Kamu memiliki bisnis jualan dan masih bingung cara menghitung keuntungan jualan barangmu? Rasanya kamu sudah menjual barang dengan harga lebih tinggi dari harga beli atau harga produksi, tetapi, kok masih nombok?
Ya, cara menghitung untung rugi jualan memang mudah, asal kamu tahu komponen apa saja yang harus kamu hitung. Nah, artikel ini akan membantu kamu memahami cara dan contoh menghitung untung jualan!
Komponen Penting Cara Menghitung Keuntungan Jualan
Sebelum kamu melihat beberapa contoh menghitung untung jualan, kamu perlu memahami komponen-komponen pentingnya. Apa saja, sih, komponennya?
1. Harga Pokok
Harga Pokok, yang kadang juga disebut Harga Pokok Penjualan, adalah harga yang harus kamu bayarkan per produk sampai produk tersebut siap dijual.
Sebagai contoh, kamu adalah reseller produk A. Kamu membeli sejumlah produk A, misalnya 100 unit, dengan harga per produk Rp20.000,-. Ongkos kirim 100 unit produk tersebut dari pabrik ke gudangmu adalah Rp500.000,-. Biaya angkut dari gudang ke tokomu adalah Rp100.000,-.
Artinya, untuk mendatangkan 100 produk A ke tokomu agar siap dijual, kamu sudah mengeluarkan Rp2.600.000,-. Dengan demikian, harga pokok produk A bukan lagi 20.000 rupiah, melainkan Rp26.000,-.
Contoh lain, kamu menjual barang produksimu sendiri. Dalam satu minggu, kamu bisa memproduksi 250 unit barang. Biaya yang kamu keluarkan untuk membeli bahan baku per minggunya Rp2.000.000,-. Untuk memproduksi barang ini, kamu mempekerjakan 5 orang staf produksi, dengan gaji per orang per minggu Rp500.000,-. Kemudian, barang itu kamu pak dengan kemasan yang biayanya Rp2.000 per pak.
Berapakah harga pokok barang produksimu? Kamu bisa jumlahkan harga bahan baku Rp2.000.000,- dengan gaji staf produksi Rp2.500.000, dan biaya kemasan 250 x Rp2.000. Totalnya adalah Rp5.000.000,- untuk 250 unit, atau Rp20.000 per unit.
2. Harga Jual
Menentukan harga jual tidak semudah melipat dua atau tiga harga pokok. Kamu harus menentukan besarnya komponen berikut ini:
Beban Operasional
Yang dimaksud dengan beban operasional adalah biaya-biaya yang harus kamu bayarkan agar bisnismu terus berjalan, misalnya biaya sewa toko, gaji staf toko, listrik, air, internet, dan sebagainya.
Wah, jadinya besar banget, dong? Tunggu dulu.
Misalnya kamu menyewa toko dengan biaya Rp1 juta per bulan, menggaji staf sebesar Rp5 juta per bulan, dengan biaya internet, listrik, dan air sebesar Rp500.000 per bulan.
Kamu harus memasukkan beban ini, sejumlah Rp6.500.000 sebagai komponen dalam harga penjualan. Tentu saja tidak kamu masukkan semuanya ke dalam harga per barang, ya.
Cari tahu dulu rata-rata penjualan barang di tokomu. Misalnya kamu menjual 3 jenis produk, dengan rata-rata penjualan masing-masingnya 200 unit produk A, 300 unit produk B, dan 100 unit produk C.
Kamu bisa membagi jumlah beban operasional itu dengan rata-rata penjualan, baik secara pukul rata (Rp6.500.000 : 600 unit) atau secara proporsional.
Beban Non Operasional
Beban non-operasional adalah biaya-biaya yang harus dibayarkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan operasional usaha. Misalnya kalau kamu mau menyiapkan dana untuk pengembangan usaha di masa mendatang.
Tentu saja, bisnismu tidak hanya menjual tiga jenis produk saja, kan? Kebanyakan pebisnis pun biasanya menghitung harga jual barang ini dengan mengalokasikan persentase tertentu. Misalnya, barang dengan harga pokok Rp20.000 dijual dengan harga Rp40.000. Dari selisih itu, Rp20.000, misalnya 25% (Rp5.000) dialokasikan untuk beban operasional dan 15% (Rp3.000) untuk biaya non operasional.
Baca Juga: Begini Cara Menghitung Modal dan Keuntungan Yang Benar
Cara Menghitung Keuntungan Jualan yang Benar
Langkah pertama yang harus kamu lakukan untuk menghitung keuntungan jualan yang benar adalah memahami betul karakteristik barang daganganmu, khususnya yang berkaitan dengan turn over-nya.
Yang dimaksud turn over di sini adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan barang tersebut sejak mulai dipajang sampai habis terjual.
Untuk barang yang cepat terjualnya, atau memiliki masa pajang yang pendek, kamu bisa menggenjot penjualan dengan menentukan harga jual yang tidak terlalu tinggi. Contohnya seperti barang dagangan berupa makanan, atau produk fashion yang sedang tren.
Lain halnya dengan produk yang berumur pajang yang lama, kamu bisa menentukan harga jual yang lebih tinggi.
Cara Menghitung Keuntungan Jualan per Produk
Kamu bisa menghitung keuntungan jualan per produk yang kamu jual. Keuntungan atau laba yang kamu peroleh bisa dihitung dengan dua rumus ini:
Rumus 1: Laba Kotor = Harga Jual - Harga Pokok
Rumus 2: Laba Bersih = Laba Kotor - (% Beban Operasional + % Beban Non Operasional)
Misalnya kamu menjual produk A, dengan harga jual Rp50.000,- per unit, sementara harga pokok per unitnya Rp20.000,-. Kamu menentukan 20% untuk beban operasional, dan 10% untuk beban non operasional.
Dengan demikian, perhitungan laba kotornya adalah:
Laba Kotor = Harga Jual - Harga Pokok
= Rp50.000 - Rp20.000
= Rp30.000
Sementara, laba bersihnya adalah:
Laba Bersih = Laba Kotor - (% Beban Operasional + % Beban Non Operasional)
= Rp30.000 - ( Rp6.000 + Rp3.000)
= Rp30.000 - Rp9.000
= Rp21.000
Baca Juga: Cara Menentukan Harga Jual Produk Yang Tepat Bagi Penjual
Cara Menghitung Keuntungan Jualan per Batch
Ada kalanya, kamu perlu menghitung keuntungan jualan tidak per produk, tetapi per batch. Ini biasanya untuk barang-barang yang cepat laku.
Sebagai contoh, kamu menjual 1 kodi (20 item) busana muslim dengan desain tertentu. Harga pokok untuk kedua puluh item busana itu adalah Rp1.500.000. Karena produk ini sedang tren, kamu menjual per itemnya Rp200.000. 15 item terjual dengan harga Rp200.000, dan agar tidak ada stok sisa, kamu membanting harga 5 item sisanya sebesar Rp50.000 per item.
Ya, lima item terakhir kamu jual dengan harga di bawah harga pokok, tetapi kamu sebenarnya masih punya keuntungan. Yuk, kita hitung:
Laba Kotor = Harga Jual - Harga Pokok
= ((15 x 200.000) + (5 x 50.000)) - Rp1.500.000
= 3.250.000 - 1.500.000
= 1.750.000
Baca Juga: Penerapan Manajemen Laba Untuk Mendapatkan Keuntungan Maksimal
Cara Menghitung Keuntungan Jualan per Periode
Cara menghitung keuntungan jualan per periode waktu tertentu ini akan lebih mudah. Kamu hanya perlu menghitung total penjualan semua produk selama periode yang kamu tentukan tadi.
Periodenya bisa harian, mingguan, atau bulanan.
Misalnya kamu punya bisnis penganan dengan berbagai macam jenis penganan. Menghitung keuntungan per produk akan merepotkan. Total biaya produksi semua penganan hari ini misalnya Rp1.000.000, dan total penjualanmu adalah Rp2.500.000. Dengan demikian kamu bisa menghitung keuntungan jualanmu:
Laba Kotor = Total Penjualan - Total Biaya
= Rp2.500.000 - Rp1.000.000
= Rp1.500.000
Kamu pun bisa menghitung laba bersihmu dengan mengurangi laba kotor dengan biaya operasional dan non operasional.
Pada prinsipnya, cara menghitung keuntungan jualan sangat bergantung pada karakteristik barang jualan itu sendiri, khususnya waktu rata-rata barang tersebut terjual. Yang tidak boleh kamu lupakan adalah memasukkan komponen-komponen biaya operasional dan non operasional dalam harga jual yang kamu tentukan.
Agar cara menghitung keuntungan jualan ini bisa menjadi lebih praktis, kamu bisa memanfaatkan teknologi yang sekarang banyak tersedia seperti aplikasi wirausaha majoo. Aplikasi wirausaha majoo ini sangat lengkap dan komprehensif, sehingga semua biaya operasional dan non operasional pun bisa terdeteksi dengan baik. Dengan demikian, kamu bisa menentukan harga jual barang dengan lebih aman, nyaman, dan tenang.
Kalau kamu masih ragu, kamu bisa tanya-tanya dulu ke majoo di link ini. Coba sekarang, ya!
Baca Juga: Rumus Laba dan Cara Menghitung Laba yang Benar dalam Bisnis
Sumber Data:
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/06/23/cara-menghitung-keuntungan-jualan
https://katadata.co.id/agung/lifestyle/63aeaa78bebb3/menilik-5-cara-menghitung-keuntungan-jualan
https://kumparan.com/berita-bisnis/cara-menghitung-keuntungan-jualan-dan-contohnya-1zYUHNLZvfS