Westernisasi adalah hasil perubahan yang terjadi ketika masyarakat berhasil mengadopsi kultur atau budaya yang berasal dari barat, atau dalam hal ini berarti Eropa serta Amerika Serikat. Namun, karena yang diadopsi adalah budaya, umumnya yang akan terdampak adalah budaya pula.
Lalu, seperti apa pengaruh westernisasi terhadap kegiatan menjalankan operasional bisnis? Apakah akan memunculkan perubahan juga atau tidak? Untuk dapat menjawabnya, kita perlu tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan westernisasi, dan apakah ada perbedaan antara westernisasi dengan modernisasi?
Apa Itu Westernisasi?
Secara singkat, westernisasi memang kerap dihubungkan dengan modernisasi. Situasi ini terjadi karena sifat dasar yang dimiliki oleh manusia itu sendiri untuk terus meningkatkan kualitas hidupnya setiap hari.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang bermasyarakat pun terus melakukan peningkatan-peningkatan hidup dengan mengadopsi berbagai cara serta praktik terbaik yang dilakukan oleh masyarakat lain. Perbedaan modernisasi dan westernisasi terdapat bagaimana perubahan yang terjadi memengaruhi suatu aspek dalam kehidupan.
Apabila budaya yang diadopsi kemudian menyebabkan perubahan pada proses kerja, misalnya dari yang tadinya masih dikerjakan secara manual, kemudian setelah mengadopsi proses produksi yang baru mulai memanfaatkan berbagai mesin yang kerjanya dilakukan secara otomatis, adopsi tersebut akan disebut sebagai modernisasi proses kerja.
Kemudian, dilihat pula dari mana asal adopsi tersebut, apabila berasal dari teknologi yang dikembangkan oleh negara-negara di Eropa dan juga Amerika Serikat, hasil adopsi proses produksi yang baru tersebut juga dapat disebut sebagai westernisasi.
Jadi, salah satu perbedaan westernisasi dan modernisasi yang paling mencolok adalah ada atau tidaknya otomatisasi proses kerja dan juga negara asal teknologi yang diadopsi tersebut dikembangkan. Sebuah hasil westernisasi bisa saja menyebabkan modernisasi, dan bisa juga terpisah.
Mengadopsi cara kerja dengan memberikan sistem hadiah bagi pekerja yang memiliki performa bagus serta libur yang cukup untuk bagi pekerja laki-laki serta perempuan agar memiliki waktu mengurus anak untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, misalnya saja, dapat menjadi contoh westernisasi yang tidak termasuk sebagai modernisasi. Dalam contoh tersebut, terjadi pengadopsian budaya kerja dari negara barat, dalam hal ini Eropa, tetapi tidak diikuti dengan perubahan proses produksi yang otomatis.
Demikian pula dengan modernisasi. Apabila teknologi yang dikembangkan tidak berasal dari budaya barat, upaya modernisasi tersebut tidak dapat disebut pula sebagai westernisasi.
Baca juga: Apa Itu Globalisasi? Memahami Arti Hingga Dampak Globalisasi.
Apa Faktor Westernisasi yang Memungkinkannya Terjadi?
Agar lebih mudah dalam membedakan mana yang disebut dengan westernisasi dan mana yang disebut sebagai modernisasi, perlu dipahami juga apa saja faktor westernisasi, bukan?
1. Terdapat Budaya Barat yang Masuk dan Digunakan
Jelas, karenanya namanya adalah westernisasi, perlu ada budaya barat yang masuk terlebih dahulu sebelum suatu fenomena sosial dapat disebut sebagai westernisasi. Karenanya, keberadaan budaya barat yang masuk dalam aspek kehidupan bermasyarakat menjadi faktor westernisasi yang paling penting dan harus ada.
Apabila budaya yang masuk tidak berasal dari negara-negara barat, kita cukup menyebutnya sebagai akulturasi budaya saja, tidak harus disebut westernisasi.
2. Adanya Ketidaksetaraan Perkembangan Iptek
Dampak westernisasi yang paling terasa sebenarnya terletak pada penggantian budaya lama yang dianggap sudah usang dengan budaya baru dari negara-negara barat yang dianggap lebih baik. Karena ada budaya yang lebih baik, kita dapat mengasumsikan bahwa budaya yang ada saat ini masih belum baik; meski mungkin baik atau tidak baik itu sendiri nilainya sangat subjektif dan relatif.
Karenanya salah satu faktor yang dapat mendorong terjadinya westernisasi adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak rata, di mana produk-produk ilmu pengetahuan serta teknologi yang ada saat ini dirasa masih belum efektif dan efisien, sehingga masyarakat perlu mengadopsi budaya dari negara-negara barat yang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya dianggap sudah lebih maju.
Apabila ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdapat di suatu negara dianggap sudah sama majunya dengan yang digunakan di negara-negara barat, proses adopsi budaya dan juga ilmu pengetahuan serta teknologi dari negara tersebut pun dirasa tidak perlu dilakukan sehingga westernisasi tidak akan terjadi.
