Mengenal Kawasan Sentra Produksi yang Menghidupkan Ekonomi

Ditulis oleh Nisa Destiana

article thumbnail


  

Saat berkunjung ke daerah tertentu, kamu mungkin menemukan daerah yang disebut-sebut sebagai sentra produksi. Misalnya, ketika berkunjung ke Yogyakarta, kamu bisa menemukan sentra produk gerabah di Kasongan atau sentra produk gudeg di Wijilan dan Caturtunggal.

 

Sementara itu, di daerah lainnya kamu mungkin akan menemukan sentra-sentra produk yang terkait pertanian. Sebut saja salah satu sentra produk pertanian yang ada di Cianjur, tepatnya di desa Cijagang.

 

Namun, sebetulnya apa yang disebut dengan kawasan sentra produksi? Mari kenali lebih dalam!

 

Pengertian kawasan sentra produksi

Sesuai namanya, sentra produksi adalah unit kecil dari sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat proses produksi. Area tersebut biasanya cukup khusus untuk produksi suatu komoditas.

 

Tidak jarang, kegiatan ekonomi berjalan secara alami, ditunjang oleh sarana berupa keterampilan masyarakat sekitar ataupun bahan baku yang tersedia di daerah atau desa tersebut.

 

Selanjutnya, pengusaha mikro dan kecil akan berkumpul dan terus melakukan kegiatan produksi di kawasan tersebut, bahkan sampai bertahun-tahun. Tidak heran bila daerah-daerah tertentu sangat populer sebagai pusat produksi pangan, pertanian, ataupun kerajinan. 




Dampak sentra produksi bagi perekonomian setempat

Sebagai negara agraris dan kaya budaya, Indonesia mempunya banyak daerah yang kemudian menjadi pusat-pusat produksi komoditas tertentu.

 

Di beberapa daerah di Jawa Barat, kita bisa menemukan pusat-pusat produksi sayur atau buah. Salah satunya yang cukup populer adalah kebun-kebun stroberi. Hal serupa juga terjadi di Tabanan, Bali, yang merupakan kawasan pusat produksi sayur-sayuran.

 

Berikutnya, kita bisa menemukan pusat produksi kerajinan berbasis batu alam di Kalimantan. Kita juga dapat mendapati pusat produksi batik di Solo, Pekalongan, Yogyakarta, dan Cirebon.

 

Masih membincang soal kain bernilai tradisi, pusat produksi kain tenun bisa kita temukan di beberapa desa di Lombok. Sementara itu, menyusuri daerah Palembang, kita bisa berkunjung ke pusat produksi songket.

 

Selain sayur, buah, dan kerajinan, produk pangan jadi pun banyak yang lahir dari pusat-pusat produksi di daerah tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kamu bisa berkunjung ke sentra gudeg di Yogyakarta.

 

Ketika tengah di daerah Garut, kamu bisa menyambangi sentra kerupuk kulit. Bagaimana bila kamu penggemar emping? Berkunjunglah ke sentra emping Waringinkurung di Banten.

 

Daftarnya akan terus bertambah karena sentra produk pangan dan kerajinan di Indonesia memang sangatlah melimpah. Pertanyaan pentingnya, apa dampak pusat-pusat produksi tersebut bagi perekonomian setempat?

 

Mari kita coba ambil beberapa contoh kasus, misal Kampoeng Batik Laweyan, sebuah kawasan sentra pengembangan kerajinan batik di Solo. Kampung tradisional ini sudah terbentuk sejak sebelum 1500 M.

 

Sampai saat ini, pengusaha batik yang ada di kampung tersebut rata-rata menjalankan usaha yang sifatnya turun-temurun. Kebanyakan pengusaha batik di sana menjadikan rumahnya sebagai tempat produksi sekaligus showroom batik.

 

Sebagian besar tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi merupakan warga asli kelurahan Laweyan. Dari sini kita sudah melihat salah satu dampak utama dari keberadaan sebuah pusat produksi yaitu terciptanya lapangan pekerjaan untuk warga setempat.

 

Di samping itu, kawasan tersebut juga mendorong aktivitas perdagangan. Bahkan, menarik minat wisatawan. Jadi, kawasan ini tentu memberikan dampak yang positif bagi perekonomian warga setempat.

 

Menjaga UMKM, menjaga ekonomi

Hal serupa umumnya terjadi di pusat-pusat produksi lainnya. Kehadiran sentra produk tertentu menjadi geliat tersendiri bagi aktivitas ekonomi.

 

Meskipun begitu, tidak jarang para pengusaha di sentra produksi tersebut kesulitan untuk bersaing dengan pendatang baru yang penuh inovasi. Belum lagi hantaman pandemi yang pastinya memengaruhi kegiatan ekonomi di pusat produksi.

 

Sebagian pengusaha mikro, kecil, ataupun menengah di pusat produksi tersebut mungkin bisa beradaptasi. Misalnya, dengan memusatkan promosi dan kegiatan pemasaran di platform digital.

 

Akan tetapi, seperti yang sudah diketahui, hanya sekitar 11% saja pengusaha UMKM yang sudah go digital. Masih ada 89% usaha kecil yang mengandalkan transaksi langsung.

 

Situasi ini sebetulnya bisa menjadi sebuah peluang bila kamu ingin membuka bisnis. Alih-alih membuka bisnis dari awal, kamu bisa berperan sebagai jembatan antara produsen konvensional di pusat produksi dengan konsumen.

 

Bisnis yang berperan sebagai jembatan atau hub ini sudah ada di beberapa sektor. Timurasa merupakan salah satu bisnis yang ambil peran membuka akses pemasaran bagi para produsen pangan lokal. Mulai dari gula aren hingga biji kenari bisa diakses konsumen dengan mudah di situs resmi Timurasa.

 

Kolaborasi dengan produsen lokal juga dilakukan oleh Mendekor. Berbeda dengan Timurasa, Mendekor bergerak di bidang interior, mulai dari desain, produksi custom furniture, hingga menyediakan produk-produk dekorasi yang ready stock.

 

Poin pentingnya, produk-produk tersebut disuplai oleh pengrajin-pengrajin lokal dari berbagai sentra kerajinan perabot rumah tangga. Salah satu yang paling populer tentu dari Jepara.

 

Di luar pangan dan furnitur, masih ada produk lokal lain dari berbagai pusat produksi yang dapat kamu kembangkan. Berkolaborasi dengan para produsen lokal dari pusat produksi merupakan langkah sederhana menjaga UMKM. Menjaga UMKM berarti juga menjaga ekonomi.

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo