Kamu mungkin tahu dan menjadi penggemar komik Doraemon. Iya, kan? Diceritakan bahwa Doraemon adalah robot kucing dari abad ke-22. Saat komik tersebut dibuat pertama kali, Nobita berada di abad ke-20.
Mungkin dahulu kamu tidak pernah membayangkan atau berpikir untuk menggunakan robot untuk melakukan aneka pekerjaan atau bisa mencari informasi apa saja hanya dengan sentuhan jari.
Akhir-akhir ini kata Industri 4.0 sering digaungkan oleh banyak orang. Tetapi, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti tentang Industri 4.0 dan cara hal tersebut dapat memberikan sumbangsih terhadap kemajuan Indonesia.
Bagi kamu jika hidup di awal abad ke-20 mungkin pemikiran masa depan terlihat sangat mustahil. Namun sekarang mimpi itu menjadi kenyataan karena pesatnya perkembangan teknologi.
Istilah Industri 4.0 pertama kali disebutkan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman guna memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya dengan bantuan teknologi.
Dikutip dari buku berjudul 'Lebih Dekat dengan Industri 4.0' oleh Akmal, revolusi industri 4.0 adalah era penerapan teknologi modern seperti teknologi fiber (fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi (integrated network) yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi dari produksi hingga konsumsi.
Industri 4.0 atau revolusi industri keempat merupakan istilah yang umum digunakan untuk tingkatan perkembangan industri teknologi di dunia. Untuk tingkatan keempat ini, dunia memang sedang fokus kepada teknologi-teknologi yang bersifat digital.
Sebelum mempelajari tentang revolusi industri 4.0 ini lebih lanjut penting diketahui tingkatan-tingkatan revolusi industri yang telah ada sebelumnya.
Revolusi industri pertama muncul dengan aneka alat mekanisasi, tenaga uap, dan tenaga air yang terjadi sekitar abad ke 18 dan 19.
Mekanisasi ini kemudian diikuti oleh revolusi industri kedua, yaitu berkaitan dengan produksi massal dan jalur perakitan menggunakan listrik.
Sementara itu, revolusi industri berkaitan dengan perkembangan elektronik, sistem teknologi informasi, dan otomasi yang mengarah pada revolusi industri keempat yaitu perkembangan sistem fisik cyber.
Revolusi Industri Adalah
Di sini, majoo akan menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan revolusi industri?
Secara sederhananya begini, pengertian dari revolusi industri adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi suatu barang.
Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi sebanyak tiga kali dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat.
Setiap perubahan besar di bidang industri ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, budaya, politik, bahkan militer. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, lalu diikuti jutaan pekerjaan baru yang muncul.
Lebih lengkapnya, mungkin kamu harus mengeceknya di setiap revolusi industri, Majoopreneurs.
Menurut Schlechtendahl dkk (2015), revolusi industri menekankan pada unsur kecepatan dari ketersediaan sebuah informasi, yaitu sebuah lingkungan industri ketika seluruh entitasnya dapat selalu terhubung serta mampu berbagai informasi dengan mudah antara satu sama lain.
Namun satu hal yang pasti adalah, beberapa hal yang semula begitu sulit dan begitu lama dalam prosesnya, ditambah mahalnya biaya produksi mendadak menjadi mudah, cepat, dan murah.
Ingat, ya, Majoopreneurs. Hal yang menyangkut ekonomi artinya membicarakan macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan.
Revolusi industri menghasilkan penurunan, bahkan terkadang menghilangkan beberapa kelangkaan tersebut.
Akhirnya waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak menjadi tiada.
Semua waktu, tenaga, dan uang itu pun bisa digunakan untuk hal lain. Misalnya untuk mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilang atau berkurangnya sebuah kelangkaan secara otomatis mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca Juga: Mengenal Komponen Sistem Pembayaran untuk Bisnis
Sejarah Revolusi Industri
Revolusi industri sebenarnya sudah berlangsung lama. Dimulai dari tahun 1770-an akhir pada revolusi industri 1.0 hingga 4.0 di sekitar tahun 2011.
Revolusi industri muncul pertama kali di Inggris pada akhir 1770-an dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, pada tahun 1830-an dan 40-an.
Bagaimana revolusi industri bermula? Mari kita bahas mulai dari revolusi pertama, yuk?
Revolusi Industri 1.0
Secara spesifik ada 3 faktor utama yang mendorong 1.0 di Inggris yaitu: Revolusi Pertanian, peningkatan populasi, dan keunggulan Inggris Raya.
Revolusi Industri terjadi karena dunia menganggap masa tersebut menjadi penting karena teknik pertanian yang lebih baik, pertumbuhan populasi, dan keunggulan Inggris Raya hingga mampu memengaruhi negara-negara di seluruh dunia.
Revolusi industri 1.0 (pertama) adalah yang tombak utama, yaitu ketika sebuah proses dimulai dengan ditemukan lalu digunakannya mesin uap dalam proses produksi barang.
Penemuan ini penting sekali, Majoopreneurs. Karena sebelum ditemukannya mesin uap, manusia hanya bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan benda apa pun.
Kita ambil satu contoh, ya. Untuk memutar penggilingan yang sangat berat, seringkali manusia menggunakan kincir air atau kincir angin.
Nah, sekarang bayangkan! Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, manusia tak bisa menggunakannya di mana saja. Manusia cuma bisa menggunakannya di dekat air terjun dan di daerah yang berangin.
Untuk tenaga angin, masalah tambahan adalah tenaga angin tak bisa diandalkan 24 jam sehari. Ada kalanya benar-benar tak ada angin yang bisa digunakan untuk memutar kincir.
Penemuan mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan mesin uap sebelumnya oleh James Watt di tahun 1776 mengubah semua itu.
Revolusi Industri 2.0
Revolusi industri pertama memang penting dan mengubah banyak hal, namun yang tak banyak dipelajari adalah revolusi industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20.
Kala itu, dampak revolusi industri adalah pada sektor produksi yang lebih murah dan mudah karena penemuan listrik serta pembenahan sistem kerja.
Bahkan militer pun semakin maju karena pesawat, tank, maupun senjata diproduksi secara massal. Singkatnya, kehidupan agraris telah bergeser ke industrialis.
Ada kisah menarik dari perusahaan mobil Ford di Amerika Serikat saat mereka meluncurkan mobil murah pertama di dunia, bernama “Ford Model T” dan tanpa disangka-sangka kebanjiran pesanan.
Sayangnya, demand yang tinggi tidak didukung dengan sumber daya yang tinggi pula hingga Ford akhirnya kewalahan dan tidak bisa memenuhi keinginan pasar.
Seorang tukang harus merakit selama 12 jam 30 menit untuk merakit sebuah Ford Model T.
Di tahun 1912, Ford hanya bisa memproduksi 68.773 mobil dalam setahun. Artinya, sistem “Satu perakit, satu mobil” tak bisa dipertahankan. Ada yang salah, nih! Sistem produksi harus direvolusi.
Tanda dimulainya revolusi industri 2.0 adalah dengan terciptanya “Lini Produksi” atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di tahun 1913.
Penggunaan tenaga listrik, ban berjalan, dan lini produksi ini menurunkan waktu produksi secara drastis, hingga akhirnya sebuah Ford Model T bisa dirakit cuma dalam 95 menit, lo, Majoopreneurs.
Itu baru sebatas pembuatan mobil. Kemudian produksi menggunakan conveyor belt ini meluas dan berpengaruh terhadap penurunan waktu dan biaya produksi di banyak bidang lainnya.
Revolusi Industri 3.0
Revolusi industri 3.0 ditandai dengan adanya mesin yang bergerak dan berpikir secara otomatis yaitu komputer dan robot. Karena hal inilah revolusi 3.0 memiliki nama lain yaitu Revolusi Digital.
Pada era ini, peristiwa revolusi industri disebut perubahan karena lahirnya teknologi komputer sebagai cikal-bakal kemudahan kerja untuk manusia.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di masa Perang Dunia 2 sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer yang bisa diprogram pertama bernama Colossus, sebuah mesin raksasa sebesar sebuah ruang tidur.
Colossus adalah komputer yang tidak punya RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard, apalagi touchscreen, tapi melalui pita kertas. Komputer kuna ini juga membutuhkan pasokan listrik sangat besar yaitu 8500 watt.
Temuan ini langsung disusul dengan penemuan transistor, semikonduktor, dan integrated chip (IC) yang dapat menyempurnakan komputer raksasa menjadi ukuran lebih kecil, hemat energi, juga canggih sehingga memudahkan pekerjaan manusia di berbagai sektor.
Revolusi Industri 4.0
Sekarang, kita bahas tentang Revolusi Industri 4.0 yang sedang kita jalani saat ini, Majoopreneurs.
Revolusi industri 4.0 yang terjadi pada awal abad ke-21 merupakan sebuah revolusi ketika manusia telah menemukan pola baru dengan adanya kemajuan teknologi yang terjadi begitu cepat sehingga mengancam berbagai perusahaan yang lebih konvensional.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, perkembangan industri yang ada telah memakan banyak korban yang membuat kemunduran berbagai sektor.
Bahkan menurut mantan Kanselir Jerman yaitu Angela Merkel pada tahun 2014 sempat mengatakan arti dari revolusi industri 4.0 sebagai sebuah transformasi komprehensif dari segala aspek produksi yang terjadi di dunia industri melalui penggabungan antara teknologi digital serta internet dengan industri konvensional.
Revolusi Industri 4.0 sering disebut dengan cyber physical system yaitu menitikberatkan otomatisasi dengan teknologi siber. Ciri utamanya adalah penggabungan informasi dan teknologi komunikasi.
Dilansir dari situs Forbes.com. Industri 4.0 membuat banyak perubahan dalam berbagai sektor menjadi lebih efektif, mudah dijangkau, serta meminimalisir pemborosan. Selain itu, Industri 4.0 juga mengoptimalkan komputerisasi yang sudah ada pada Industri 3.0.
Baca Juga: Belajar Buka Usaha Sendiri dengan Mudah dan Tetap Sukses
Contoh Era Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
Di Indonesia, saat ini ada 143 juta pengguna internet aktif dan setidaknya 49,5% di antaranya berada pada rentang usia 19-34 tahun alias generasi milenial.
Sebagai kelompok usia yang dianggap paling melek terhadap teknologi, potensi nyata dari milenial dalam menyambut era digital 4.0 ini perlu diasah hingga lebih baik.
Di Indonesia, perkembangan industri 4.0 mendapat dorongan dan perhatian khusus oleh Kementerian Perindustrian.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industri, Indonesia juga harus mengikuti tren.
“Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama,” kata Airlangga.
Airlangga juga menyebutkan, sejumlah sektor industri nasional telah siap memasuki era industri 4.0. Beberapa di antaranya seperti industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.
Ada beberapa perusahaan yang sudah mengimplementasikan industri 4.0 di Indonesia.
Salah satu pabrik yang sudah mengadopsi langsung adalah pabrik alat listrik asal Jerman yang ada di Indonesia, yakni PT Schneider Electric Manufacturing Batam (SEMB).
Dalam situs resmi Kemenperin, kedua pihak melakukan kerjasama mengenai pengaplikasian teknologi virtual reality untuk mengontrol kondisi mesin.
Kerjasama ini dilakukan pada saat Airlangga mengunjungi pabrik tersebut pada 16 November 2018 silam.
Perusahaan telekomunikasi Indonesia, Telkomsel sebagai salah satu pihak enabler industry 4.0 juga telah menyatakan kesiapannya saat itu dalam mendukung terlaksananya hal tersebut di Indonesia. Mereka akan menyediakan sistem IoT, melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC).
"Program TINC merangkum berbagai kegiatan dalam membentuk ekosistem IoT Indonesia, berupa penyediaan laboratorium IoT, program mentoring dan bootcamp bersama expertise di bidang IoT, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait," ujar Denny Abidin, General Manager External Corporate Communications Telkomsel pada tahun 2019.
Telkomsel pun mengembangkan layanan IoT (Internet of System) yang bersifat lintas industri. Salah satu contoh bidang yang sudah bekerjasama dengan mereka adalah di bidang perbankan. Telkomsel menjadi mitra penyedia IoT connectivity dan IoT platform.
Kesimpulan
Sekarang kamu mengetahui bahwa Industri 4.0 adalah tentang transformasi digital. Era industri ini akan memungkinkan otomatisasi peralatan-peralatan dengan sistem gabungan yang dapat bekerja sama satu sama lain.
Teknologi ini juga akan membantu memecahkan beragam masalah dan melacak proses, sekaligus meningkatkan produktivitas dalam bisnis dan manufaktur di berbagai level.
Tentunya, penerapan industri ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas demi hajat hidup orang banyak, terutama di negara Indonesia ini, ya, Majoopreneurs.
Silakan baca artikel lain tentang kemajuan teknologi di Indonesia dalam kaitannya dengan bisnis UMKM yang sedang kamu jalani, Majoopreneurs. Semoga bermanfaat, ya.