Kini para start-up dan UMKM bergerak menunggangi teknologi. Meraup omzet besar di zaman sekarang berarti harus mau melek kemajuan zaman.
Bisnis zaman now, tak lagi terhalang tanpa adanya toko offline dan tak melulu pusing dengan bayar sewa ruko.
Tokomu bisa saja adanya ‘mengawang’ di Instagram, Facebook, TikTok Shop, Shopee, Tokopedia, dan landing page, atau situs jualan. Namun walau tokomu ada di dunia maya, untungnya terasa nyata, bukan?
Selain terlihat dari omzet yang naik, pertumbuhan bisnis online-mu bisa dilihat dari gross merchandise value (GMS).
Ya, metrik keuangan bernama GMV ini bisa kamu andalkan sebagai pemberi gambaran mengenai maju tidaknya bisnismu.
Tentu saja kamu butuh umpan balik setelah gencar berjualan, kan? Dengan ini, kamu bisa menentukan strategi dan inovasi baru agar perkembangan bisnismu makin melesat.
Nah, ayo kita pelajari mengenai GMV dan cara menghitungnya.
Baca juga: Bagaimana Cara Membuat Inquiry Letter yang Baik?
Pengertian GMV atau Gross Merchandise Value
Mari kita mulai definisi GMV. Apa itu GMV dalam bisnis?
Kepanjangan GMV adalah gross merchandise value. Metrik keuangan ini juga sering disebut dengan gross merchandise volume.
Ada juga yang menyebut GMV sebagai GTV alias gross transaction value (nilai transaksi bruto). Ya, GMV a.k.a GTV a.k.a nilai transaksi adalah ukuran yang lazim digunakan oleh perusahaan berbasis digital. Apakah berbeda? Tidak. Istilah itu mengacu pada hal yang sama persis.
Nah, di bawah ini, terdapat beberapa pengertian GMV yang bisa membantu kamu memahaminya dengan baik.
- Menurut Investopedia, GMV adalah akumulasi nilai pembelian dari pengguna melalui situs atau aplikasi yang berbasis customer-to-customer (C2C) dalam periode tertentu.
- GMV (Gross Merchandise Value) adalah total pembelian yang terjadi melalui situs atau aplikasi selama periode waktu tertentu. Pengusaha biasanya menghitung GMV setiap kuartal atau setiap tahun.
Ingat ya, nilai total pembelian hanya dari aplikasi atau situs. Kamu perlu jeli dalam membedakannya dengan pendapatan (revenue).
Ingat, GMV Bukanlah Revenue
Memang, GMV bisa dijadikan tolok ukur UMKM akan pertumbuhan bisnisnya. Namun GMV bukanlah revenue.
Mengapa? Ini alasannya.
GMV lazim digunakan oleh UMKM yang pemasarannya di e-commerce. Namun tak semua UMKM hanya berjualan di e-commerce, bukan? Ada yang memasarkannya melalui secara offline juga. Jadi GMV bukan gambaran keseluruhan pendapatan.
GMV hanya menghitung transaksi melalui situs atau aplikasi. Sementara biaya marketing, pengiriman barang, diskon, dan retur belum masuk dalam hitungan. Ya, karena memang GMV hanya dihitung untuk melihat jumlah pembelian.
Manfaat GMV untuk Bisnismu
Jika memang tak menggambarkan revenue, mengapa GMV perlu dihitung untuk UMKM yang menggunakan aplikasi atau situs dalam berjualan?
Tentu saja tetap worth it!
Teleskop Pergerakan Usahamu
Begini, dari akumulasi total pembelian produk yang terjadi per kuartal atau per tahun, melalui GMV kamu jadi bisa mengamati pergerakan dari bisnis yang sedang jalankan.
Misalnya saja bisnismu, melalui skor GMV, terlihat melesat naik di kuartal pertama, namun turun di kuartal ketiga. Dari sini, kamu bisa mengamati tren pembelian produk yang kamu jual.
Investor akan menganggap sebuah UMKM sebagai hal yang positif jika nilai GMV-nya terus bertumbuh. Nilai valuasi pun akan dinilai sama tingginya.
Dengan alasan ini, para startup kemudian berlomba-lomba meningkatkan jumlah transaksi. Bisa dengan cara promosi, diskon, maupun cashback.
Tolok Ukur pada Investor
GMV bisa disepadankan dengan sebuah metrik keuangan komparatif yang bisa ditinjau perkembangannya.
Hal ini menjadikan GMV sebagai salah satu dari tolok ukur pertumbuhan dan perkembangan bisnismu.
Nah, sudah pasti hal tersebut berhubungan erat dengan para investor. Karena faktor yang diamati dan jadi pertimbangan pada investor adalah mengenai cara suatu perusahaan mampu berkembang.
Perusahaan yang maju terus dengan stabil umumnya menjadi magnet bagi investor untuk berkeinginan menyuntikkan dana. Khususnya pada UMKM yang berkecimpung di e-commerce dan online selling.
Investor Lebih Hati-Hati
Namun, investor sekarang jauh lebih berhati-hati menyimpulkan perkembangan sebuah bisnis dari GMV. Mengapa?
Begini, banyak UMKM atau start-up sadar bahwa investor menjadikan GMV sebagai tolok ukur untuk investasi. Hal ini malah membuat pelaku usaha mengejar GMV dengan cara apa pun. Termasuk mensubsidi transaksi bahkan membuat transaksi palsu untuk meningkatkan GMV!
Nah, oleh karena itu investor biasanya meminta data pendukung lainnya selain GMV, seperti: breakdown GMV (untuk memindai agar tak ada transaksi palsu), pendapatan dan keuntungan, serta jumlah pelanggan baru dan pemesan yang berulang.
Cara Menghitung GMV
Oke, sekarang waktunya kamu berhitung. Tenang saja, perhitungan GMV itu super duper mudah dan simpel.
-
Rumus GMV
Cara menghitung GMV adalah dengan menggunakan rumus berikut ini:
Gross Merchandise Value = Harga Jual Barang x Jumlah Barang yang Dijual
Agar lebih paham, pelajari contoh GMV ini, ya.
Misalnya: Bisnismu berhasil menjual tas kulit sebanyak 500 buah di TikTok Shop melalui TikTok Live selama satu kuartal. Harga tas kulit ini kamu banderol seharga Rp1.000.000,-/buah.
Maka GMV dari bisnismu = Rp1.000.000,- x 500 buah = 500.000.000
Hal yang penting untuk dicatat adalah tentukan periode waktu yang kamu inginkan. Misalnya per kuartal, per tahun, dan sebagainya.
Jika kamu ingin membandingkan, kamu harus membandingkan dengan periode yang sama, bukan? Beda periode, hasil GMV-nya pun tentu akan berbeda. Tentukan dari awal, apalagi jika kamu ingin membandingkannya dengan kompetitor.
Perhitungan Lanjutan, Jika Kamu Mau
Ya, jika kamu mau mendapatkan gambaran lebih jernih mengenai perkembangan bisnis, kamu bisa melanjutkan perhitungan GMV ke metrik keuangan lainnya.
-
Net Merchandise Value
Kamu tentu ingin tahu berapa sih nilai yang sebenarnya kamu dapatkan dari usahamu membuat toko online?
Kamu bisa menghitungnya dengan metrik keuangan bernana net merchandise value (NMV). Begini cara menghitungnya:
NMV = GMV - Semua Biaya (Pemasaran + Pengembalian Dana + Pembayaran Gateway)
Misalnya, ketika menjual tas kulit tadi selama satu kuartal pada contoh tadi, kamu mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp10.000.000,-. Ada pengembalian dana sejumlah Rp5.000.000,- dan pembayaran gateway Rp8.000.000,-.
Maka NMV = Rp500.000.000 – (Rp50.000.000 + Rp10.000.000 + Rp18.000.000)
= Rp422.000.000
-
Customer Acquisition Cost (CAC)
Perhitungan bisa dilanjutkan dengan menghitung biaya akuisisi pelanggan atau yang sering disebut dengan CAC.
CAC merupakan metrik keuangan yang digunakan untuk melacak seberapa efektif iklan atau promosi yang kamu lakukan dalam menarik pelanggan selama periode yang kamu tentukan.
CAC = Total pengeluaran pemasaran : Jumlah pelanggan yang diperoleh
Misalnya, dalam contoh di atas kamu menghabiskan dana pemasaran sebesar Rp50.000.000,- selama satu kuartal. Ternyata iklan yang kamu buat itu berhasil menarik 300 pelanggan baru.
Maka CAC = Rp50.000.000 : 250 pelanggan = 200.000
Contoh GMV Pada Perusahaan
Contoh menarik dari GMV kita cuplik tentang Tokopedia, ya.
Berdasarkan laporan CLSA yang dituangkan dalam “E-Warungs: Indonesia's New Digital Battleground,” Tokopedia merupakan marketplace dengan nilai transaksi terbesar di Indonesia saat ini.
Data aktual yang tercatat mengenai Tokopedia adalah nilai GMV tahun 2018 sebesar US$5,1 miliar dan pada tahun 2019 GMV Tokopedia menjadi US$ 15,6 miliar. Wow, meningkat 3 kali lipat!
Di tahun 2019, nilai transaksi atau GMV Tokopedia dibandingkan dengan marketplace saingannya yaitu Shopee dan Bukalapak. Begini hasilnya:
Hal tersebut menggambarkan bahwa GMV Tokopedia tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan pesaingnya.
Kelebihan GMV
Selain manfaat yang sudah dijabarkan di atas, perhitungan GMV ini juga punya kelebihan jika diaplikasikan dalam bisnismu.
Menurut Investopedia, ada beberapa kelebihan GMV yang bisa kamu raih.
Pertama, kamu jadi lebih memahami tentang kinerja dalam perusahaanmu. Misalnya seberapa efektif situs yang kamu buat untuk membuat pelanggan mau untuk closing.
Atau juga seberapa baik admin media sosial dalam merespons pelanggan. Apakah cukup baik hingga membuat pelanggan jadi mau membeli?
Kedua, jadi alat pembanding dengan kompetitor. Utamanya kompetitor yang menawarkan produk serupa dan berjualan di kanal yang sama.
Dari GMV kamu bisa menganalisis mengenai harga jual yang kamu tawarkan sudah cukup kompetitif atau belum untuk menarik pembeli.
Ketiga, manfaat yang tadi dijabarkan bahkan bisa kamu hitung secara cepat dan tidak rumit. Jika kamu tak punya banyak waktu dan ingin cepat mendapatkan kesimpulan awal mengenai kondisi penjualanmu, maka GMV bisa kamu andalkan. Asal datanya lengkap dan tepat, ya.
Kekurangan GMV
Yap, kamu sudah sering mendengar bahwa hasil perhitungan GMV bukanlah sebuah cerminan dari pendapatan bisnismu.
Corporate Finance Institute pun menegaskan bahwa pada akhirnya GMV adalah sesuatu yang tidak detail. Pun tidak memberikan nilai sebenarnya dari barang yang kamu jual jual maupun mengenai keuntungan bisnis.
Lihat saja dari rumusnya, GMV belum dikurangkan dengan biaya dan pengeluaran lainnya. Misalnya saja biaya seperti iklan, produksi, dan lain-lain.
Hal yang harus benar-benar dipahami adalah GMV hanyalah perkiraan mentah mengenai pendapatan perusahaan. Setidaknya hitungan ini bisa untuk memprediksi keuntungan di periode selanjutnya.
Oleh karena itu, setelah menghitung GMV, UMKM harus mau menghitung metrik keuangan lainnya seperti yang sudah dijelaskan di bagian cara menghitung tadi. Tentu saja gambaran keuangan yang dihasilkan menjadi lebih akurat.
Baca juga: Kenali Pentingnya Visual Marketing bagi Sebuah Bisnis
Kesimpulan
Sebagai penutup, untuk kamu yang menjalankan UMKM atau start-up tetap semangat menjalankan bisnis, terutama yang dilakukan secara online.
Mengapa, OJK menjelaskan bahwa Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara dalam hal potensi dan keuangan digital. Bahkan, akumulasi GMV November tahun lalu (2021) saja sudah mencapai Rp1.001 triliun!
Dengan menghitung GMV secara berkala dan melakukan komparasi dengan perusahaan kompetitor kamu tentu akan menempatkan bisnismu di tempat yang lebih menarik pelanggan.
Jangan lupa lengkapi dengan metrik keuangan lainnya agar perhitungan lebih menyeluruh, ya! Jika kamu kebingungan, kamu bisa melihat beberapa artikel seputar UMKM yang sudah terbit di blog majoo.