Sering mendengar istilah borongan atau kulakan? Dalam bahasa Inggris, istilah tersebut disebut sebagai wholesale.
Wholesale atau grosir adalah proses pembelian barang atau produk tertentu dalam jumlah besar dari produsen. Kemudian, barang-barang tersebut akan dijual dalam unit-unit kecil kepada pengecer atau langsung kepada konsumen.
Karena membeli dalam jumlah besar, pengusaha atau pedagang wholesale biasanya mendapat harga yang lebih rendah dari produsen. Keuntungan yang mereka dapatkan berasal dari selisih harga beli dengan harga jual suatu barang.
Misalnya, Ibu Rahma adalah seorang pedagang grosir beras. Ia membeli 50 kuintal beras dari produsen beras dengan harga Rp40.000.000 atau senilai Rp8.000 per kilogram.
Karena harga beras di pasaran rata-rata dibanderol seharga Rp9.000 per kilogram, maka Ibu Rahma memutuskan untuk menjual beras yang ia beli seharga Rp10.000 per kilogram. Artinya, dengan keuntungan Rp1.000 per kilogram, Ibu Rahma sudah mengantongi keuntungan sebesar Rp5.000.000 jika semua berasnya habis terjual.
Kehebatan para pengusaha wholesale atau disebut wholesaler adalah mereka piawai dalam menganalisis kebutuhan konsumen. Sehingga, walaupun mereka membeli barang dalam jumlah besar, akhirnya barang-barang tersebut umumnya akan tetap habis terjual.
Mereka juga handal dalam mencari pembeli. Mulai dari pedagang retail, industri komersial, institusi, ataupun konsumen langsung bisa menjadi target atau sasaran dari wholesaler.
Barang atau produk yang diincar oleh wholesaler biasanya sedang tren atau sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga, peka terhadap tren adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh wholesaler. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pembelian yang mereka lakukan dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Contoh barang yang paling banyak disasar oleh wholesaler adalah barang konsumsi yang diproduksi dari pedesaan, seperti sembako dan sayur-sayuran. Kebutuhan bahan pokok umumnya ditanam atau diproduksi di pedesaan. Masyarakat perkotaan sebagai konsumen pasti akan membelinya karena mereka tahu sayur-mayur yang diproduksi di pedesaan biasanya lebih segar.
Jika melihat cara kerjanya, model bisnis wholesale sebenarnya sangat menarik. Kegiatan wholesale dianggap dapat menjadi pendukung rantai pasok produsen ke konsumen; dari area surplus ke area kebutuhan.
Selain itu, bisnis ini tidak memerlukan proses produksi dan pengemasan barang. Sebab, produsen yang menciptakan produk, dan para pengecer yang akan mengemas ulang untuk dijual kembali.
Saat ini, wholesale dipandang sebagai salah satu trik atau strategi bisnis yang patut diperhitungkan. Terlebih dengan semakin menjamurnya lapak-lapak daring (e-commerce). Meskipun wholesale sebenarnya adalah model bisnis tradisional, tapi masih tetap relevan untuk dipraktikkan di era digital seperti sekarang. Hal ini kerap dilakukan oleh mereka yang tidak mau repot dalam mengelola urusan bisnis dengan pihak seperti distributor.
Lalu, sebenarnya apa yang membedakan wholesaler dengan distributor? Jawabannya adalah adanya kesepakatan kerja.
Distributor resmi biasanya memiliki kerja sama antara dengan perusahaan terkait. Karena itu, banyak perusahaan yang memiliki distributor resmi di berbagai daerah.
Baca juga: Memahami Pengertian dan Tugas Logistik dalam Rantai Pasokan
Sedangkan wholesaler membeli produk atas inisiatif dan modal sendiri, termasuk dalam proses memasarkan kembali. Sehingga, wholesale lebih bebas karena tidak terikat kesepakatan dengan pihak manapun.
Benarkah wholesale masih relevan hingga saat ini? Apakah wholesale bisa dianggap sebagai salah satu model bisnis yang masih menguntungkan di 2022? Apa saja jenis-jenis wholesale? Mari kita bahas lebih lanjut.
Jenis-Jenis Wholesale
Kegiatan wholesaler dibagi menjadi empat model bisnis. Berikut penjelasan tentang keempatnya:
1. Merchant Wholesaler
Dalam model bisnis ini, pedagang wholesale (wholesaler) melakukan pembelian produk dengan volume besar dengan harga lebih rendah. Tujuannya adalah untuk dijual kembali dengan harga sedikit lebih tinggi, namun jumlahnya lebih kecil. Selisih dari nilai beli dengan nilai jual yang akan menjadi keuntungan wholesaler.
Para wholesaler jenis ini memiliki pengetahuan mendalam tentang produk. Mereka juga melakukan analisis terkait kapan waktu yang tepat untuk mulai membeli dan menjual suatu produk ke bisnis eceran. Dalam arti kata, wholesaler jenis ini bisa menguasai, bahkan mengendalikan pasar jika diperlukan.
2. Agen atau Broker
Pernah mendengar istilah makelar? Nah, makelar yang legal dan berbadan usaha disebut agen, pialang, atau broker. Keuntungan yang diperoleh agen/broker berasal dari komisi penjualan barang dari wholesaler kepada konsumen.
Tugas utama agen/broker ini sebenarnya adalah membantu wholesaler dalam mencari produsen atau distributor resmi untuk menyediakan produk bermutu tinggi, tapi dengan harga rendah. Agen/broker tidak hanya bekerja sama dengan satu wholesaler. Mereka bisa memiliki beberapa rekanan wholesaler lain.
3. Divisi Distribusi Manufaktur
Secara umum, wholesale jenis ini dilakukan oleh perusahaan produsen. Tujuannya adalah untuk memudahkan perusahaan dalam mengendalikan harga pasaran dan sebaran kuantitas produk di tengah masyarakat.
Dalam model bisnis ini, wholesaler memperoleh keuntungan berdasarkan kesepakatan dengan perusahaan produsen atau diperhitungkan melihat situasi dan kondisi pasar.
4. Kantor Pusat dan Kantor Cabang Ritel
Wholesale jenis ini biasanya dilakukan oleh sebuah perusahaan ritel yang membeli sejumlah produk dari produsen dengan jumlah sangat besar. Barang-barang tersebut kemudian disebar ke berbagai cabangnya dengan menetapkan harga tertentu.
Tujuan dari model bisnis wholesale ini kurang lebih sama seperti tipe nomor tiga. Namun, yang membedakannya adalah mereka mencoba mengontrol laju harga dan kuantitas barang di suatu wilayah dengan menggunakan basis perusahaan.
Cara Wholesaler Mendapatkan Keuntungan
Bagaimana cara pelaku wholesale mendapatkan keuntungan? Di awal tadi sudah disebutkan bahwa keuntungan yang mereka dapatkan berasal dari selisih harga beli dengan harga jual suatu barang. Dengan kata lain, sumber keuntungan menjadi wholesaler sama dengan kegiatan ekonomi lainnya.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu disesuaikan dalam mengkalkulasi keuntungan wholesaler. Di antaranya adalah jenis dan kuantitas produk yang dibeli. Selain itu, mark-up penjualan ikut menentukan jumlah keuntungan yang didapatkan oleh para wholesaler.
Bahkan, proses distribusi produk dari wholesaler ke pihak selanjutnya juga menentukan keuntungan. Jika jarak distribusinya cukup jauh, maka semakin tinggi juga mark-up harga jualnya. Mark-up harga jual dari produsen hingga ke konsumen bisa berada di kisaran 100-400%, tergantung volume permintaan, kelangkaan barang, hingga kondisi keamanan nasional.
Baca juga: Supplier atau Pemasok: Pengertian, Jenis dan Contohnya
Penentuan Harga Jual dalam Wholesale
Tadi majoo sudah membahas tentang keuntungan dalam kegiatan wholesale. Di bawah ini, kita akan membahas beberapa cara dalam menentukan harga jual dalam wholesale.
Manufacturer Suggested Retail Price (MSRP) |
Seperti namanya, MSRP adalah penentuan harga jual produk yang disarankan oleh pihak manufaktur kepada pelaku wholesale. |
Keystone Pricing |
Dalam hal ini, pihak wholesale melipatgandakan biaya pembelian barang. |
Multiple Pricing
|
Harga jual ditentukan berdasarkan proses pengemasan produk yang dilakukan oleh pelaku wholesale. Biasanya mereka akan mengemas produk dengan sistem bundel. Tujuannya untuk mendapatkan anggapan bahwa harganya lebih murah dibanding membeli satuan. |
Discount
|
Pihak wholesale seolah-olah memberikan potongan harga dari harga normal. Padahal, harga awal telah ditinggikan (mark-up), lalu kemudian diberikan potongan harga. |
Above Competitor Pricing |
Menetapkan harga jual di atas rata-rata pesaing. Tujuannya agar tercipta kesan eksklusif. |
Below Competitor Pricing |
Menetapkan harga lebih rendah dari pesaing yang bergerak di produk yang serupa. |
Fungsi Wholesale
Kegiatan wholesaler memiliki beberapa fungsi penting. Salah satunya adalah sebagai rantai distribusi barang dari produsen ke konsumen. Berikut ini enam fungsi lain dari aktivitas wholesale
Fungsi Wholesale #1 – Sebagai Pengumpul dan Penyimpan Persediaan Produk
Wholesaler biasa membeli berbagai jenis barang dari beberapa produsen. Oleh karena itu, pengusaha grosir biasanya memiliki gudang penyimpanan stok yang cukup besar. Tujuannya, untuk memastikan barang selalu tersedia untuk para pengecer.
Fungsi Wholesale #2 – Sebagai Pemecah dan Pemilah Produk
Setelah membeli berbagai jenis barang dari beberapa produsen, pengusaha grosir biasanya akan memecah dan memilahnya sesuai ukuran, bentuk, kualitas, dll. Bahkan, beberapa di melakukan pengemasan dan memberikan merek sendiri.
Fungsi Wholesale #3 – Sebagai Analis Pasar
Pengusaha grosir yang sukses biasanya rutin memantau dan menganalisis kondisi pasar. Mereka mencari berbagai informasi pasar, mulai dari kebiasaan konsumen, tren permintaan barang, perkembangan harga, produk-produk baru, dan lain-lain. Mereka bahkan seringkali juga turun langsung untuk melakukan survei pasar dengan membandingkan harga, kualitas, daya beli, hingga kompetitor. Berdasarkan wawasan yang didapatkan, maka mereka bisa menentukan produk apa saja yang harus mereka beli dalam jumlah besar.
Fungsi Wholesale #4 – Sebagai Penstabil Harga
Pengusaha grosir bisa berperan dalam membantu stabilitas harga dengan memastikan ketersediaan pasokan sesuai permintaan. Bahkan, mereka juga membantu produsen meredam risiko yang mungkin terjadi dalam proses distribusi barang, seperti terjadinya perubahan permintaan atau kerusakan barang.
Fungsi Wholesale #5 – Sebagai Pemberi Modal
Pengusaha grosir bahkan bisa memberikan bantuan modal kepada produsen dan pengecer. Caranya, pengusaha grosir membeli barang ke produsen dalam jumlah besar secara berkala. Sementara itu, pedagang grosir memperbolehkan pengecer untuk melakukan pembayaran dengan cara mencicil.
Fungsi Wholesale #6 – Sebagai Pendukung Distribusi Barang
Dengan adanya wholesaler, produsen dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Wholesaler bahkan bisa bersedia untuk menyediakan jasa transportasi untuk mengantar barang demi menjangkau lebih banyak pengecer atau langsung menemui konsumen.
Kesimpulan
Wholesale adalah kegiatan bisnis yang sangat bagus untuk dilakukan. Karena membeli dalam jumlah besar (grosir), pengusaha wholesale (wholesaler) bisa membantu banyak pihak, terutama dalam memastikan ketersediaan barang dan menjaga stabilitas harga.
Jika ingin menjadi wholesaler, selain perlu modal, kamu perlu memiliki aplikasi pembukuan untuk pencatatan pengeluaran dan pemasukan. Dengan demikian, kegiatan wholesale bisa berjalan secara optimal. Untuk memudahkan kamu dalam melakukan proses pembukuan, gunakanlah aplikasi keuangan majoo untuk membantu dalam pengelolaan bisnis.
Sudah saatnya kamu jadi pebisnis yang pintar dan maju bersama majoo!