Inferior goods atau barang inferior adalah jenis barang yang permintaannya cenderung menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat atau konsumen.
Dengan kata lain, permintaan jenis barang ini berbanding terbalik dengan pendapatan konsumen. Itulah alasan jenis barang inferior disebut memiliki level elastisitas pendapatan kurang dari nol.
Mau tahu lebih lanjut tentang inferior goods? Pastikan kamu baca artikel ini sampai selesai, ya!
Pengertian Barang Inferior
Sebagian dari kamu mungkin masih bertanya, apa yang dimaksud dengan barang inferior? Seperti telah disebutkan sebelumnya, barang inferior adalah komoditas yang demand atau permintaannya akan menurun secara signifikan ketika pendapatan konsumen sedang meningkat.
Sepintas hal tersebut terdengar aneh, ya? Bukankah seharusnya transaksi atau aktivitas belanja meningkat jika daya beli masyarakat meningkat? Memang benar! Namun, situasi tersebut tidak berlaku untuk semua barang.
Kadang konsumen justru mengganti barang pilihannya dengan opsi lain seiring dengan naiknya pendapatan, misalnya dengan opsi yang lebih mahal.
Situasi tersebut juga menunjukkan bahwa inferior goods merupakan barang-barang dengan kualitas minimal dan/atau harga ekonomis. Jadi, barang-barang tersebut terasa sebagai pilihan terbaik saat konsumen mempunyai pendapatan terbatas.
Salah satu contoh yang mungkin terasa familier hampir bagi semua orang ialah sandal jepit. Sandal jepit dengan harga ekonomis kerap menjadi pilihan utama konsumen yang memiliki pendapatan terbatas atau rendah.
Akan tetapi, saat pendapatannya meningkat, konsumen mengganti pilihan sandalnya dengan jenis sandal lain dengan harga serta kualitas yang lebih baik. Kalaupun konsumen tetap menggunakan sandal jepit, mungkin konsumen akan berganti merek ke brand sandal jepit tertentu yang dirasa lebih prestise.
Baca juga: Pentingnya Menjaga Kualitas Produk bagi Bisnis
Elastisitas Barang Inferior
Perlu diketahui, barang yang tergolong inferior goods di sebuah negara belum tentu masuk kelompok inferior di negara lain. Sebut saja roti, yang merupakan contoh barang inferior di negara X, tetapi di negara lain roti termasuk barang normal.
Karena itu, kamu perlu mengenali cirinya. Ciri barang inferior yang utama adalah memiliki angka elastisitas pendapatan kurang dari 0 (nol).
Tingkat elastisitas pendapatan adalah besaran jumlah permintaan sebagai respons terhadap perubahan pendapatan. Adapun untuk mengetahui angkanya, kamu bisa menggunakan rumus di bawah ini.
Elastisitas Pendapatan = % Perubahan kuantitas permintaan : % Perubahan Pendapatan
Nah, elastisitas pendapatan atau income elasticity dapat kita manfaatkan untuk mengategorikan suatu barang termasuk inferior, normal, atau superior. Mari kita kenali karakteristik setiap jenis barang tersebut!
Barang Normal
Komoditas normal atau lebih lazim disebut barang normal adalah barang yang permintaannya ikut meningkat seiring dengan peningkatan kondisi finansial konsumen.
Melihat pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa barang normal merupakan kebalikan dari barang inferior. Karena itu, tingkat elastisitas jenis barang ini positif. Jadi, bila kamu hitung nila IE-nya akan lebih besar dari 0 (nol).
Berhubung permintaan barang normal akan meningkat saat pendapatan konsumen meningkat, demand untuk barang ini juga cenderung menurun bila pendapatan konsumen mengalami penurunan.
Saat tingkat pendapatan sedang meningkat, maka kuantitas permintaan pun akan meningkat. Namun, saat tingkat pendapatan sedang menurun, maka jumlah permintaan mereka akan meningkat pula.
Umumnya, barang yang termasuk ke dalam barang normal merupakan barang-barang yang sifatnya kebutuhan. Barang kebutuhan mempunyai tingkat elastisitas pendapatan yang lebih dari nol, tetapi kurang dari satu atau dalam bahasa matematika ialah 0<IE<1.
Artinya, permintaan barang ini tidak elastis bila dikaitkan dengan pendapatan. Apabila pendapatan konsumen meningkat sebanyak 5%, jumlah permintaan barang normal akan lebih kecil dari 5%, tetapi nilainya tetap tidak negatif.
Mohon dicatat, istilah normal tidak merujuk pada kualitas barang, tetapi menggambarkan hubungan antara permintaan barang dan pendapatan konsumen.
Barang Superior
Selanjutnya, ada jenis barang yang disebut barang superior. Apa itu barang superior dan contohnya? Barang superior adalah barang yang permintaannya hanya meningkat jika pendapatan konsumen meningkat, contohnya barang-barang mewah.
Ada yang menyebut barang superior masih termasuk ke dalam barang normal sebab memiliki IE positif. Berdasarkan pendapat ini, barang normal dibagi menjadi irisan barang yang lebih kecil lagi, yakni barang kebutuhan dan barang mewah.
Kalau kita terjemahkan ke dalam perhitungan IE, elastisitas pendapatan untuk permintaan barang mewah atau superior ditandai dengan IE yang lebih besar dari 1 (IE>1). Maka dari itu, jika pendapatan konsumen meningkat sebesar 5%, permintaan barang ini akan meningkat lebih dari 5%.
Baca juga: Pengertian, Contoh, dan Ciri-ciri Kurva Permintaan
Barang Inferior
Berbeda dengan kedua jenis barang sebelumnya, tingkat elastisitas pendapatan untuk barang inferior bernilai negatif atau IE<0.
Adanya peningkatan pendapatan konsumen justru mengurangi permintaan jenis barang ini. Di sisi lain, penurunan pendapatan mendorong terciptanya permintaan yang lebih tinggi untuk kategori inferior goods.
Tak hanya itu, beberapa produk inferior memang benar-benar elastis. Jadi, ketika pendapatan konsumen meningkat sampai 5%, permintaan untuk barang-barang tersebut turun lebih dari 5%.
Meski begitu, ada juga produk-produk inferior yang tidak terlalu elastis. Karakter ini tergambar dari penurunan permintaan barang tetap kurang dari 5%, walaupun pendapatan konsumen meningkat sebesar 5%.
Terlepas dari adanya fenomena di atas, para ahli ekonomi tidak membedakan inferior goods berdasarkan tingkat elastisitas pendapatannya.
Contoh Barang Inferior
Barang normal mungkin terasa familier bagi semua orang. Sementara itu, barang mewah atau superior lebih segmented sebab hanya dekat dengan target pasar masyarakat dengan tingkat ekonomi atas.
Kebalikan dari barang superior, contoh barang inferior justru dapat kita lihat pada masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Apa saja contoh barang inferior tersebut? Beberapa contoh barang inferior, antara lain mobil bekas, barang imitasi, transportasi publik, kopi saset, mi instan, dan lain-lain.
Agar kamu bisa memahami konsep inferior goods dengan lebih baik, mari kita pelajari karakteristik contoh barang inferior tersebut satu per satu.
Mobil Bekas
Seperti telah disebutkan sebelumnya, produk inferior bisa kita temukan dengan mudah pada masyarakat yang pendapatannya terbatas. Saat penghasilannya meningkat, mereka akan cenderung memilih barang dengan kualitas yang lebih tinggi.
Contoh yang pertama adalah mobil bekas. Mobil bekas banyak dipilih oleh konsumen yang tingkat pendapatannya relatif terbatas. Jika pendapatan mereka memadai, kelompok konsumen ini sebetulnya lebih memilih mobil baru yang dianggap lebih berkualitas.
Dalam perspektif konsumen dengan pendapatan terbatas ini, mobil bekas dianggap memiliki kualitas yang rendah. Maka dari itu, saat pendapatan konsumen meningkat, permintaan mereka untuk mobil bekas pun akan menurun.
Barang Imitasi
Bukan rahasia lagi, di pasaran terdapat berbagai barang imitasi, mulai dari tas, sepatu, hingga perhiasan imitasi. Barang imitasi tersebut tetap laris manis di pasaran. Padahal, konsumen tahu barang tersebut bukanlah barang asli.
Mengapa demikian? Jawabannya karena konsumen yang menjadi target pasar barang imitasi tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang yang asli.
Namun, ketika penghasilan konsumen bertambah berkat adanya peningkatan gaji atau faktor lain, tentu konsumen akan meninggalkan barang-barang ini dan membeli barang yang asli.
Transportasi Publik
Contoh barang inferior lainnya ialah transportasi publik. Karena keterbatasan penghasilan, masyarakat mungkin memilih bus atau angkutan kota untuk berangkat dan pulang kerja.
Lalu, bersamaan dengan meningkatnya penghasilan, pilihan-pilihan tersebut cenderung berubah. Sebut saja dari menggunakan angkutan kota, konsumen akhirnya beralih ke taksi yang dianggap lebih nyaman.
Kemudian, seiring dengan perbaikan kondisi finansial, sebagian besar masyarakat akan memilih membeli kendaraan pribadi, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
Makanan Ekonomis
Makanan-makanan dengan harga ekonomis merupakan contoh inferior goods yang mungkin akrab dalam kehidupan banyak orang. Contoh makanan ekonomis yang kerap dipilih saat penghasilan terbatas, misalnya kopi saset dan mi instan.
Kedua jenis makanan tersebut sering kali ditinggalkan saat pendapatan konsumen membaik. Kopi saset akan digantikan oleh kopi dari coffee chain ternama asal luar negeri.
Mi instan mungkin tak lagi jadi santapan harian bila konsumen sudah memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Konsumen yang peduli dengan kesehatan mungkin beralih ke opsi-opsi makanan yang lebih sehat dengan harga lebih tinggi.
Sementara itu, konsumen yang menginginkan kesan prestise mungkin lebih memilih membeli makanan dari restoran-restoran populer. Intinya, saat pendapatan masyarakat meningkat, mereka akan memilih makanan yang lebih bergizi, menarik, atau mahal.
Baca juga: Belajar Menghitung Harga Pokok Produksi dengan Benar
Pengaruh Penurunan Harga terhadap Barang Inferior
Seperti barang pada umumnya, permintaan produk inferior juga dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk memahami pengaruh perubahan harga terhadap permintaan produk inferior, kamu perlu mengingat efek harga di dalam konsep ekonomi.
Seperti yang sudah diketahui, efek harga terdiri dari efek substitusi dan efek pendapatan.
Efek Substitusi
Efek substitusi menghubungkan harga relatif dari dua barang yang di dalamnya saling terkait dan bersifat negatif. Jadi, permintaan akan selalu berlawanan dengan perubahan harga di pasar.
Dengan kata lain, jika harga barang sedang naik, permintaan atas barang tersebut akan turun. Konsumen akan beralih pada produk alternatif dengan harga yang dianggap lebih terjangkau..
Sebaliknya, saat harga produk sedang menurun, maka permintaannya akan meningkat. Konsumen akan beralih kembali dari produk pengganti. Dalam kasus ini, kita berasumsi bahwa harga barang pengganti tidak mengalami perubahan.
Efek Pendapatan
Efek pendapatan menjelaskan dampak perubahan harga pada pendapatan riil konsumen. Bila harga produk sedang turun, pendapatan konsumen secara riil akan meningkat. Konsumen dapat membeli lebih banyak barang dengan nominal uang yang sama.
Di sisi lain, jika harga barang sedang naik, pendapatan riil menjadi turun. Nominal uang yang sama hanya bisa digunakan untuk membeli lebih sedikit barang.
Efek Harga pada Barang Normal
Seperti telah dibahas sebelumnya, peningkatan pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan barang normal. Karena itu, barang normal memiliki korelasi positif dengan pendapatan.
Bila harga barang turun, pendapatan riil konsumen akan meningkat. Dengan demikian, harga yang lebih rendah akan meningkatkan permintaan barang normal.
Efek Harga pada Barang Inferior
Efek pendapatan dan substitusi juga berlaku pada produk inferior dalam arah yang berlawanan. Saat harga barang inferior sedang turun, maka efek pendapatan pada produk inferior pun menjadi negatif.
Turunnya harga produk tersebut akan meningkatkan pendapatan riil konsumen sehingga tingkat permintaan konsumen justru berkurang. Berhubung efeknya negatif, saat harga produk inferior sedang menurun, demand-nya pun akan menurun karena konsumen mencari alternatif lain.
Meskipun begitu, permintaan produk inferior masih mungkin positif ketika harganya jatuh. Akan tetapi, produk ini menjadi kurang elastis daripada sebelumnya.
Efek pendapatan akan mengurangi kuantitas barang yang diminta. Sementara itu, efek substitusi akan meningkatkan jumlah permintaan barang.
Pada akhirnya, penurunan harga masih bisa meningkatkan kuantitas permintaan produk inferior karena efek substitusinya yang lebih besar dibandingkan dengan efek pendapatan.
Akan tetapi, karena efek pendapatan negatif mampu mengimbangi sebagian efek substitusi positif dari penurunan harga, peningkatan permintaannya pun akan relatif lebih kecil.
Kesimpulan
Bukan rahasia lagi, kegiatan ekonomi pasti berputar mengikuti hukum supply dan demand. Namun, komoditas ekonomi terbagi ke dalam beberapa jenis yang setiap jenisnya memengaruhi permintaan pasar, salah satunya jenis barang inferior.
Sampai sini, kamu tentu sudah mengetahui, apakah yang dimaksud barang inferior? Barang inferior adalah komoditas atau barang yang permintaannya justru menurun saat pendapatan konsumen meningkat.
Karena itu, produk-produk inferior sering kali dikategorikan sebagai produk dengan kualitas minimal dan harga ekonomis. Jenis produk yang menjadi andalan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Produk-produk ini umumnya dipilih ketika masyarakat atau konsumen memiliki penghasilan yang terbatas. Jika dituliskan dalam bahasa matematika, barang inferior adalah jenis barang yang mempunyai elastisitas pendapatan kurang dari nol atau IE<0.
Maka dari itu, peningkatan atau perbaikan kondisi finansial konsumen justru berdampak pada menurunnya demand dari produk-produk inferior.
Sebagai contoh, saat kondisi ekonomi sedang membaik dan pendapatan masyarakat meningkat, lapangan pekerjaan serta upah juga akan meningkat. Dalam kondisi ini, maka belanja rumah tangga akan mengurangi permintaan pada barang inferior. Konsumen cenderung menggantinya dengan barang yang memiliki kualitas lebih tinggi dan harga lebih mahal
Namun, saat kondisi ekonomi sedang mengalami penurunan, permintaan produk inferior akan meningkat. Perburukan ekonomi akan memperburuk pendapatan rumah tangga masyarakat, maka belanja rumah tangga cenderung sebatas pada barang inferior.
Apa saja contoh barang inferior? Di sekitar kita cukup banyak contohnya, seperti mobil bekas, transportasi publik, serta makanan dengan harga ekonomis, misalnya kopi saset. Perlahan-lahan, opsi-opsi tersebut akan ditinggalkan konsumen saat pendapatannya meningkat.
Apakah bisnismu menjual satu di antara berbagai contoh produk inferiori? Jika jawabannya adalah iya, kamu perlu cermat dalam mengelola stok barang karena permintaannya sangat mungkin fluktuatif.
Untuk memastikan pengelolaan stok yang baik, gunakanlah aplikasi point of sale (POS) yang sudah dilengkapi dengan fitur pengelolaan inventory seperti majoo.
majoo adalah aplikasi POS lengkap yang siap membantu para pemilik usaha, terutama pemilik UMKM, mengelola bisnisnya dengan lebih mudah. Berbekal fitur lengkap, mulai dari aplikasi kasir online hingga aplikasi inventory, majoo siap mengajak kamu untuk bergerak maju.
Dengan aplikasi inventory, kamu bisa mengelola stok secara akurat. Tunggu apa lagi? Yuk, pakai majoo sekarang!