Apakah ini sejenis pendapatan sekali pakai, seperti merujuk istilah disposable diapers alias popok sekali pakai? Wah, bisa dibilang mirip, ya. Sama-sama sekali pakai.
Penerapan disposable income ini diterapkan mulai dari skala pribadi, rumah tangga, perusahaan, bahkan dalam skala nasional atau negara.
Sederhananya, disposable income atau pendapatan disposable merupakan pendapatan sekali pakai yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari setelah dikurangi pajak.
Misalnya untuk belanja, membayar asuransi, tabungan, investasi, melunasi utang, dan masih banyak lagi.
Pendapatan ini menjadi semacam tolok ukur utama mengenai kesehatan kondisi keuanganmu. Tentu saja, semakin besar pendapatan setelah dikurangi pajak, kamu bisa mengalokasikan dana tersebut untuk kebutuhan yang lebih banyak lagi.
Jika kamu adalah pelaku UMKM atau pebisnis, mari pelajari lebih dalam mengenai disposable income. Mulai dari batasan definisinya, cara menghitung, faktor yang memengaruhinya, dan lain sebagainya.
Let’s go!
Pengertian Disposable Income
Ayo kita samakan persepsi dengan memulai pembahasan dari jawaban atas pertanyaan apa yang dimaksud dengan disposable income?
Definisi
Secara umum, disposable income adalah sejumlah dana yang diperoleh dari hasil pengurangan income atau pendapatan pribadi dengan total pengeluaran pajak.
Pajak yang dimaksud bisa berupa pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPh), pajak kendaraan, dan lain-lain.
Dari Skala Kecil hingga Nasional
Skala paling kecil, penerapan disposable income ini ada di perorangan atau rumah tangga. Pendapatan ini digunakan untuk kegiatan ekonomi yang menjadi penilaian akan kemampuan daya beli seseorang atau rumah tangga.
Semakin besar disposable income maka semakin besar punya daya belinya. Semakin besar daya beli maka semakin sejahtera pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau pribadi.
Hal yang sama juga berlaku di skala perusahaan. Semakin besar disposable income, maka perusahaan memiliki kesempatan yang lebih lebar untuk meningkatkan produksi, memperluas area penjualan, melakukan ekspansi bisnis, dan aktivitas lainnya.
Memengaruhi Pendapatan Negara
Nah, dalam skala besar atau skala nasional, kenaikan disposable income rumah tangga yang tinggi memengaruhi kenaikan pendapatan nasional sebuah negara.
Tentu saja, semakin besar disposable rumah tangga, dalam skala nasional artinya pendapatan nasional atau pendapatan bersih negara juga semakin besar.
Pada tingkat makro, disposable income untuk belanja negara diawasi dengan ketat oleh lembaga yang berwenang. Mengapa?
Ya, itu tadi karena disposable income sebuah negara menjadi salah satu indikator ekonomi utama yang digunakan untuk mengukur keadaan ekonomi secara keseluruhan.
Apa Perbedaan Income dan Disposable Income?
Ini semacam pengulangan penjelasan agar kamu tidak lagi tertukar, ya. Income atau pendapatan adalah total seluruh dana yang diterima.
Sedangkan disposable income adalah sejumlah dana yang diterima dan sudah dikurangi biaya pajak.
Apa Bedanya Disposable Income dan Discretionary?
Nah, ada lagi, nih. Namanya discretionary income atau pendapatan diskresioner.
Bedanya begini. Disposable income merupakan sejumlah dana dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari atau bisa juga ditabung setelah kamu membayar pajak.
Sedangkan discretionary income merupakan sejumlah dana yang diinvestasikan, ditabung, atau dibayarkan setelah kamu membayar pajak dan biaya kebutuhan sehari-hari.
Bisa dibilang, pendapatan diskresioner adalah “uang sisa” setelah kamu membayar semua pengeluaran rutin atau kebutuhan esensial.
Baca Juga: Pahami! Perbedaan Biaya (Cost) dan Beban (Expense)
Tujuan Menghitung Disposable Income
Ada beberapa fungsi dan manfaat menghitung disposable income, yaitu:
1. Menjadi Standar Pembuatan Kebijakan Bisnis
Tiap bulan dan tahunnya, ada beberapa biaya pajak yang harus dikeluarkan secara rutin oleh pelaku usaha maupun perseorangan.
Berdasarkan dana yang tersedia dalam bentuk disposable income, perusahaan membuat pertimbangan yang lebih baik untuk alokasi dananya bagi perkembangan bisnis.
Kebijakan mengenai besaran belanja produksi, penambahan karyawan, atau ekspansi bisnis ditentukan salah satunya oleh pola disposable yang diterima tiap bulannya.
Demikian pula jika ada penurunan disposable income. Hal ini akan memengaruhi daya beli sehingga produksi pun berkurang. Perusahaan perlu membuat kebijakan baru agar bisnis tetap bisa berjalan agar tak berimbas pada nasib karyawan.
2. Memperhitungkan Mekanisme Pasar
Ingat, kan, jika disposable income dalam skala rumah tangga menentukan daya beli masyarakat?
Dengan mengetahui tren maupun mekanisme pasar yang dimotori oleh daya beli masyarakat, maka pengusaha bisa menaksir permintaan akan barang yang diproduksi.
Misalnya jika daya beli menurun, permintaan berkurang, maka pengusaha bisa mengurangi operasional baik itu produksi maupun jumlah karyawan. Hal ini ditujukan agar mengurangi risiko kerugian.
Dari sini jelas, ya, jika disposable income masyarakat dalam mekanisme pasar menjadi pertimbangan penting bagi pengusaha.
3. Mengukur Kesehatan Finansial
Hal ini berlaku mulai dari skala perorangan sampai negara. Kesehatan finansial dapat dilihat dari kecukupan dana untuk memenuhi segala kebutuhan, bukan? Bahkan termasuk asuransi, biaya darurat, dan investasi.
Oleh karenanya butuh sejumlah dana bersih yang dipisahkan dari pajak atau disposable income sebagai alat ukurnya.
Jika disposable income pribadi maupun perusahaan mampu mencukupi kebutuhan maka ini adalah tanda finansial yang sehat.
Sebaliknya, jika masih ‘bolong’ di sana-sini dan tak tercukupi semua kebutuhan oleh disposable income maka kondisi finansialmu tak sehat.
Faktor yang Memengaruhi Disposable Income
Disposable income dipengaruhi oleh beberapa hal di bawah ini:
- Pajak Langsung. Pajak langsung adalah pungutan pajak yang menjadi beban wajib pajak dan tidak bisa dibebankan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
Biaya pajak langsung yang wajib dikeluarkan berupa pajak penghasilan (PPh), pajak kendaraan bermotor (PKB), serta pajak bumi dan bangunan (PBB).
Karena mengurangi income, maka pajak langsung memengaruhi besaran disposable income. Belum lagi tarif pajak yang ditetapkan pemerintah bisa naik dan turun.
- Jumlah income. Income di sini adalah pendapatan kotor. Semakin tinggi pemasukan bulanan pribadi atau perusahaan, maka kesempatan memiliki dana disposable income yang besar juga meningkat.
Begitu pula sebaliknya. Jika kamu mengalami penurunan jumlah penghasilan kotor, maka disposable income akan mengecil.
- Gejolak ekonomi dan politik. Sebagai pelaku usaha, melek kondisi ekonomi dan politik negara adalah keharusan. Kebayang, kan, jika ada resesi ekonomi, pandemi, dan gonjang-ganjing politik? Nah, biasanya pemerintah akan membuat kebijakan ulang mengenai tarif pajak.Perbedaan tarif pajak pada akhirnya memengaruhi besaran disposable income karena pajak adalah faktor pengurangnya.
Bagaimana Cara Menghitung Disposable Income?
Nah, sekarang kita masuk ke ‘menu’ utama, yakni menjawab pertanyaan, “Memangnya dari mana disposable income diperoleh?”
Dalam menghitungnya, kita harus menggunakan rumus disposable income. Ingat besaran biaya yang digunakan adalah periode satu tahun, ya.
Rumus Disposable Income
Penjelasan variabel rumus disposable income:
- Disposable income merupakan pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi pajak langsung dan juga tanggungan lain.
- Pendapatan tahunan kotor adalah total pemasukan yang diterima selama satu tahun.
- Pajak langsung adalah biaya pajak PBB, PPh, dan PKB.
- Pengurangan lain meliputi iuran wajib seperti BPJS kesehatan dan sebagainya.
Contoh Perhitungan Disposable Income
Nah, agar kamu lebih memahaminya, mari buat ilustrasi penghitungan disposable income untuk perorangan, ya.
Gaji kotor tahunan Shakira mencapai Rp120 juta per tahun karena gaji bulannya sebesar Rp10 juta. Bulan Agustus ini, ia harus membayar pajak kendaraan bermotor Rp3 juta. Ditambah lagi ada iuran asuransi kesehatan bulanan sebesar Rp300 ribu.
Perhitungan disposable income Shakira bulan Agustus ini adalah sebagai berikut:
= Pendapatan kotor– (Pajak Langsung + pengurangan lain)
= Rp10 juta - (Rp3 juta + Rp300 ribu)
= Rp6.700.000,-
Jadi, dengan dana disposable income tersebut Shakira bisa menggunakannya untuk belanja bulanan, menabung, investasi, dan dana darurat.
Baca Juga: Fraud Triangle: Temukan Kecurangan Keuangan Pada Bisnis
Tips Mengelola Disposable Income dengan Baik
Seperti yang sudah disebut sebelumnya bahwa tanda finansial yang sehat adalah disposable income mampu memenuhi semua kebutuhan.
Oleh karena itu, mengelola disposable income dan merencanakan pengalokasiannya menjadi penting.
Ikuti tipsnya, ya.
Prioritas Pengeluaran adalah Kunci
Pisahkan pengeluaran rutin dan tak rutin. Lalu urutkan sesuai dengan prioritasnya. Mulai dari yang penting-mendesak, penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak, sampai tidak penting-tidak mendesak.
Penuhi dulu kebutuhan operasional. Jika dana darurat ada dan sudah bisa menabung namun ada sisa, itu tandanya kamu sudah bisa berinvestasi.
Evaluasi dan Budgeting
Tiap jelang akhir bulan, lakukan evaluasi atas perencanaan keuangan dan realisasi yang sudah dilakukan. Temukan informasi yang penting seperti pos pengeluaran yang membutuhkan lebih banyak dana ataupun pos lain yang bisa dipangkas.
Dengan demikian, kamu bisa lebih piawai membuat budgeting atau perencanaan keuangan di waktu berikutnya.
Kesimpulan
Pada akhirnya, baik perorangan maupun pengusaha butuh sekali memahami tentang pentingnya disposable income. Terlebih tak ada satupun dari kita sebagai warga negara yang begitu saja bisa lepas dari pajak.
Oleh karenanya, untuk pelaku bisnis, agar usaha lancar dan tidak terkena sengketa pajak tunaikan kewajiban membayar pajak dan hanya gunakan disposable income untuk biaya belanja bisnis.
Artikel lain tentang keuangan dan perpajakan sudah majoo siapkan, lo. Kamu bisa mengaksesnya setiap saat. Jangan lupa gunakan majoo untuk bisnis UMKM kamu, ya!