Laba ditahan adalah istilah yang mungkin hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja, misalnya pengusaha dan bagian keuangan.
Kalau berbicara laba saja, mungkin hampir semua orang familier. Sebagai tujuan sebuah bisnis, ternyata tak semu laba akan diterima langsung oleh pengusaha. Pada situasi tertentu, mungkin akan ada laba ditahan.
Biasanya, laporan keuangan perusahaan mencakup beberapa jenis, salah satunya neraca. Komponen laba ditahan umumnya ditemukan di neraca perusahaan pada akhir periode akuntansi, yaitu di bawah ekuitas pemegang saham.
Baca juga: Ekuitas: Arti, Contoh, dan Laporan Perubahan
Lalu, apa yang dimaksud dengan laba ditahan? Mari simak pembahasan di bawah ini!
Pengertian Laba Ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih sesudah pengurangan pajak yang oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan atau disebut retained earnings.
Seperti yang sudah diketahui, jika perusahaan untung, terdapat laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham atau dividen. Akan tetapi, pada situasi tertentu, mungkin saja RUPS menyepakati untuk tidak membagikan laba tersebut.
Laba yang tidak dibagikan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai tambahan modal perusahaan. Intinya, laba yang ditahan tersebut dipergunakan kembali untuk aktivitas bisnis.
Dari penjelasan di atas, kita sudah mengetahui baha sumber laba ditahan adalah laba dari hasil operasional perusahaan. Nah, pemegang saham merupakan orang yang menanggung risiko paling besar dalam operasional perusahaan.
Karena itu, setiap laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham akan menambah ekuitas.
Perlu diketahui, laba yang diperoleh perusahaan tak harus seluruhnya dibagikan atau seluruhnya ditahan. Mungkin saja terjadi skenario sebagian laba dibagikan kepada pemegang saham, sedang sebagian lainnya ditahan sesuai kesepakatan dalam RUPS.
Tujuan dan Fungsi Laba Ditahan
Penahanan laba tentu dilakukan bukan tanpa tujuan. Ada situasi yang mendorong para pemegang saham bersepakat supaya hak laba mereka tidak dibagikan terlebih dahulu.
Situasi yang mendorong terjadinya retained earnings dapat berupa kondisi darurat atau ada tujuan tertentu yang mau dicapai oleh perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan laba ditahan.
-
Untuk Modal Usaha Lanjutan
Fungsi laba ditahan yang pertama adalah sebagai modal usaha lanjutan. Jadi, laba yang terkumpul diputar kembali menjadi modal dengan harapan produksi meningkat.
Umumnya, situasi seperti ini terjadi saat keuntungan yang didapatkan perusahaan tidak terlalu besar, sedangkan modal yang dibutuhkan lebih banyak. Sistem laba ditahan biasanya menjadi solusi yang disepakati bersama untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
-
Melunasi Utang Perusahaan
Selanjutnya, laba juga mungkin ditahan untuk membayar utang perusahaan, terutama yang sudah jatuh tempo. Tak jarang pemegang saham memutuskan penerapan laba ditahan untuk menyelesaikan utang perusahaan dengan nominal besar.
Pasalnya, rata-rata pemegang saham menganggap citra dan nama baik perusahaan jauh lebih penting dibandingkan dengan penghasilan pribadi mereka. Di samping itu, dari operasional yang lancar, laba pun berpotensi berlipat ganda.
-
Pengembangan Usaha
Sistem laba ditahan juga kadang dibutuhkan saat perusahaan sudah menemukan strategi pengembangan usaha, tetapi terkendala modal. Penerapan laba ditahan biasanya dilakukan jika strategi ekspansi sudah disusun mendekati waktu pembagian laba.
Maka dari itu, pembagian laba ditahan sampai periode berikutnya. Umumnya, para pemberi modal atau pemegang saham akan menyetujui langkah laba ditahan dengan syarat laba yang dihasilkan dari pengembangan usaha harus lebih besar.
Perlu dipahami juga, pengembangan usaha yang dimaksud tidak harus selalu berbentuk bangunan pabrik atau cabang baru. Penambahan SDM di perusahaan pun termasuk ke dalam strategi pengembangan usaha.
-
Modal Cadangan
Dalam bisnis, ada kalanya stok kas perusahaan sangat tipis. Jika laba tetap dibagikan, produksi selanjutnya berisiko terganggu. Di kondisi tersebut, tujuan laba ditahan ialah untuk menyimpan modal cadangan.
-
Modal Investasi Lanjutan
Selain fungsi-fungsi di atas, laba ditahan juga bisa dimanfaatkan sebagai modal investasi lanjutan. Jadi, perusahaan membeli saham di perusahaan lain. Kemudian, dari kepemilikan saham tersebut perusahaan mendapatkan dana atau keuntungan.
Dana laba ini juga bisa digunakan untuk melakukan pembelian tanah, bangunan, atau barang operasional guna membantu perusahaan.
Faktor yang Memengaruhi Laba Ditahan
Di samping fungsi laba ditahan yang telah dibahas sebelumnya, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi laba ditahan. Secara singkat, faktor-faktor di bawah inilah yang mendorong terjadinya penahanan laba. Mari kita cermati setiap faktor tersebut!
