Socialpreneur, Pendekatan Baru dalam Dunia Wirausaha

Ditulis oleh Nisa Destiana

article thumbnail



Di tengah situasi di mana bisnis dianggap sebagai entitas yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, banyak pemilik usaha yang berupaya mengubah stigma tersebut. Karena itu, wirausaha atau bisnis mulai diselaraskan dengan berbagi kembali dengan masyarakat.

 

Tren ini dikenal dengan istilah socialpreneur. Sebuah pendekatan yang menyadarkan banyak pihak bahwa bisnis tidak selalu tentang profit. Pemilik usaha atau leader dalam organisasi bisnis menetapkan kompas moral bagi karyawan, pada saat yang bersamaan konsumen pun melihatnya.


Mengenal lebih dalam tentang socialpreneur

Jika kamu memiliki bisnis, kapan sebetulnya kamu bisa disebut sebagai seorang socialpreneur? Atau siapa sebenarnya socialpreneur itu?

 

Kita dapat membedah socialpreneur berdasarkan definisi kata penyusunnya yaitu social dan entrepreneurship. Menilik makna kedua kata tersebut, socialpreneur dapat diartikan sebagai kegiatan wirausaha yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah sosial.

 

Jadi, socialpreneur berangkat dari kepekaan memperhatikan lingkungan sekitar. Seorang socialpreneur mampu menangkap kebutuhan masyarakat dan mencari cara untuk memenuhinya sambil tetap menghasilkan profit.

 

Masalah sosial adalah isu di tengah masyarakat yang menjadikan masyarakat sulit mencapai potensi optimalnya. Beberapa persoalan tersebut, antara lain kemiskinan, pengangguran, peluang yang tidak merata, sampai malnutrisi.

 

Menjadikan masyarakat sebagai rekan kerja

Socialpreneur sering dianggap suatu model bisnis yang menjadikan masyarakat sebagai objek. Padahal, di dalam socialpreneur, masyarakat justru berada dalam posisi sebagai rekan kerja.

 

Pemilik usaha membina masyarakat dan terikat dengan komitmen berupa social engagement. Konsep social engagement tersebut yang akan menentukan jalannya sistem bisnis sosial tersebut.

 

Supaya bisnis terus berjalan, tentu bisnis tersebut harus menghasilkan profit. Namun, nilai ekonomi bukanlah fokus utama dalam model bisnis socialpreneur. Pemilik usaha memusatkan perhatian kepada nilai sosial.



Pentingnya socialpreneur sebagai pendekatan wirausaha

Seperti yang telah diketahui, pola pikir seorang socialpreneur berbeda dari kebanyakan pemilik usaha atau pimpinan perusahaan. Fokus bisnis dalam benak seorang socialpreneur terbagi antara membantu masyarakat dan menghasilkan profit.

 

Nah, menjadi seorang socialpreneur memberikan ruang bagi kamu untuk memperjuangkan isu-isu yang menurutmu penting. Biasanya, para pelaku socialpreneur memang memahami permasalahan sosial dan mampu menemukan solusinya melalui strategi kewirausahaan.

 

Selain penting bagi pemilik usaha dalam hal berkesempatan memperjuangkan isu yang menjadi perhatian, model bisnis ini jelas bermanfaat bagi masyarakat. Kebanyakan konsep kewirausahaan sosial ini mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

 

Melalui konsep socialpreneur, banyak lapangan pekerjaan terbuka dan iklim ketenagakerjaan yang kondusif terbentuk. Dalam jangka panjang, hal ini akan memperbaiki masalah kesejahteraan, pendidikan, lingkungan, dan pastinya ekonomi.

 

Sementara itu, menjadi bisnis yang bergerak menyelesaikan permasalahan sosial juga mendatangkan publisitas bagi bisnis. Konsumen akan melihat bahwa bisnis milikmu memiliki kepedulian kepada masyarakat.

 

Banyak orang bisa memberikan donasi dengan mudah, tetapi menjalankan entitas bisnis yang mengusung filantropi merupakan kasus berbeda. Wajar saja bila konsumen lebih kagum dan bersedia mendukung bisnismu.

 

Secara tidak langsung, menjadi pelanggan setiap bisnismu membuat konsumen ambil peran dalam sesuatu yang lebih besar daripada sekadar keuntungan bisnis.

 

Cara menjadi socialpreneur

Menjadi socialpreneur mungkin mudah dikatakan, tetapi pelaksanaannya bisa sangat menantang. Menemukan isu yang ingin kamu perjuangkan mungkin merupakan bagian paling mudah dari serangkaian proses panjang kewirausahaan sosial ini.

 

Berikutnya, kamu akan mulai menemui tantangan tentang bagaimana mengintegrasikan isu tersebut ke dalam sebuah model bisnis. Belum lagi, tantangan eksternal yang berpotensi muncul.

 

Misalnya, tantangan dari mitra kerja atau pasar. Sering kali tidak mudah menjaga kontinuitas model bisnis sosial karena masyarakat Indonesia sendiri memang belum terlalu tertarik dengan dunia bisnis.

 

Mayoritas masyarakat masih menganggap profesi ideal adalah bekerja sebagai karyawan. Karena itu, menjadi pemilik usaha dan mengajak masyarakat bermitra membangun bisnis tidaklah mudah.


Meskipun begitu, langkah-langkah di bawah ini bisa kamu terapkan jika ingin merintis bisnis sosial.

 

1. Kenali isu yang ingin kamu perjuangkan

Sesuai pembahasan di awal artikel, seorang socialpreneur idealnya memandang persoalan sosial sebagai fokus utama. Artinya, kamu perlu tahu isu apa yang kamu anggap penting untuk diperjuangkan?

 

Bahkan, kamu juga perlu memahami makna filantropi bagi dirimu sendiri. Sebab di tengah berbagai persoalan sosial yang ada, tidak mungkin semuanya bisa kamu selesaikan.

 

Dengan definisi filantropi yang jelas dan fokus yang jelas, kamu akan lebih mudah menyusun bisnis sosial. Contohnya, bagi kamu filantropi mungkin berarti meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian, kamu dapat merunut isu-isu seputar peningkatan kualitas hidup masyarakat yang mungkin dapat kamu selesaikan.  

 

2. Berpikirlah layaknya investor saat menyelesaikan masalah sosial

Setelah menemukan isu yang ingin kamu selesaikan, lihatlah isu tersebut dari sudut pandang seorang investor. Setiap investor tentu ingin investasinya kembali dan menguntungkan.

 

Sebab itu, kamu akan menilik persoalan tersebut dan mencari cara untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan. Inisiatif yang dilakukan Andien Aisyah dapat menjadi inspirasi.  Selain populer sebagai seorang penyanyi, Andien juga banyak menaruh perhatian pada isu lingkungan dan sosial.

 

Kita tahu, sampah merupakan persoalan serius yang akan mengganggu ekosistem manusia jika terus dibiarkan, termasuk masalah sampah fesyen. Di sisi lain, seiring dengan bertumbuhnya industri fesyen, banyak penjahit mulai kehilangan pelanggan karena orang sudah lebih memilih membeli produk jadi.

 

Melalui Setali Indonesia, Andien mencoba berkontribusi menyelesaikan persoalan tersebut. Setali menerima pakaian bekas untuk dilakukan proses upcycle oleh para penjahit yang mulai kehilangan pelanggan. Pakaian hasil upcycle tersebut dijual kembali sehingga usia pakaian pun lebih panjang dan tidak segera menjadi limbah.

 

Meskipun tidak mudah, semoga kita bisa mengambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada. 

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
whatsapp logo