Contoh Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa yang Perlu Diketahui

Ditulis oleh Akidna Rahma

article thumbnail


Apa yang dimaksud dengan siklus akuntansi perusahaan jasa?

Mungkin terasa sepele atau justru terlalu rumit dan memakan waktu untuk memahami siklus akuntansi perusahaan jasa, walaupun sebenarnya siklus ini dapat membantu pelaku usaha dalam mengelola bisnis dengan lebih mudah, efektif, serta efisien.

Sebenarnya, apa yang dimaksud siklus akuntansi untuk perusahaan jasa dan siklusnya seperti apa? Tanpa memahami pengertiannya, tentu akan sulit dalam memahami mengapa penting sekali untuk memastikan siklus ini selalu ada.

Bagi para pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa, langsung saja kita simak pengertiannya agar lebih mudah dalam menjalankannya secara tepat dan akurat, sehingga alur keuangan bisnis pun dapat dijaga agar tetap sehat.

Pengertian Siklus Akuntansi serta Kategorinya

Sebelum memulai, pahami dulu bahwa siklus akuntansi memiliki pengertian sendiri. Barulah ketika siklus tersebut diterapkan dalam mengelola keuangan bisnis yang bergerak jasa, siklus tersebut dapat disebut sebagai siklus akuntansi perusahaan jasa.

Siklus akuntansi sendiri merupakan sebuah proses yang umumnya dilakukan dengan melewati beberapa tahapan tertentu yang dibutuhkan agar suatu kegiatan akuntansi dapat dilakukan. Penerapan siklus ini umumnya menandakan bahwa kegiatan akuntansi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut dilakukan secara manual.

Berdasarkan kategorinya, siklus akuntansi dapat dibedakan menjadi dua tergantung pada pelaku usaha yang menerapkan siklus tersebut. Apabila siklus ini diterapkan oleh mereka yang bergerak di bidang jasa, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, siklus ini akan disebut sebagai siklus akuntansi bidang jasa; sebaliknya, apabila siklus ini diterapkan dalam bidang perdagangan produk, siklus ini akan disebut sebagai siklus akuntansi perusahaan dagang.

Meski tergolong dalam kedua kategori yang berbeda, tetapi tahapan yang harus dilalui oleh kedua siklus ini sebenarnya cukup serupa. Hanya saja, untuk perusahaan atau bisnis yang bergerak di bidang jasa, prosesnya lebih sedikit, tetapi di sisi lain juga lebih kompleks dan membingungkan.

Selain kompleksitasnya, perbedaan lain yang juga mencolok dari kedua kategori siklus ini adalah bagaimana perbedaan proses kegiatan usaha serta hasil dari kegiatan produksinya memengaruhi lembar kerjanya. Pada perusahaan jasa, karena tidak ada hasil produksi yang terlihat secara fisik, lembar kerjanya lebih sederhana sehingga prosesnya juga lebih sedikit.

Pun demikian, alasan tersebut pula yang membuat siklus akuntansi perusahaan jasa memiliki kompleksitas yang lebih tinggi.

Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa serta Tahapannya

Pada dasarnya, siklus akuntansi banyak berhubungan dengan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh pelaku usaha dalam mengelola keuangan bisnisnya. Untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa, siklus ini dapat melalui beberapa tahapan.

Proses tersebut bisa sampai hingga sepuluh tahapan. Namun, sebagian besar pelaku usaha yang menjalankan bisnis jasa menggunakan delapan tahapan saja, yaitu:

  1. Analisis Transaksi Keuangan dengan Pengumpulan serta Pencatatan

Tahapan pertama yang termasuk dalam contoh siklus akuntansi perusahaan jasa adalah kegiatan menganalisis seluruh transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu bisnis dalam kurun waktu atau periode tertentu. Karena analisis ini mencakup seluruh jenis transaksi, jadi bukan hanya uang keluar saja yang termasuk di dalamnya, tetapi juga uang yang masuk pun juga harus ikut dianalisis.

Agar tahapan ini berhasil dilakukan, ditandai dengan adanya hasil analisis dari seluruh transaksi yang pernah dilakukan dalam satu periode pencatatan yang telah ditetapkan, tentunya perlu ada data mentah sebagai bahan analisis, bukan?

Data mentah yang dimaksud di sini diambil dari setiap bukti pembayaran maupun bukti penerimaan yang dikumpulkan untuk satu periode pencatat. Bukti-bukti tersebut kemudian dikumpulkan kemudian diperiksa ulang sesuai dengan catatan keuangan yang sudah dilakukan di periode tersebut.

Selanjutnya, data yang masih mentah tersebut kemudian digolongkan sesuai dengan kategorinya masing-masing agar mudah dipindahkan dari catatan harian ke buku besar di mana data keuangan akan diolah lebih lanjut. Pastikan setiap informasi yang ada dicatat secara akurat, mulai dari jenis transaksinya, nama akun terkait, hingga waktu terjadinya transaksi.

Mengumpulkan dan mencatat setiap transaksi yang terjadi menjadi awal dari sebuah siklus akuntansi, dan karena dalam sebuah siklus umumnya setiap elemennya akan saling berkaitan, ketidakakuratan dalam pengumpulan serta pencatatan transaksi keuangan akan memengaruhi proses-proses maupun tahapan yang dilakukan setelahnya.

Di sinilah pentingnya memeriksa ulang catatan transaksi yang dibuat dengan bukti yang dikumpulkan, karena bukti-bukti tersebut, baik berupa nota, kuitansi, invoice, dan segala macamnya akan menjadi media untuk melakukan validasi keabsahan data keuangan bisnis yang dimiliki.

  1. Membuat Neraca Saldo

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penerapan siklus akuntansi perusahaan jasa umumnya menandakan bahwa pengelolaan keuangan bisnis dilakukan secara manual. Artinya, akan ada risiko ketidaksesuaian ataupun kesalahan yang diakibatkan oleh manusia. Untuk menghindari terjadinya risiko tersebut, membuat neraca saldo menjadi tahapan kedua yang perlu dilalui dalam siklus akuntansi di sebuah perusahaan jasa.

Dengan membuat neraca saldo, pelaku usaha dapat melakukan validasi ulang terhadap buku besar yang sudah disusunnya dari jurnal umum atau catatan transaksi harian.

Ingat selalu bahwa dalam bidang akuntansi, neraca merupakan perimbangan. Sehingga jumlah antara debit dan kredit pun harus sama. Apabila ada selisih atau perbedaan antara jumlah debit dengan kredit yang tercatat di buku besar, tandanya ada kekeliruan pencatatan atau ada transaksi-transaksi yang hilang sehingga tidak tercatat.

Sebaliknya, apabila jumlah antara kolom debit sudah seimbang dengan jumlah yang tertera dalam kolom kredit, artinya tidak ada kesalahan saat mencatatkan transaksi pada jurnal umum ke buku besar. Dengan membuat neraca saldo, pelaku usaha dapat dengan tepat melakukan validasi atas setiap transaksi yang sudah dilakukan di periode tersebut.

Tahap kedua dalam siklus akuntansi ini dapat dinyatakan selesai dan bisa dilanjutkan ke tahapan ketiga ketiga jumlah debit pada neraca saldo sudah seimbang dengan jumlah kreditnya.

  1. Menyusun Jurnal Penyesuaian

Dalam dunia ekonomi, kita mengenal prinsip dasar yang harus dipatuhi di mana aset merupakan jumlah antara utang dan modal. Namun, perlu diingat bahwa dalam operasional bisnis, terkadang kita perlu melakukan penyesuaian terhadap aset yang dimiliki.

Penyesuaian-penyesuaian ini sangat penting dalam siklus akuntansi perusahaan jasa sehingga menjadi salah satu tahapan awal yang perlu dilalui dan dipastikan keakuratannya dengan membuat jurnal penyesuaian.

Salah satu contoh penyesuaian yang perlu diperhatikan adalah penghitungan penyusutan nilai aset, khususnya bagi bidang jasa yang banyak menggunakan media kerja untuk proses produksinya. Nilai aset di akhir periode pencatatan akan selalu lebih kecil jika dibandingkan dengan nilainya di awal periode pencatatan.

Sebagai contoh, seorang pelukis membeli beberapa set cat minyak dengan nilai beli sebesar Rp1.500.000. Namun, di akhir periode, cat minyak itu sudah terpakai separuhnya karena pelukis tersebut menerima banyak pesanan untuk melukis.

Berbeda dengan cat minyak yang baru dibelinya di awal periode pencatatan, beberapa set cat minyak yang sudah dipakainya hingga tersisa setengah tentu tidak dapat dijual kembali dengan harga Rp1.500.000, bukan? Apabila pelukis tersebut pada akhirnya memutuskan untuk menjual sisa setengah set cat minyak yang dimilikinya dengan harga Rp500.000, berarti dalam periode tersebut terdapat penyusutan aset sebesar Rp1.000.000.

Selain penyusutan, terkadang dalam operasional bisnis diperlukan adanya penyesuaian-penyesuaian nilai aset lainnya; contohnya saja biaya sewa tempat usaha yang belum dilunasi atau bunga pinjaman yang belum dibayar. Dengan menyusun jurnal penyesuaian, pelaku usaha dapat dengan pasti menghitung keuntungan atau kerugian yang dialami oleh bisnisnya melalui selisih jumlah aset yang dimiliki di awal serta akhir periode pencatatan.


Tanpa siklus akuntansi perusahaan jasa, penyusunan laporan keuangan akan sulit dilakukan.

  1. Penyusunan Neraca Lajur

Neraca lajur sesungguhnya dapat dibuat secara langsung tanpa perlu terlebih dahulu membuat neraca saldo maupun jurnal penyesuaian, tetapi penyusunan neraca lajur akan jauh lebih mudah apabila sebelumnya sudah ada neraca saldo serta jurnal penyesuaian yang siap untuk diolah.

Bagaimanapun juga, penyusunan neraca lajur selalu didasarkan pada pos-pos yang terdapat pada neraca saldo dan juga jurnal penyesuaian. Oleh karena itu, dalam siklus akuntansi perusahaan jasa, tahapan penyusunan neraca lajur umumnya ditempatkan setelah penyusunan neraca saldo dan juga jurnal penyesuaian. Hasil penyusunan neraca lajur umumnya terbagi menjadi dua bentuk; yang pertama adalah analisis laporan laba rugi dan berikutnya adalah neraca.

Meski penyusunan neraca lajur sesungguhnya didasarkan pada neraca saldo dan juga jurnal penyesuaian yang sudah dibuat, tahap ini sebaiknya tidak dilewatkan karena dalam siklus akuntansi, neraca lajur dibutuhkan sebagai fondasi dalam menyusun laporan keuangan. Mengabaikan langkah yang satu ini akan membuat pelaku usaha kerepotan karena harus membuat laporan keuangan untuk bisnisnya hanya dengan berdasarkan pada neraca saldo serta jurnal penyesuaian saja.

  1. Pembuatan Laporan Keuangan

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tahapan berikutnya dalam siklus akuntansi perusahaan jasa ketika neraca lajur sudah disusun menjadi laporan laba rugi dan juga neraca adalah pembuatan laporan keuangan.

Laporan keuangan sendiri pada dasarnya terdiri dari berbagai bentuk; laporan laba rugi serta neraca merupakan salah satu di antaranya. Sebuah laporan keuangan yang lengkap tidak hanya terdiri dari neraca atau laporan laba rugi saja, tetapi juga mencakup laporan perubahan modal yang hanya bisa diketahui setelah menghitung laporan laba rugi dan juga neraca.

