Riset Pasar, Kunci Bisnis Maju Ala Kopi Tuku

Penulis Nisa Destiana
27 January 2020

article thumbnail

Saat gerai pertama Kopi Tuku dibuka, 2015 lalu, cukup banyak orang yang bertanya-tanya apakah menguntungkan menjual kopi dengan harga Rp18.000? Apa harga itu tidak terlalu murah untuk kopi yang dibuat dengan mesin espresso dan diberi campuran susu? Bahkan Es Kopi Susu Tetangga yang sangat populer itu masih diberi tambahan brown sugar dan krimer.

Faktanya konsep es kopi susu banyak ditiru. Artinya pertanyaan di awal sudah bisa terjawab bukan?

Tapi apa sebenarnya yang mendorong Andanu Prasetyo, sang pemilik, untuk membuka bisnis kopi dengan konsep seperti itu? Lebih jauh lagi, apa yang membuatnya berhasil?

Seperti disampaikan Tyo, sapaan akrab Andanu Prasetyo, kepada passionmedia.co.id bahwa awalnya ia membangun bisnis kedai kopi ini dengan tujuan untuk mengembalikan kopi menjadi minuman fungsional. Bukan gaya hidup. Menurutnya, saat ini orang membeli kopi lebih karena alasan emosional, bukan karena mereka membutuhkannya. Akan tetapi kopi adalah komoditas. Berbicara komoditas kaitannya tentu saja dengan kuantitas, harus ada angka tertentu dari jumlah konsumsi kopi ini.

Tyo menganggap jumlah konsumsi kopi di Indonesia masih relatif rendah. Dan ia ingin meningkatkan jumlah konsumsi kopi tersebut. 

Sayangnya, jumlah konsumsi kopi tidak akan meningkat bila kualitas kopi tidak baik, atau sederhananya bila rasanya tidak enak. Kualitas yang baik pun tidak seketika menyelesaikan persoalan.

Dari riset pasar bisa diketahui meskipun rasa kopi sudah enak, konsumsi kopi tetap tidak meningkat bila harga kopi tersebut tidak terjangkau. Jika demikian, bagaimana mungkin bisa menciptakan penjualan rutin?

Tyo pun melakukan riset lebih mendalam. Ia menghitung upah minum dan gaya hidup, hingga diperoleh angka yang menurutnya ideal untuk harga satu cangkir kopi, yaitu Rp18.000.

Tidak berhenti di sana, demi mendalami kemampuan pasar menyerap produk dan meningkatkan jumlah konsumsi kopi, pemilik Kopi Tuku ini membuat produk dengan variasi harga Rp5.000, Rp9.000, Rp25.000, hingga Rp35.000. Untuk kopi yang dibanderol dengan harga Rp5.000, dijual dalam coolbox dan disimpan di area parkir. Pasarnya adalah para pengemudi dan petugas parkir.

Hal itu adalah bagian dari eksperimen dengan segmen pasar. Hingga Kopi Tuku hadir untuk mengisi gap antara kopi instan dengan kopi specialty. Berada di antara kopi dengan harga Rp3.000 - Rp5.000 hingga kopi dengan harga lebih dari Rp30.000.

Riset pasar yang dilakukan tentu saja tidak selesai pada segmen dan harga, tetapi juga rasa. Kopi tuku berusaha berdiri di posisi antara kopi yang manis dan kopi tanpa gula.

Sebagai pendiri, Tyo menyadari bahwa selera orang sangat beragam. Ada orang yang terbiasa minum kopi di kedai Tak Kie, salah satu kedai kopi legendaris di daerah Glodok, ada juga yang terbiasa minum kopi tubruk. Belum lagi, orang-orang yang baru kembali dari Amerika atau Australia misalnya, dengan budaya minum kopi yang berbeda pula. Lalu, kopi seperti apa yang harus disajikan untuk konsumen?

Maka, ia ingin berusaha membuat jalan tengah.

Berangkat dari pengamatan akan selera orang Indonesia yang begitu gandrung terhadap MSG, gorengan, makanan pedas, sangat jelas sekali masyarakat kita bukan tipe yang akan mencari notes eksotik dalam suatu sajian makanan atau minuman. Hal itu yang membuat Tyo melihat bahwa orang Indonesia akan suka diberikan sesuatu dengan rasa yang kuat, notes unik mungkin fase selanjutnya.

Resep Es Kopi Susu Tetangga sendiri sesungguhnya ditemukan Tyo sambil berjalan, berdasarkan permintaan konsumen. Saat mereka memesan minuman panas, kadang mereka ingin minuman tersebut disediakan versi dingin, saat minuman disajikan dengan es, konsumen ternyata menjadi kurang suka karena kopi jadi terasa terlalu encer.

Di situlah mulai terpikir untuk menyajikan kopi yang kental dan intense. Maka, ia menambahkan krimer dan memodifikasi takaran gula, serta metode ekstraksi.

Biji kopi yang digunakan bisa apa saja: Lintong, Aceh, Garut, asal memenuhi standar yang dipakai oleh Kopi Tuku. Yang pasti harus 100% kopi arabika yang di-roasting medium dark dengan ada rasa coklat, karamel, dan keasaman rendah. Sebab dari riset yang sudah dilakukan, itulah yang konsumen inginkan.

Konon biji kopi yang digunakan tidak harus specialty, sebab pada akhirnya akan ditambah gula. Di samping untuk menjaga agar kopi tetap bisa dijual dengan harga relatif rendah.

Setelah empat tahun berdiri, akhirnya Kopi Tuku mencapai penjualan sekitar 1000 cup per hari. Riset dan memahami budaya konsumsi orang Indonesia memainkan peran penting, menurut Tyo.

Riset yang mendalam membuat suatu bisnis mampu menyajikan produk yang benar-benar diinginkan konsumen. Tak hanya tentang produk, riset juga bisa kamu lakukan yang berhubungan dengan bagaimana kamu akan menjalankan bisnismu. Misalnya, jika kamu mau membangun bisnis restoran, mungkin kamu perlu melakukan riset seberapa krusial penggunaan aplikasi kasir restoran untuk bisnismu. Jika sudah demikian, penjualan dan omzet pasti turut serta berkembang sebab sudah ada pasar yang siap “menangkap” produkmu.  

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo