Memahami Teori Struktur Modal dalam Operasional Bisnis

Penulis Akidna Rahma
24 November 2021

article thumbnail


Struktur modal adalah komposisi kepemilikan modal yang ada pada suatu bisnis.

Setiap pelaku usaha tentu memahami pentingnya modal untuk memulai bisnis, tetapi belum tentu semuanya mengerti pentingnya mempelajari struktur modal. Pada kenyataannya elemen yang satu ini justru sangat dipastikan untuk memastikan arah pengembangan bisnis yang sukses.

Tentunya, tidak ada pelaku usaha yang ingin menjalankan bisnisnya begitu saja tanpa ada kepastian atau strategi untuk mengembangkan bisnis yang tengah dijalankan, bukan? Karena tentunya seluruh pelaku usaha jelas ingin bisnisnya tidak hanya dapat bertahan dan terus berlanjut, tetapi juga berkembang dengan penghasilan yang meningkat setiap waktunya.

Bagi pelaku usaha yang berniat untuk mengembangkan usahanya lebih besar lagi, memahami teori struktur modal dan penerapannya dalam operasional bisnis menjadi suatu keharusan yang sebaiknya tidak ditinggalkan. Jika demikian, apa yang dimaksud dengan struktur dalam modal ini dan bagaimana penerapan teorinya dalam operasional bisnis?

Memahami Pengertian Struktur Modal Pasar

Secara singkat, struktur modal adalah pembagian antara modal yang dimiliki secara pribadi dan juga modal yang dimiliki oleh pihak asing di luar bisnis.

Agar tidak terlalu bingung, perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang diperoleh melalui pihak lain di luar operasional bisnis, misalnya saja utang dan pinjaman yang suatu waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, harus dibayarkan kepada pihak lain. Sementara itu, modal yang dimiliki secara pribadi adalah modal yang nantinya dapat dihitung sebagai laba di luar dividen yang dapat digunakan bisnis untuk menjadi modal baru dalam periode keuangan berikutnya.

Dalam pembukuan maupun pencatatan keuangan umum, baik aset yang dimiliki oleh bisnis serta utang yang nantinya perlu dibayarkan kembali kepada pemberi utang akan dihitung dalam satu pos besar modal. Oleh karena itu, apabila seorang pelaku usaha tidak memahami dengan benar struktur dari kepemilikan modal yang dimilikinya, pelaku usaha tersebut akan kesulitan dalam memisahkan mana modal yang dapat digunakan pada periode keuangan berikutnya dengan modal yang sebenarnya harus dikembalikan kepada pihak lain.

Apabila pelaku usaha tidak dapat membedakan struktur dari kepemilikan modal yang dimilikinya ini, hasil penghitungan modal yang besar di akhir periode keuangan, yang semestinya bisa dicatat sebagai laba, bisa jadi justru akan membuat bisnis merugi karena secara struktur, modal yang berasal dari utang atau pinjaman nilainya lebih besar dibanding dengan modal yang benar-benar dimiliki oleh bisnis yang dijalankan.

Tentunya, apabila jumlah utang lebih besar dibanding dengan jumlah laba bersih, jelas bisnis akan merugi karena pada saat sudah jatuh tempo, utang tersebut perlu dikembalikan dan akan mengurangi pos pendapatan, bukan?

Apa saja, sih, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dengan baik untuk menghitung struktur modal bisnis secara tepat?

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal

Setidaknya, ada lima faktor yang perlu diperhatikan sebelum menghitung besarnya modal yang benar-benar dimiliki dan berhasil dikembangkan di akhir periode keuangan bisnis. Dengan memahami kelima faktor ini, pelaku usaha akan lebih mudah dalam menentukan arah pengembangan bisnisnya sendiri.

  1. Besarnya Aktiva yang Dapat Dihitung

Seperti yang sudah diketahui bersama, aktiva merupakan aset atau harta yang dimiliki oleh suatu bisnis maupun kekayaan lain yang dapat menunjang perjalanan operasional bisnis. Dalam praktiknya, aktiva dapat menjadi aktiva lancar, aktiva tidak tetap, investasi jangka panjang, dan juga aktiva tetap tak berwujud. Di antara beberapa jenis aktiva tersebut, aktiva atau aset lancar yang dapat dihitung merupakan jenis aktiva yang dapat memengaruhi struktur modal yang dimiliki oleh suatu bisnis.

Semakin banyak nilai aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu bisnis, struktur dari kepemilikan modal yang dikelola juga akan semakin besar pada modal yang dimiliki sendiri.

Apabila seorang pelaku usaha memilih untuk memperbesar modal usaha yang dimilikinya dengan terus menambahkan aset yang menjadi aktiva lancar, dan sebaliknya memperkecil pengajuan utang maupun pinjaman kepada pihak lain, di akhir periode penghitungan jumlah utang yang nantinya akan menjadi beban pengeluaran dapat ditutup dengan besarnya aktiva yang dimiliki tersebut.

Dengan demikian, posisi aktiva atau aset lancar dalam struktur modal adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan serius. Apabila memang memungkinkan, terus menambah aset atau kekayaan lain yang dapat mendukung jalannya operasional bisnis akan sangat menguntungkan pelaku usaha. Selain sebagai jaring pengaman untuk menutup utang dan pinjaman, aktiva lancar umumnya juga dapat digunakan sebagai modal awal yang baru bagi periode keuangan berikutnya; memastikan bisnis dapat terus berjalan dan berkembang.

  1. Besarnya Bisnis yang Dijalankan

Perjalanan operasional bisnis tentu tidak bisa dilakukan secara asal dan sembarangan. Bagaimana suatu bisnis dijalankan umumnya juga dipengaruhi oleh ukuran dari bisnis itu sendiri.

Pada bisnis yang secara ukuran tergolong kecil, pelaku usaha tidak dapat melakukan diversifikasi usaha atau melakukan pengembangan bisnis secara merata di beberapa lini bisnis sekaligus, tetapi harus berfokus pada bisnis yang dimiliki sebagai sumber utama. Sebaliknya, bisnis dengan ukuran yang lebih besar umumnya akan lebih mudah untuk dikembangkan melalui diversifikasi bisnis dengan menjalankan beberapa lini bisnis sekaligus dalam satu waktu.

Perbedaan ukuran bisnis ini jelas akan memengaruhi bagaimana perputaran modal yang terjadi di dalamnya. Semakin besar bisnis yang dijalankan, struktur modal yang dimilikinya juga akan lebih kompleks dan beragam. Dengan demikian, kemungkinan bisnis tersebut untuk mengalami kebangkrutan pun akan lebih kecil.

Situasi tersebut umumnya terjadi karena dengan kekuatan untuk melakukan diversifikasi bisnis, bisnis-bisnis besar umumnya memiliki jaring pengaman yang lebih banyak sesuai dengan struktur modal yang dimiliki di lini bisnis masing-masing. Umumnya, akan ada beberapa lini bisnis dengan nilai kepemilikan modal pribadi yang lebih besar dibanding modal yang dimiliki oleh pihak asing.

Dengan kata lain, apabila ada satu lini bisnis yang dinyatakan tidak berhasil dan memiliki komposisi modal yang timpang pada strukturnya, bisnis tersebut masih dapat bertahan dengan mengandalkan lini bisnis lain yang juga dikelolanya.

Skenario di atas tentu akan sulit diterapkan pada bisnis yang lebih kecil dengan diversifikasi bisnis yang sederhana karena apabila ada satu lini bisnis yang mengalami kebangkrutan karena besarnya modal dengan kepemilikan asing, tidak ada lini bisnis cadangan yang bisa membantu menutup pos pengeluaran tersebut.

Dengan demikian, harus diakui bahwa pengembangan bisnis menjadi penting dan sangat memengaruhi bagaimana komposisi struktur bisnis yang dimiliki oleh suatu bisnis.

Struktur modal juga dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimiliki suatu bisnis.

  1. Risiko yang Dimiliki Suatu Bisnis

Tentunya tidak ada pelaku usaha yang ingin bisnisnya mengalami kebangkrutan, bukan? Namun, bukan berarti setiap bisnis yang dijalankan bebas dari risiko.

Agar bisnis tidak mengalami kebrangkutan ketika menghadapi suatu risiko bisnis, tak jarang seorang pelaku usaha melakukan pengajuan pinjaman atau utang agar dapat menutup pos-pos pengeluaran yang perlu dilakukan untuk mengatasi risiko tersebut. Dengan demikian, struktur modal pasar yang dimiliki pun akan bergeser dan condong pada kepemilikan asing dengan banyaknya nilai utang serta pinjaman yang diajukan dalam menghadapi risiko bisnis.

Agar tak terjebak dalam situasi tersebut dan tetap memiliki kepemilikan modal yang lebih besar dari pihak pribadi, kebanyakan pelaku usaha akan menjaga agar modal yang dimilikinya dalam menjalankan bisnis tidak habis terpakai sepenuhnya dalam satu kegiatan bisnis, tetapi tetap ada modal yang disisakan untuk berjaga dalam menghadapi risiko-risiko bisnis maupun situasi tak terduga.

Pun demikian, semakin besar risiko yang dimiliki oleh suatu bisnis, tentunya akan lebih banyak pula dana untuk situasi tak terduga yang perlu disiapkan dan tak dapat dipakai untuk operasional harian bisnis. Karenanya, penting juga untuk menilai terlebih dahulu risiko yang dimiliki dari sebuah bisnis yang ingin dijalankan untuk menghitung berapa besar modal yang perlu disiapkan agar bisnis tidak terlalu mengandalkan utang maupun pinjaman.

  1. Potensi Pertumbuhan Bisnis

Seberapa baik potensi pertumbuhan dari bisnis yang dijalankan dan mengapa hal ini menjadi faktor yang dapat memengaruhi struktur modal yang dimiliki oleh suatu bisnis?

Pertumbuhan bisnis umumnya berkaitan erat dengan bagaimana bisnis tersebut dikembangkan serta dijalankan setiap harinya. Dari pengembangan bisnis, tentunya investasi pun menjadi komponen yang memegang peranan penting.

Pasalnya, secara langsung membuka investasi sama artinya memperbesar kepemilikan modal oleh asing karena tak jarang suntikan dana yang diberikan untuk mengembangkan bisnis terhitung sebagai utang atau pinjaman. Pun apabila dana tersebut dihitung sebagai investasi, artinya akan ada pembagian hasil usaha atau dividen yang komposisinya juga akan lebih besar sesuai dengan nilai investasi yang diberikan.

Selain melalui investasi, pengembangan bisnis umumnya juga dilakukan dengan modal atau investasi pribadi. Akan tetapi, tidak semua investasi yang dilakukan dapat dijamin memberikan hasil yang menguntungkan. Tidak jarang juga investasi yang dilakukan mengalami kegagalan dan secara langsung memberikan kerugian.

Dari kedua situasi tersebut, baik investasi yang dilakukan oleh pihak asing maupun investasi yang dilakukan secara pribadi pada bisnis yang dijalankan sendiri, potensi pertumbuhan bisnis itu sendiri menjadi faktor penentu keberhasilan investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, setiap pelaku usaha sebaiknya bisa mengukur terlebih dahulu seberapa tinggi tingkat potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh bisnisnya.

Sebagai faktor yang memengaruhi struktur modal, potensi pertumbuhan bisnis menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam menentukan nasib keberlanjutan suatu bisnis. Karenanya, faktor ini juga dapat memengaruhi bagaimana suatu strategi bisnis akan direncanakan dan juga bagaimana implementasinya.

  1. Potensi Keuntungan Bisnis

Jangan lupa bahwa dalam penghitungan keuangan bisnis, nilai modal dapat berubah posisinya antara awal dan akhir periode penghitungan keuangan, dan salah komponen yang memengaruhi besarnya nilai perubahan modal di akhir periode keuangan adalah besarnya laba yang dihasilkan dari pengembangan modal tersebut selama periode berjalan.

Dari skema tersebut, struktur modal adalah sesuatu yang juga dapat dipengaruhi oleh seberapa baik sebuah bisnis memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan bisnis.

Semakin besar keuntungan yang dihasilkan di setiap periode keuangan, berarti akan semakin besar pula pergerakan positif dari nilai modal jika dibandingkan dengan awal periode keuangan, di mana keuntungan yang didapatkan tersebut akan dikelompokkan sebagai aktiva dan dapat digunakan sebagai modal awal yang baru pada periode berikutnya.

Sudah jelas, apabila suatu bisnis memiliki potensi keuntungan bisnis yang besar, nilai aktiva atau aset yang dimiliki pun juga akan semakin besar, sehingga komposisi modal yang dimiliki pada strukturnya akan lebih condong pada modal yang dimiliki secara pribadi. Sebagai hasil akhirnya, bisnis tersebut akan lebih aman karena jumlah aktiva lancar yang dimilikinya akan lebih besar dibanding dengan utang atau pinjaman yang dilakukan.

Teori Struktur Modal yang Perlu Diketahui

Setelah memahami pengertian dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi struktur modal pasar dan juga perusahaan, tentunya tak terlalu sulit lagi bagi pelaku usaha untuk melakukan penghitungan komposisi modal jika diperlukan, bukan? Agar implementasinya bisa jauh lebih mudah lagi, sebenarnya ada sejumlah teori struktur modal yang dapat digunakan.

Setiap teori yang ada tentunya juga tak bisa asal diterapkan, tetapi juga perlu disesuaikan dengan struktur dari kepemilikan modal yang ingin dihitung.

Sebagai contoh, teori dengan pendekatan tradisional, misalnya saja, akan lebih cocok digunakan untuk modal yang dimaksudkan untuk berubah-ubah setiap saat sesuai dengan dengan nilai perusahaan karena modal tersebut memiliki pengaruh terhadap nilai bisnis itu sendiri. Namun, untuk mengetahui struktur pada kepemilikan modal yang juga mempertimbangkan nilai pajak, model teori pendekatan Modigliani dan Miller yang bisa diterapkan dengan melibatkan penghitungan nilai pajak tentu akan lebih pas.

Teori apa pun yang ingin diterapkan dalam mengetahui struktur modal pasar akan lebih maksimal jika memang diimplementasikan secara sesuai, dan tentu harus diiringi dengan pencatatan keuangan yang benar-benar tepat serta akurat. Tanpa adanya pencatatan keuangan yang baik, besarnya struktur kepemilikan dari modal yang ingin dihitung pun tidak bisa secara tepat menggambarkan keuangan bisnis, bukan?

Untuk memastikan setiap faktor dapat dihitung dengan tepat, manfaatkan fitur keuangan yang dimiliki oleh aplikasi majoo yang memungkinkan pelaku usaha untuk melakukan penghitungan keuangan bisnis secara akurat dan otomatis. Dengan demikian, pelaku usaha juga tak perlu mengeluarkan lebih banyak waktu, biaya, serta tenaga untuk menjaga ketepatan pencatatan transaksi yang dilakukan. Muda, bukan? Yuk, langganan aplikasi majoo sekarang juga! 


Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo