah sawah namun tetap memerlukan tenaganya untuk menggarap sawah tersebut.
Sistem barter ini biasanya ditemukan di pedesaan yang masih menggunakan sistem paron, atau pembagian hasil. Sebenarnya sistem barter ini lebih menguntungkan daripada sistem jual beli yang ada seperti sekarang ini.
Penerapan Sistem Barter di Era Modern
Meskipun barter adalah warisan lama dalam sistem perdagangan, namun bukan berarti menggunakan sistem barter sudah tidak digunakan lagi. Sistem barter secara tradisional masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kalimantan Selatan) dan Pasar Flores (Nusa Tenggara Timur).
Saat ini, yang terjadi adalah penerapan barter menjadi lebih modern, kompleks, dan variatif. Hal yang dibarterkan bukan lagi barang untuk kebutuhan pangan, melainkan barang-barang sandang hingga aktiva perusahaan baik yang berwujud dan tidak berwujud.
Tukar tambah atau Trade In
Transaksi ini dilakukan untuk menukar barang baru dengan barang lama. Tukar tambah diibaratkan menambah sejumlah nilai umumnya berupa uang terhadap selisih antara barang yang lama dengan yang baru. Tukar tambah ini lebih sering terjadi pada barang-barang elektronik seperti laptop, smartphone, TV dan barang elektronik lainnya.
Misalkan kamu yang ingin mendapatkan barang baru tetapi anggaran kamu masih belum memadai, opsi yang bisa kamu ambil adalah dengan menggunakan tukar tambah. Jangan khawatir, praktik ini sudah banyak terjadi di berbagai toko dan berbagai platform penjualan.
Menukarkan Kewajiban atau Utang Perusahaan Menjadi Saham (Debt to Equity Swap)
Hal ini mungkin memang terlihat paling berbeda dengan konsep barter konvensional. Utang dan saham adalah aktiva yang tidak memiliki wujud.
Saat sebuah perusahaan mengonversi utangnya menjadi saham, tindakan ini harus mendapatkan persetujuan dari pemberi utang. Selama masing-masing pihak setuju, cara ini lazim dalam kegiatan bisnis antar perusahaan.
Baca Juga: Serba-serbi Investasi Jangka Panjang yang Menguntungkan
Pengambilalihan Aset sebagai Bentuk Penyelesaian Utang
Hal ini biasanya terjadi pada kredit dengan agunan, karena memiliki sifat yang sama yaitu masing-masing pihak mempunyai barang yang akan dipertukarkan dan menyetujui nilai penukarannya.
Sistem kredit dengan agunan merupakan turunan dari sistem barter. Umumnya, dalam sistem kredit dengan agunan, penerima pinjaman juga dapat menukarkan utang yang dimiliki dengan aset yang dijaminkan sebagai bentuk penyelesaian.
Hal-hal seperti ini membuktikan bahwa meskipun merupakan metode jual beli konvensional, barter masih sering terjadi dan dilakukan dalam sistem ekonomi modern dengan sedikit mengalami perubahan dalam penerapannya. Bahkan, barter adalah salah satu opsi Indonesia untuk mendapatkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) negara lain.
Nah, sekarang sudah paham kan kalau barter adalah sistem pertukaran yang sebenarnya masih banyak digunakan sampai saat ini. Apakah kamu sebagai pebisnis pernah menerapkan sistem ini pada beberapa transaksi?
Wajar saja kok menerapkan sistem barter pada beberapa jenis transaksi. Namun, kamu harus pastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan rapi, ya! Dengan begitu evaluasi keuangan pun bisa kamu lakukan dengan teratur. Jangan ragu juga untuk pakai majoo sebagai aplikasi keuangan dalam bisnismu!