3. Adanya Gaya Hidup yang Konsumtif
Meski beberapa faktor westernisasi sudah terpenuhi, misalnya saja di kawasan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat, westernisasi akan sulit terjadi jika gaya hidup pada masyarakat di kawasan tersebut tidak konsumtif.
Situasi ini terjadi karena perilaku konsumtif tidak hanya mendorong seseorang untuk terus melakukan pembelian, tetapi juga membuat masyarakat merasa haus akan produk-produk teknologi yang baru, terlepas sebenarnya mereka membutuhkan produk tersebut atau tidak dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Adanya Praktik Pemerintahan yang Represif
Banyak orang yang beranggapan bahwa negara-negara barat memiliki kebebasan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat di dalam negaranya, karenanya untuk masalah yang berkaitan dengan bebas atau tidaknya seseorang dalam memenuhi haknya, negara-negara barat kerap dijadikan kiblat acuan.
Karenanya, adanya praktik pemerintahan yang represif dapat menjadi salah satu faktor westernisasi karena dalam negara yang masyarakatnya merasa terbatasi, keinginan untuk mengadopsi budaya atau gaya hidup dari negara lain pun akan semakin besar, sehingga kemungkinan terjadinya westernisasi pun akan semakin tinggi.
Bukan sekadar mengada-ada, lho, karena kalau kita runut pada sejarah kemerdekaan Indonesia sendiri, gagasan tentang negara yang merdeka dan dapat berdiri sendiri sebenarnya juga dibawa oleh tokoh-tokoh yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri, sehingga mereka terpapar dengan gagasan akan kemerdekaan. Kemudian, saat melihat keadaan di tempat asalnya yang serba terkekang, gagasan ini pun kemudian dibawa dan diperjuangkan.
Hingga kini, faktor tersebut pun masih berlaku di mana kebanyakan gagasan yang berorientasi pada bebas atau tidaknya suatu masyarakat dalam melakukan sesuatu kemungkinan besar dipengaruhi oleh gagasan dari negara-negara barat yang memberikan kebebasan lebih besar bagi penduduknya.
5. Adanya Akses yang Mudah untuk Mengadopsi Budaya Baru
Sama seperti gagasan kemerdekaan yang dulu dibawa oleh tokoh-tokoh yang sempat merasakan pendidikan tinggi di luar negeri, mudahnya akses untuk mengenal budaya dari negara-negara barat juga menjadi faktor westernisasi yang paling banyak.
Semakin mudahnya suatu masyarakat terpapar oleh budaya yang berbeda dengannya, semakin mudah pula perasaan untuk meniru atau mengadopsi budaya tersebut muncul. Karenanya, proses westernisasi sebenarnya bisa dibilang semakin deras terasa di era yang sudah serba digital seperti sekarang yang memungkinkan seseorang untuk mengakses informasi dari luar dengan mudah.
Kemudian, apabila faktor-faktor tersebut sudah terpenuhi dan terjadi westernisasi, apa dampak westernisasi yang dapat memengaruhi operasional bisnis?
Baca juga: 4 Perusahaan yang Sukses Menerapkan Transformasi Digital
Apa Dampak Westernisasi dalam Dunia Bisnis
Pengaruh westernisasi mungkin lebih terasa pada tatanan sosial dalam sebuah masyarakat, tetapi karena bisnis atau kegiatan ekonomi pada umumnya merupakan bagian dari tatanan tersebut, tak sedikit pula pengaruh yang diberikan westernisasi terhadap proses operasional suatu bisnis.
Apa saja, sih, dampak atau pengaruh westernisasi yang dimaksud tersebut?
Muncul Kesadaran akan Kesejahteraan Pegawai
Salah satu contoh westernisasi yang memiliki dampak atau pengaruh positif dalam dunia bisnis adalah meningkatnya kesadaran akan kesejahteraan pegawai.
Jika dulu terjadi garis batas yang jelas antara hak dan kewajiban karyawan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak, dan kebanyakan pegawai akan setuju-setuju saja dengan kontrak yang ditawarkan, kini muncul budaya baru yang lebih memperhatikan nasib karyawan secara luas, khususnya pada perusahaan-perusahaan yang memang sudah cukup besar dan mampu memberikan lebih banyak hal bagi karyawannya.
Pemberian cuti haid bagi karyawan perempuan setiap bulannya, misalnya saja, bukanlah sesuatu yang sedari awal dimiliki dalam budaya kerja di Indonesia. Namun, setelah masuknya pengaruh dari negara-negara barat, hal yang satu ini pun mulai memperoleh perhatian khusus dan bahkan legalitasnya semakin diperkuat dalam undang-undang tenaga kerja.
