Jenis-Jenis Kolaborasi yang Bisa Diterapkan Dalam Bisnis

Penulis Nisa Destiana
01 September 2021

article thumbnail


Kolaborasi dapat membantu bisnis mencapai tujuan yang lebih besar.

 

Ditekan oleh persaingan yang makin ketat, umur produk yang makin pendek, dan peningkatan risiko, kini banyak bisnis mulai melihat keuntungan dari kolaborasi. Dengan kata lain, perspektif tentang berkolaborasi sudah bergeser.

 

Karena itu, mekanisme serta jenis kerja sama pun turut berubah. Sekarang kamu mungkin lebih banyak menemukan kerja sama yang fokus pada program jangka panjang serta strategi bisnis bersama.

 

Sebelum memutuskan untuk berkolaborasi, kamu dapat melihat jenis-jenis kolaborasi yang bisa diterapkan dalam bisnis terlebih dahulu. Berikut ini penjelasannya.

 

1. Aliansi strategis

Jenis kerja sama paling mendasar dan umumnya bertahan lama dalam rangka menghasilkan inovasi adalah aliansi strategis. Jenis kerja sama ini menggabungkan sumber daya serta upaya dari dua bisnis atau lebih untuk mencapai tujuan strategis bersama.

 

Pada tahun 70 dan 80-an, beberapa perusahaan multinasional melakukan aliansi strategis. Di sektor IT, aliansi terjadi antara IBM, Apple, dan Microsoft. Sementara itu, aliansi juga sempat terjadi di sektor bioteknologi, melibatkan perusahaan-perusahaan mapan yaitu Roche, Genentech, serta Eli Lilly.

 

Meskipun perusahaan-perusahaan yang disebutkan sudah mapan, tetapi saat itu mereka menyadari bahwa mereka mengalami keterbatasan sumber daya secara internal.

 

Maka dari itu, perusahaan tersebut mulai melirik pihak eksternal untuk digandeng. Dengan begitu, ada tambahan resource dan effort sehingga perusahaan yang bersangkutan tetap bisa memenangkan kompetisi serta mencapai tujuan yang kompleks.

 

Lalu, apakah bisnis milikmu perlu melakukan aliansi strategis? Jika kamu ingin mencapai tujuan-tujuan, berikut ini ada beberapa strategi bisnis yang bisa menjadi pertimbanganmu.

  • Perlu mengompensasi kelemahan internal dan kesenjangan teknologi.

  • Ingin membangun lini produk atau portofolio baru.

  • Agar bisa memasuki market baru dengan sukses.

  • Untuk melayani konsumen dengan lebih baik.

  • Demi menekan biaya, risiko, dan waktu dalam pengembangan produk baru.

 

2. Portofolio

Berikutnya, portofolio termasuk jenis pengaturan kolaboratif yang masih banyak diterapkan sampai saat ini. Umumnya, setelah menerapkan aliansi, bisnis ingin mempertahankan keuntungan lebih lama. Sehubungan dengan itu, praktik portofolio mulai dikembangkan.

 

Jadi, portofolio berfokus pada menyerap best practice dan pengalaman dari kerja sama yang berjalan, lalu diterapkan di dalam bisnis secara internal. Istilah populer untuk menjelaskan bentuk kolaborasi yang satu ini adalah co-creation.


Berkolaborasi sebaiknya kamu tempuh bila bisa mengompensasi kekurangan serta menambah kekuatan bisnis.

 

3. Jaringan inovasi

Demi kebutuhan inovasi, kamu dapat menerapkan strategi jaringan inovasi atau innovation network. Jaringan di sini mencakup perusahaan atau berbagai bisnis yang berbagi tujuan riset dan pengembangan terkait dengan produk, layanan, proses, serta model bisnis.

 

Bisa dikatakan, struktur jaringan yang solid merupakan perkembangan alami dari aliansi dan portofolio. Kian hari, terutama saat ini, banyak perusahaan makin terhubung.

 

Itulah alasannya, dewasa ini kita lebih sering melihat sebuah network berkompetisi dengan jaringan bisnis lainnya. Seiring dengan terbukanya informasi, inovasi dalam bisnis pun sudah tidak hanya bergantung kepada bisnis yang berkolaborasi dalam jaringan, tetapi dipengaruhi oleh pihak luar, pemasok, bahkan konsumen.

 

Terlepas dari biaya koordinasi yang relatif tinggi, kerja sama dalam bentuk jaringan tetap dilakukan untuk mencapai tujuan berikut:

  • Mengembangkan teknologi perusahaan.

  • Meningkatkan kemampuan individu atau kelompok.

  • Mengamankan kesejahteraan perusahaan dalam jangka panjang.

 

4. Ekosistem

Terakhir, tetapi merupakan jenis kolaborasi yang paling canggih, adalah ekosistem. Jenis kerja sama yang satu ini dipercaya mampu meningkatkan kesejahteraan baik individu maupun kolektif.

 

Ekosistem umumnya mengedepankan tujuan jangka panjang, di mana seluruh pihak yang terlibat, termasuk konsumen, saling ketergantungan. Dalam ekosistem, nilai-nilai yang diterapkan biasanya ditentukan secara unik oleh para kolaborator.

 

Untuk menentukan sebuah kerja sama berbentuk ekosistem atau bukan, kamu dapat melihat dari karakteristiknya. Pertama, kemungkinan kamu tidak akan menemukan otoritas formal di dalam ekosistem.

 

Selanjutnya, ada ketergantungan kuat antara para kolaborator, ada serangkaian tujuan bersama, serta seperangkat pengetahuan dan keterampilan bersama.

 

Apakah bisnis milikmu perlu melakukan kolaborasi?

Seperti semua strategi bisnis, tidak seluruhnya sesuai untuk tiap-tiap bisnis. Kolaborasi pun bukan strategi yang wajib diterapkan dalam semua bisnis. Pertanyaan pentingnya, apakah bisnis perlu berkolaborasi?

 

Sebelum memutuskannya, kamu bisa menganalisis kebutuhan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini.

  • Apa tujuanmu?

  • Apa yang pelanggan butuhkan?

  • Bisakah kamu mencapai tujuan itu sendirian (secara entitas bisnis)?

  • Apakah bekerja sama dengan pihak lain akan mengompensasi kekurangan serta meningkatkan kekuatan perusahaan?

  • Apa yang akan terjadi bila kamu menjalankan perusahaan seperti cara yang sudah berjalan?

 

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi dasar keputusan strategi apa yang perlu kamu tempuh, termasuk apakah berkolaborasi merupakan langkah yang dibutuhkan atau tidak.

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo