Seperti yang sering dibicarakan oleh para ahli, baik ahli kesehatan maupun ekonomi, pandemi COVID-19 akan meninggalkan bekas mendalam. Dalam kata lain, setelah pandemi berlalu sekalipun, orang tidak akan otomatis kembali begitu saja pada cara-cara hidup sebelum era new normal.
Kita semua dihantui oleh perasaan takut kehilangan kesempatan mengaktualisasikan diri, kehilangan pekerjaan, hingga kehilangan nyawa. Ketakutan yang semula milik personal berubah menjadi ketakutan komunal. Hal ini perlu direspons dengan baik oleh para pemilik usaha dalam bentuk penyesuaian manajemen operasional.
Memulihkan bisnis dengan empat aturan baru
Apabila dilihat sepintas, kecemasan yang hadir di tengah masyarakat tampak seperti hal besar yang jauh dari keseharian. Namun, perubahan makro tersebut akan berdampak pada hal mendasar yaitu cara hidup. Bagi pemilik usaha, membicarakan cara hidup berarti membincang perilaku konsumen.
Karena itu, jika bisnis ingin kembali pulih pada masa new normal ini, perlu ada perubahan dalam manajemen operasional. Kini aktivitas bisnis harian perlu memperhatikan aturan-aturan berikut ini.
Hygiene menjadi prioritas
Virus COVID-19 diketahui sangat berkaitan erat dengan kebersihan. Maka dari itu, bisnis harus menjadikan hygiene sebagai prioritas. Dengan begitu, kamu memberikan jaminan keamanan, sebuah jawaban atas perasaan takut kehilangan nyawa akibat COVID-19.
Meskipun kita masih mendengar kabar sumbang tentang segelintir orang yang enggan menerapkan protokol kesehatan, tetapi survei membuktikan personal hygiene secara umum meningkat pesat. Dari sini, terlihat bahwa disiplin menerapkan protokol kesehatan merupakan kunci pulihnya bisnis dalam berbagai sektor.
Transformasi menjadi low touch
Kontak fisik merupakan hal mutlak yang perlu dihindari untuk menekan penyebaran virus COVID-19. Sebab itu, setiap bisnis yang operasionalnya melibatkan banyak kontak fisik perlu melakukan perubahan besar.
Sebagai contoh, sektor hospitality dan tourism perlu mengubah pengelolaan bisnisnya menjadi minim kontak. Transformasi ke platform digital bisa menjadi jawaban, baik bagi situasi saat ini maupun kelangsungan bisnis jangka panjang.
Minim kerumunan mesti diutamakan
Pada era new normal sudah jelas tidak memperbolehkan adanya kerumunan. Jadi, industri yang bergantung kepada crowd, seperti transportasi publik, bisnis pertunjukan, atau pertandingan olahraga, perlu melakukan penyesuaian.
Pengalaman virtual dapat menjadi penyelesaian pada masa transisi. Namun, hybrid model yang menggabungkan aktivitas fisik dan virtual perlu ditemukan sebagai solusi jangka panjang.
Beralih ke low mobility
Makin banyak mobilitas, makin besar risiko penyebaran virus COVID-19. Karena itu, masyarakat mengurangi pergerakan atau aktivitas di luar rumah. Sektor-sektor yang bergantung pada mobilitas masyarakat tentu terpukul. Sebut saja industri otomotif, penerbangan, pariwisata, hingga energi.
Bahkan, industri food and beverage pun turut terkena imbas karena konsumen sudah jarang melakukan dine-in. Sementara itu, peluang-peluang di ranah digital terbuka sangat lebar. Jadi, pelaku usaha perlu jeli menangkap dan mengoptimalkan peluang tersebut.
Mari kita berkaca pada Air Asia yang secara terbuka mengakui keterpurukan bisnisnya pada awal pandemi. Kini mereka melakukan pivot dengan menyediakan jasa pengantaran makanan secara digital. Hal serupa juga dilakukan oleh Airbnb yang menawarkan pengalaman perjalanan hiking virtual.
Dengan menimbang empat aturan di atas, adaptasi manajemen operasional seperti apa yang akan diterapkan oleh bisnismu?