Keberadaan serikat yang selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja pun dapat menjadi contoh dampak westernisasi yang positif dalam dunia bisnis. Meski sebelumnya tenaga kerja di Indonesia sudah berserikat, tetapi sejak masuknya gagasan-gagasan dari negara barat yang lebih dulu menghadapi permasalahan ini, serikat kerja menjadi semakin kuat dan lebih terlihat upayanya dalam memastikan kesejahteraan karyawan selalu terjaga.
Baca juga: Cara Membangun Budaya Perusahaan yang Consumer Centric
Pemanfaatan Sistem yang Terotomatisasi dalam Bisnis
Pada dasarnya, setiap budaya pasti mengenal apa yang disebut dengan kearifan lokal, baik dalam keseluruhan aspek bermasyarakat maupun ketik diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kearifan lokal ini tidak selamanya jelek, tetapi sebagian besar memang masih menggunakan peralatan yang sederhana dan memerlukan tenaga kerja tersendiri untuk mengoperasikannya secara manual.
Masuknya mesin-mesin produksi yang lebih modern dan memiliki ciri khas dalam menyederhanakan proses kerja dengan otomatisasi secara efektif dan efisien bisa dibilang sebagai contoh westernisasi yang banyak diterapkan karena memiliki dampak positif.
Beberapa upaya otomatisasi tersebut mungkin tidak datang dari negara-negara barat. Pun demikian, kita tetap harus mengakui bahwa sebagai negara dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah jauh, banyak sekali alat produksi yang dapat digunakan pula dalam operasional bisnis di Indonesia yang memungkinkan pelaku usaha untuk menjalankan proses produksi secara otomatis atau semi-otomatis.
Namun, harus diingat pula bahwa dampak westernisasi tidak selamanya positif. Dalam sistem yang terotomatisasi, misalnya saja, kebutuhan tenaga kerja akan jauh lebih kecil dibanding jika proses produksi tersebut dilakukan secara manual. Tentu di satu sisi pelaku usaha dapat menghemat banyak beban pengeluaran dari perubahan tersebut, tetapi di sisi lain adanya sistem yang terotomatisasi ini juga meningkatkan angka pengangguran atau tenaga kerja yang tidak terpakai.
Karenanya, pengaruh westernisasi memang harus disikapi secara bijak sesuai dengan kebutuhan dan tak sepenuhnya melepas nilai-nilai lama yang selama ini memang dipertahankan.
Muncul Dorongan untuk Privatisasi Sektor Publik
Salah satu pengaruh westernisasi yang paling terlihat adalah adanya dorongan kepada pemerintah untuk menciptakan pasar yang dapat lebih bebas dalam menikmati setiap hasil kegiatan ekonomi.
Jika dilihat secara sekilas, gagasan ini memiliki tujuan yang baik karena mendorong lahirnya pasar bebas di mana pemerintah tidak bisa dengan mudah melakukan monopoli maupun praktik-praktik ekonomi lain yang dapat membuat pemerintah suatu negara memegang otoritas yang terlalu banyak. Namun, di sisi lain, dorongan ini juga membuat beberapa sektor usaha kemudian perlu diprivatisasi atau tak lagi dikuasai oleh negara.
Tergantung dari sisi mana situasi tersebut dilihat, praktik ini dapat menjadi contoh westernisasi yang positif sekaligus juga negatif. Bagaimanapun juga, tanpa adanya kontrol dari pemerintah, khususnya pada sumber daya memang memengaruhi hajat hidup orang banyak, praktik ini bukanlah sesuatu yang disarankan.
Dengan baik menyikapi fenomena westernisasi adalah sesuatu yang sangat diperlukan dewasa ini, khususnya ketika akses terhadap paparan budaya serta sistem kerja dari luar negeri juga semakin mudah. Perlu disadari bersama bahwa di satu titik, westernisasi tidak hanya memberi pengaruh yang positif saja atau hanya memberi pengaruh yang negatif saja, tetapi bisa juga keduanya.
Tak ada salahnya untuk mempertimbangkan ulang budaya atau sistem kerja yang saat ini digunakan, dan memutuskan seberapa perlu menggantinya dengan budaya maupun sistem kerja dari negara barat, tidak hanya berdasarkan nilai ekonomi yang ditawarkannya, tetapi juga seluruh aspek sosial masyarakat yang dipengaruhinya. Dengan demikian, westernisasi dapat dikontrol dengan hanya mengadopsi budaya-budaya yang memberikan dampak baik saja.
Pun demikian dengan pemanfaatan produk ilmu pengetahuan dan teknologi, tak selamanya akan memberikan dampak yang baik-baik saja, tetapi juga bisa memberikan dampak buruk apabila tidak disikapi dengan bijak. Sebagai contoh, jika memang dirasa perlu ada pengelolaan bisnis yang lebih mudah, ringkas, serta efisien, solusi terbaiknya jelas dengan memanfaatkan aplikasi majoo!
Baca juga: Pengertian dan Contoh Pasar Bebas sebagai Bentuk Globalisasi