-
Kesalahan Laporan Keuangan Periode Sebelumnya
Menjelang waktu pembagian laba, akuntan tak selalu sudah siap dengan data laporan keuangan. Apabila akuntan belum bisa memberikan data valid, biasanya diterapkan laba ditahan.
Tujuannya untuk menghindari risiko kecurangan dan kerugian dalam pembagian laba. Pembagian laba akan ditahan sampai laporan keuangan benar atau valid.
-
Perubahan Metode Perhitungan
Setiap perusahaan menerapkan metode perhitungan tertentu. Adanya perubahan metode perhitungan kerap menjadi alasan laba ditahan. Sebut saja, metode perhitungan sebelumnya menerapkan sistem bulanan lalu diubah menjadi per hari.
Perubahan tersebut tentu membutuhkan penyesuaian sampai diperoleh hasil perhitungan yang valid. Selama periode adjustment tersebut, biasanya laba akan ditahan.
-
Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berbeda
Metode perhitungan termasuk ke dalam prinsip akuntansi. Di samping itu, model laporan keuangan dan skema akuntansi juga masuk ke dalam lingkup prinsip akuntansi.
Nah, metode perhitungan, model penyusunan laporan keuangan, dan skema akuntansi mungkin saja berubah. Perubahan prinsip akuntansi dari periode sebelumnya kemungkinan besar akan memengaruhi laba ditahan.
-
Perubahan Manajemen Perusahaan
Perubahan manajemen perusahaan dalam konteks ini ialah perubahan pemegang kendali manajemen. Penerapan laba ditahan dalam situasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kerja, menekan tindak kecurigaan, serta risiko kecurangan.
Dengan begitu, manajemen baru mampu menyesuaikan diri dan menunjukan kredibilitasnya dalam mengelola keuangan perusahaan.
-
Penyesuaian Nilai Rupiah dari Periode Sebelumnya
Nilai tukar rupiah bisa naik dan turun sewaktu-waktu. Jika perubahan nilai tukar tersebut memengaruhi hasil perhitungan laba perusahaan secara signifikan, akuntan biasanya memutuskan menahan laba yang ada.
Baca juga: Cara Menghitung Laba Rugi Bisnis dengan Laporan Laba Rugi
Cara Menghitung Laba Ditahan dan Contoh Soalnya
Setelah mengetahui pengertian, tujuan, serta faktor yang memengaruhi laba ditahan, beberapa dari kamu mungkin bertanya: Lalu, bagaimana cara menghitung laba ditahan?
Cara menghitung laba ditahan sebetulnya tidak rumit, kamu cukup menggunakan rumus berikut ini.
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan
Untuk memahaminya, silakan simak contoh soal laba ditahan di bawah ini.
Perusahaan A telah memulai bisnis sejak April tahun ini. Akun laba ditahan pada April bernilai Rp 0 karena perusahaan A belum memiliki penghasilan laba ditahan.
Selama satu bulan pertama, perusahaan A mendapat laba bersih sebesar Rp 1.000.000 dan tidak membagikan dividen sama sekali. Berapakah laba ditahan perusahaan A pada bulan Mei?
Jadi, laba ditahan perusahaan A pada bulan Mei adalah:
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan
Laba Ditahan = Rp 0 + (Rp 1.000.000 – Rp 0)
Laba Ditahan Mei = Rp 1.000.000
Bulan berikutnya, perusahaan A memperoleh keuntungan sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan A memutuskan untuk membayar dividen tunai dan menerbitkan dividen saham sebesar 5 persen.
Perusahaan A memiliki total 10.000 lembar saham biasa yang beredar dan harga pasar setiap lembar saham adalah Rp 10.000. Artinya, jika perusahaan A akan menerbitkan 500 dividen saham, setiap dividen saham akan mengurangi laba ditahan sebesar Rp 10.000.
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan
Laba Ditahan = Rp 1.000.000 + Rp 10.000.000 – [500 x Rp 10.000]
Laba Ditahan = Rp 11.000.000 – Rp 5.000.000
Laba Ditahan Juni = Rp 6.000.000
Bulan berikutnya lagi, perusahaan A mendapat keuntungan sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan A memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 2.000.000 kepada pemegang saham.
Dengan demikian, nilai laba ditahan yang terbaru adalah sebagai berikut:
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan
Laba Ditahan = Rp 6.000.000 + Rp10.000.000 – Rp 2.000.000
Laba Ditahan Juli = Rp 14.000.000
Contoh Jurnal Laba Ditahan
Bagaimana bila kamu mau mencatat laba ditahan di jurnal. Nah, gambar di bawa ini merupakan contoh jurnal laba ditahan.
Apakah sekarang kamu sudah lebih memahami tentang laba ditahan? Secara singkat, laba ditahan adalah saldo laba bersih yang sudah dipotong pajak dan pembagiannya ditunda berdasarkan kesepakatan RUPS.
Adapun alasan penundaan pembagian laba tersebut sangat beragam seperti telah dibahas sebelumnya.
Harapannya, setelah membaca artikel ini, kamu mengetahui waktu yang tepat untuk menahan laba, cara menghitung laba ditahan, serta cara membuat jurnal atau pencatatannya di laporan keuangan.
Apabila kamu kesulitan melakukannya secara manual, kamu dapat menggunakan tools yang bisa mempermudah pengelolaan keuangan bisnis seperti aplikasi POS yang sudah dilengkapi fitur laporan keuangan. Sudahkah bisnismu menggunakannya?