Sebagai pemilik usaha, sebagian dari kamu mungkin merasa terbebani dengan biaya gaji karyawan. Lebih jauh lagi, biaya tunjangan dan segala fasilitas yang mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Padahal, banyak perusahaan mapan yang sangat mengapresiasi karyawannya. Mereka amat menyadari bahwa karyawan merupakan aset serta faktor esensial bagi kemajuan perusahaan.
Karena itu, perusahaan tersebut biasanya berupaya untuk memberikan gaji yang baik, tunjangan yang layak, serta lingkungan kerja yang kondusif.
Meskipun terdengar seperti beban pengeluaran, memperlakukan karyawan dengan baik dan memperhatikan kesejahteraannya justru membawa bisnis makin untung. Mengapa demikian? Inilah lima alasan karyawan merupakan aset bagi perusahaan.
1. Sumber daya terbesar dan memengaruhi citra brand
Organisasi bisnis yang menghargai karyawannya sering kali dapat berfungsi dengan baik dan cenderung berhasil meraup profit.
Perusahaan yang baik memang semestinya menawarkan tunjangan finansial dan kesehatan bagi karyawan. Tidak hanya itu, bisnis tersebut juga menyediakan peluang pengembangan diri bagi karyawan serta inisiatif untuk memberi kembali kepada masyarakat.
Lalu, bagaimana segala investasi tersebut kembali dalam bentuk keuntungan bagi perusahaan? Ketika sebuah perusahaan mengapresiasi karyawannya sedemikian rupa, karyawan juga akan mengapresiasi perusahaan.
Sebagai timbal balik, karyawan cenderung menunjukkan peningkatan produktivitas dan loyalitas kepada perusahaan. Hal tersebut juga sering kali tercermin dalam keseharian karyawan di mana mereka memberikan performa terbaiknya.
Sebagai contoh, kebanyakan orang yang harus melakukan perjalanan bisnis mungkin lebih memilih maskapai tertentu. Alasannya, staf maskapai tersebut terlihat senang, fokus, dan efisien.
Dari sikap karyawan, kita bisa menduga bahwa maskapai tersebut memberikan apresiasi yang baik kepada karyawan. Apresiasi tersebut akhirnya berbuah citra yang baik bagi maskapai tersebut sebagai sebuah brand.
2. Wajah dari bisnis
Saat membangun bisnis atau memasarkan sebuah merek, kamu mungkin berkolaborasi dengan figur publik untuk dijadikan brand ambassador. Namun, pernahkah terlintas di benakmu bahwa karyawan sebetulnya adalah wajah paling jujur dari bisnis?
Bila retensi karyawan rendah dan masa kerja sangat singkat, bisnismu tidak akan terlihat ‘cantik’. Investor atau klien akan menganggap bisnis kurang memperhatikan kesejahteraan karyawan.
Beberapa dari kamu mungkin berpikir, tidak mungkin klien atau konsumen memedulikan hal tersebut. Jangan keliru, perlakuan kurang baik perusahaan terhadap karyawan berisiko menurunkan pendapatan bisnis.
Belum lama ini, sempat mencuat kasus tentang sebuah perusahaan produsen es krim yang disebut-sebut tidak memberikan tunjangan kesehatan yang layak. Lebih buruk lagi, tidak memberikan perlindungan atas kecelakaan kerja yang menimpa karyawan.
Begitu kabar tersebut menyeruak ke permukaan, cukup banyak konsumen yang mengajak untuk melakukan boikot terhadap merek tersebut. Tidak sedikit juga yang langsung berhenti membeli produknya.
3. Proses rekrutmen itu mahal
Apabila kamu berpendapat karyawan itu tergantikan dan kamu selalu bisa merekrut karyawan baru, berhentilah sejenak. Kemudian, coba renungkan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk melakukan proses rekrutmen.
Kamu mungkin perlu mengeluarkan biaya untuk memasang iklan lowongan kerja di situs pencari kerja. Kemungkinan lain, kamu mungkin harus membayar head hunter untuk menemukan staf yang tepat.
Selain memakan biaya, rekrutmen juga menghabiskan banyak waktu. Setelah proses perekrutan, karyawan baru mungkin masih harus melewati masa training yang berarti biaya serta waktu tambahan.
Belum lagi kalkulasi terkait cost opportunity sebab karyawan baru akan memasuki periode produktivitas rendah terlebih dahulu sebelum akhirnya menemukan ritme kerja yang tepat.
Jadi, menyediakan lingkungan kondusif dan apresiasi yang layak supaya masa kerja karyawan panjang masih lebih cost effective dibandingkan merekrut karyawan baru.
4. Turnover karyawan pun tidak ekonomis
Pertama, perputaran karyawan yang cepat itu mahal dari sisi sumber daya yang berharga. Hal tersebut juga akan memengaruhi karyawan lain dan klien.
Saat melihat rekan kerjanya banyak yang mengundurkan diri, karyawan lain akan mulai menganalisis lingkungan kerja dan mempertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan.
Sementara itu, ketika klien harus bertemu dengan staf baru terus-menerus dalam kurun waktu singkat, mereka akan kehilangan koneksi yang telah terbangun. Perlahan-lahan, klien juga akan bertanya-tanya, mengapa perusahaan tidak bisa menjaga retensi karyawan? Situasi ini dapat berdampak sangat merugikan dalam operasional bisnis harian.
5. Apresiasi karyawan berbanding lurus dengan profit
Bisnis yang memberikan gaji memuaskan, tunjangan memadai, waktu libur cukup, dan berbagai fasilitas lain berarti ada di jalur yang benar. Memberikan lebih dalam hal optimalisasi kesejahteraan karyawan tidak pernah salah.
Perusahaan tersebut berpeluang lebih besar untuk maju dibandingkan organisasi bisnis yang tidak memperhatikan karyawannya dengan baik. Perlu diingat, apresiasi juga bukan hanya seputar materi atau pemenuhan finansial semata, melainkan bagaimana perusahaan memandang serta memosisikan karyawannya.
Jadi, perspektif bisnis menganggap karyawan sebagai aset atau beban juga sangat krusial dalam menentukan bisnis akan maju atau tidak.
Kini, sudah banyak perusahaan yang berorientasi kepada karyawan. Jika bisnis milikmu belum memberikan perhatian dalam aspek tersebut, saatnya membuat perubahan dan jadikan bisnismu lebih maju dengan memahami bahwa karyawan merupakan aset.