Apabila laporan laba rugi membantu pelaku usaha untuk menentukan posisi keuangan dari bisnis yang dimilikinya; apakah memperoleh keuntungan atau justru mengalami kerugian jika dibandingkan dengan selisih pendapatan serta pengeluaran yang dilakukan dalam satu periode, neraca dapat membantu pelaku usaha memahami posisi keuangan yang dimiliki bisnisnya berdasarkan tiga sektor dasar dalam akuntansi: aset, utang, serta modal.

Apabila laporan keuangan sudah disusun, pelaku usaha akan dengan mudah membaca serta menyusun laporan perubahan modal dengan menghitung selisih yang ada pada sebuah periode dibanding akhir periode sebelumnya.

Laporan keuangan yang lengkap dan tepat ini akan sangat mempermudah gerak pelaku usaha, tidak hanya terkait kesehatan keuangan bisnisnya semata, tetapi juga dalam meyakinkan investor yang potensial di kemudian hari. Manfaat ini bisa diraup karena laporan keuangan memberikan penjabaran yang teratur terkait pergerakan keuangan perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat proyeksi akan posisi keuangan bisnis di periode-periode berikutnya.

Tahapan penyusunan laporan keuangan ini merupakan contoh siklus akuntansi perusahaan jasa yang sangat penting karena dapat menentukan posisi awal keuangan sebuah bisnis pada periode berikutnya.

  1. Menutup Akun dengan Jurnal Penutup

Tahapan keenam dalam siklus akuntansi yang dapat diterapkan pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah menutup setiap akun yang dijabarkan dalam laporan keuangan.

Setidaknya ada empat akun utama yang akan ditutup dalam jurnal penutup, yaitu akun pendapatan, biaya dan beban, laba rugi, serta penarikan modal yang digunakan untuk keperluan pribadi pemilik modal.

Setelah akun-akun tersebut ditutup, umumnya pelaku usaha hanya akan memiliki akun-akun perkiraan yang memengaruhi neraca saja. Kondisi ini terjadi karena penutupan akun pada dasarnya adalah mengubah saldo yang terdapat pada akun-akun yang akan ditutup kembali menjadi nol.

Dengan adanya tahapan ini, praktis hanya akun-akun perkiraan saja yang masih memiliki saldo dalam jurnal penutup. Di sisi lain, akun-akun lainnya, khususnya keempat akun yang telah disebutkan di atas akan ditutup dengan saldo di angka nol.

  1. Menerapkan Jurnal Pembalik

Karena merupakan sebuah siklus, tanpa terkecuali siklus akuntansi perusahaan juga akan berputar kembali ke titik awal. Agar dapat mencapai titik yang dimaksud tersebut untuk memulai periode keuangan yang baru, tentu pelaku usaha perlu menerapkan jurnal pembalik khususnya bagi akun-akun yang sudah ditutup dalam jurnal penutup.

Meski demikian, tidak semua akun yang ditutup akan dikembalikan dalam tahapan jurnal pembalik ini. Umumnya akun perkiraan yang dibalik adalah akun-akun yang dapat dihitung sebagai akun tertangguhkan.

Sebagai contoh, apabila ada kebutuhan bisnis untuk memesan media baru yang dibutuhkan dalam memberikan layanan kepada pelanggan, akan tetapi pembayaran untuk pemesanan tersebut masih belum jatuh tempo, saldo untuk akun tersebut dapat dibalik sehingga ketika tenggat pembayaran sudah jatuh tempo, perusahaan masih memiliki saldo untuk menyelesaikan pembayaran tersebut.

Hal yang sama juga dapat diberlakukan untuk, misalnya saja, penyewaan tempat usaha yang jadwal pembayarannya belum jatuh tempo, tetapi tetap menjadi tanggungan untuk dibayarkan. Tanpa adanya jurnal pembalik ini, arus kas perusahaan akan kacau terlebih untuk pembayaran tertangguh yang tanggal jatuh temponya telah melewati periode penyusunan jurnal penutup.

Apabila arus kas perusahaan sudah dijaga dengan jurnal pembalik, siklus akuntansi perusahaan jasa dapat dilanjutkan ke tahapan kedelapan yang juga menjadi tahapan terakhir apabila tidak ingin menerapkan siklus dengan sepuluh tahapan.

  1. Penetapan Neraca Akhir atau Awal

Dari namanya, mungkin neraca yang juga menjadi tahapan akhir dalam siklus akuntansi ini mungkin terasa aneh karena disebut sebagai akhir atau awal secara bersamaan. Namun, secara fungsi, nama tersebut sesungguhnya menjelaskan posisi neraca tersebut dalam siklus akuntansi yang dijalankan.

Neraca yang satu ini dapat menjadi neraca akhir karena merupakan neraca yang dibuat di akhir periode pencatatan keuangan, tetapi di saat yang bersamaan neraca ini juga menjadi dasar untuk mengawali periode pencatatan keuangan berikutnya. Oleh karena itu, neraca ini disebut sebagai neraca akhir atau awal.

Dengan mengikuti setiap tahapan tersebut, pelaku usaha dapat dengan mudah mengelola keuangan yang dimiliki oleh perusahaannya dengan alur yang juga tidak akan menimbulkan kebingungan ke depannya. Sehingga, sekalipun perusahaan jasa tidak memiliki produk fisik yang bisa dilihat dan dipasarkan secara langsung, kompleksitas penghitungan keuangannya pun dapat tetap diatur secara mudah.

Pentingnya Melakukan Pencatatan Keuangan secara Akurat

Sebagai sebuah siklus, kedelapan tahapan yang sudah dijabarkan di atas akan terus berputar. Maksudnya, setelah tahapan kedelapan selesai, pelaku usaha dapat langsung kembali untuk memproses tahapan pertama, dan berputar terus di setiap periode keuangan.

Namun, perlu diingat bahwa setiap tahapan dalam siklus akuntansi perusahaan jasa menjadikan pencatatan transaksi di setiap periode sebagai dasar untuk seluruh penghitungan keuangan bisnis yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk memastikan penerapan siklus akuntansi dalam sebuah perusahaan jasa, memastikan setiap transaksi yang ada; terlepas dari transaksi masuk atau keluar, sebaiknya dicatat dengan akurat agar pergerakan siklus akuntansi tidak terganggu.

Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, setiap tahapan dalam sebuah siklus akuntansi akan saling memengaruhi, dan efeknya akan terus berputar di setiap periode keuangan. Termasuk ketika ada kesalahan pencatatan dan pengumpulan data transaksi, maka kesalahan tersebut bisa jadi akan terus berulang pula di setiap periode.

Agar potensi masalah tersebut dapat diminimalkan, tak ada salahnya untuk memanfaatkan aplikasi POS yang dilengkapi pula dengan fitur pencatatan transaksi keuangan dengan kemampuan pencatatan seakurat mungkin. Dengan demikian, data mentah yang akan diolah dalam setiap tahapan siklus akuntansi perusahaan jasa.

Misalnya saja, kamu dapat memanfaatkan aplikasi majoo yang sudah dilengkapi dengan fitur akuntansi lengkap dan pencatatan keuangan secara otomatis, tak perlu takut ada transaksi yang terlewat karena integrasi sistem antar fitur yang ditawarkan oleh aplikasi majoo dapat memastikan pencatatan keuangan bisnismu selalu akurat dan tak ada kesalahan meski pengolahan datanya dilakukan secara manual sesuai dengan ketentuan siklus akuntansi.

Selain fitur pencatatan keuangan yang akurat secara otomatis, aplikasi majoo juga menawarkan berbagai fungsionalitas lain yang dapat mempermudah pengelolaan bisnis dari mana pun, kapan pun dibutuhkan. Cukup akses dasboard aplikasi majoo baik melalui laptop atau telepon genggam, dan seluruh pengelolaan operasional bisnis dapat diselesaikan dengan cepat serta tepat.

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo