Di tengah era yang sudah serba digital seperti sekarang, menyediakan mesin EDC adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Pun demikian, tak lantas seluruh pelaku usaha berbondong-bondong menerapkan penggunaan mesin EDC dalam bisnisnya.
Sebagian dari mereka beranggapan mesin ini belum dibutuhkan dalam bisnisnya, sementara tak sedikit pula yang sebenarnya enggan karena tak memiliki pemahaman yang baik.
Nah, pertanyaannya, apakah benar fungsi EDC tidak berlaku untuk bisnis berskala kecil? Belum tentu, lho! Agar lebih pasti, bagaimana jika kita langsung saja membahas serba-serbi terkait EDC ini bersama-sama? Yuk!
EDC adalah …
Secara sederhana, EDC adalah singkatan dari electronic data capture. Jika diartikan secara bebas, tentu akan muncul kebingungan-kebingungan baru: data apa yang ditangkap? Bagaimana cara menangkapnya? Mengapa data tersebut perlu ditangkap?
Tidak perlu panik, terlebih ketika kasus pencurian serta penyalahgunaan data pribadi sedang meningkat seperti sekarang. Data yang ditangkap oleh mesin unik yang satu ini cukup terbatas, kok, karena mesin ini hanya menangkap data yang tersimpan dalam kartu kredit maupun debit.
Data yang sudah ditangkap pun tidak sembarangan digunakan. Menyadari pentingnya perlindungan data pribadi, mesin ini pun dibatasi hanya dapat menggunakan data yang sudah ditangkap untuk menyelesaikan transaksi keuangan saja. Jika diandaikan, mesin ini tak ubahnya teller bank atau mesin ATM mini yang dapat dimanfaatkan pelanggan untuk menyelesaikan transaksi.
Saat ini, mesin EDC memang kerap digunakan untuk menyelesaikan pembayaran saja, tetapi sebenarnya mesin ini juga memiliki kapabilitas yang lebih luas karena bisa juga dimanfaatkan untuk melakukan transfer dana dari satu rekening bank ke rekening lainnya.
Cara Menggunakan EDC dengan Maksimal
Bagaimana, sih, cara menggunakan EDC dengan baik? Sama sekali tidak sulit, kok! Pada dasarnya, mesin ini memang dikembangkan untuk mempermudah transaksi keuangan tanpa perlu repot-repot berkunjung ke bank, oleh karena it penggunaannya pun dibuat sesederhana mungkin.
Pemilik mesin hanya cukup memasukkan nominal transaksi yang ingin diselesaikan ke dalam sistem, bisa melalui integrasi dengan mesin kasir maupun proses input secara manual. Selanjutnya, pelanggan dapat menggesekkan atau memasukkan kartu debit maupun kredit yang dimilikinya, dan transaksi yang dimaksud pun dapat langsung diselesaikan.
Bagaimana? Mudah sekali, kan? Lalu, bagaimana cara menggunakan EDC dengan maksimal? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali pada fungsi yang dimilikinya, yaitu untuk menyelesaikan transaksi keuangan.
Jadi, mesin ini tidak hanya bisa digunakan untuk membayar saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk layanan tarik tunai atau transfer. Dengan memfungsikan seluruh kapabilitas yang dimilikinya, manfaatnya pun dapat dirasakan secara maksimal.
Menariknya, beberapa toko kelontong sebenarnya sudah menerapkan sistem ini, lho, dengan menyediakan jasa tarik tunai dan transfer dana, kemudian mengambil keuntungan dari biaya administrasi yang dibebankan kepada pelanggan.
Baca juga: Bank Digital adalah Kebutuhan Masyarakat Saat Ini. Kok Bisa?
Bagaimana Cara Kerja EDC?
Nah, dari sejumlah penjelasan di atas, mungkin ada yang mulai berpikir betapa hebatnya kemampuan mesin yang satu ini. Namun, mungkin ada juga yang menyimpan pertanyaan, bagaimana cara kerja EDC?
Cara kerjanya sebenarnya cukup sederhana, meski mungkin secara teknis terasa rumit. Pasalnya, mesin ini bekerja dengan membaca data pada chip yang sudah tertanam dalam kartu kredit maupun debit. Kemudian data tersebut digunakan untuk menelusuri informasi rekening yang tersimpan.
Dari informasi tersebut, mesin akan memproses transaksi sesuai dengan nominal yang dimasukkan. Setelahnya, mesin akan secara elektronik meminta bank untuk memindahkan dana sesuai nominal dari rekening penerbit kartu ke rekening pemilik mesin.
Jadi, anggapan bahwa mesin ini tak ubahnya teller bank atau mesin ATM sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena cara kerjanya memang serupa sekalipun dengan media yang sama sekali berbeda.
Berapa Biaya EDC yang Bisa Dipertimbangkan?
Tertarik untuk mulai menyediakan pembayaran melalui mesin EDC? Eits, jangan terburu-buru! Coba pertimbangkan terlebih dahulu biaya EDC yang harus dibayar.
Sebenarnya, untuk setiap transaksi ada biaya yang harus dibayar dan besarnya tergantung dari bank penerbit mesin masing-masing. Namun, pada tahun 2018, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang mengatur biaya transaksi ini secara flat untuk setiap bank. Artinya, biaya yang harus dibayarkan akan sama dan tidak lagi bergantung pada bank penerbit.
Secara umum, biaya EDC dibagi menjadi dua berdasarkan kesesuaian bank penerbit kartu dengan mesin. Apabila transaksi diselesaikan dengan kartu dari bank yang sama dengan bank penerbit mesin, biayanya sekitar 0,15%.
Namun, apabila transaksi diselesaikan dengan kartu dari bank yang berbeda dengan bank penerbit mesin, biayanya menjadi sekitar 1%. Pemberlakuan biaya ini hanya terjadi untuk kartu debit saja, ya, sementara untuk transaksi yang diselesaikan dengan kartu kredit, tidak ada biaya tambahan apa pun yang akan dikenakan.
Oh, iya! Biaya ini ditanggung oleh merchant atau penjual, sehingga pelanggan semestinya sama sekali tak boleh dikenakan biaya transaksi ini.
Baca juga: Perkembangan Transformasi Digital di Indonesia
Apakah Mesin EDC Aman Digunakan?
Semakin tertarik untuk menyediakan pilihan menyelesaikan transaksi secara nontunai menggunakan mesin EDC? Atau mungkin masih ada kekhawatiran lain yang membuat maju mundur saat ingin menyediakan opsi ini?
Beberapa pelaku usaha dan juga konsumen kerap merasa enggan karena alasan keamanan. Sebenarnya, apakah mesin EDC aman digunakan? Tentu saja aman!
Bahkan, tak sedikit pula yang beranggapan bahwa penggunaan mesin ini bisa lebih aman jika dibandingkan dengan mesin ATM. Pasalnya, mesin ini dikelola langsung oleh pemilik usaha selaku merchant, berbeda dengan mesin ATM yang masih memiliki kemungkinan dipasang mesin carder.
Pun demikian, untuk masalah keamanan memang tidak ada yang lebih aman jika dibandingkan dengan menyelesaikan transaksi langsung di depan teller bank, sih, Meski demikian, perkara keamanan ini seharusnya tak perlu menjadi hambatan dalam menyediakan opsi pembayaran melalui EDC, ya!
Baca juga: Contoh dan Peluang di Balik Perkembangan Ekonomi Digital
Manfaat Memanfaatkan Mesin EDC dalam Bisnis
Setelah memahami dengan lebih baik serba-serbi terkait mesin EDC, tentu tak sedikit yang mulai mempertimbangkan untuk menyediakan mesin ini di outlet-outlet bisnisnya. Namun, penasaran tidak, apakah mesin ini dapat menguntungkan bisnis atau tidak?
Sebenarnya manfaat apa saja, sih, yang bisa ditawarkan mesin serbaguna yang satu ini? Daripada berlama-lama, langsung saja kita ulik lebih dalam!
1. Memberikan Pilihan Pembayaran
Salah satu fungsi utama yang bisa ditawarkan oleh mesin EDC adalah tersedianya pilihan pembayaran yang lebih beragam bagi pelanggan. Jangan salah, di era yang sudah sangat maju ini, banyak pelanggan yang merasa keberatan jika harus membawa uang tunai dalam jumlah besar ke mana pun mereka pergi.
Terlebih lagi, pemerintah Indonesia memang sedang sangat getol mendorong transaksi nontunai, oleh karena itu banyak sekali insentif atau bonus yang bisa dinikmati oleh pelanggan yang memilih untuk menyelesaikan transaksinya dengan pembayaran nontunai.
Selain itu, dengan tersedianya pilihan pembayaran yang tidak itu-itu melulu, bukan tidak mungkin tingkat kepuasan pelanggan pun bisa dijaga tetap tinggi. Jangan lupa bahwa kunci bertahannya suatu bisnis ada pada pelanggan yang merasa puas saat berbelanja, termasuk saat melakukan pembayaran.
Tidak perlu takut pula harus menyediakan banyak sekali mesin EDC untuk memfasilitasi sekian banyak bank yang digunakan oleh pelanggan. Seperti yang sudah sempat disinggung, sejak 2018 lalu Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan biaya transaksi yang flat dan selisihnya tidak terlalu signifikan sekalipun pelanggan menyelesaikan pembayaran dengan kartu dari bank yang berbeda dengan bank penerbit mesin.
2. Mengurangi Frekuensi Menyetor Uang
Dalam transaksi konvensional, pemilik usaha harus secara rutin menyetorkan pendapatan bisnisnya ke bank. Wajar saja, kan, karena pendapatan bisnis yang diperolehnya kerap kali berbentuk tunai sehingga harus disetor terlebih dahulu secara langsung ke bank agar bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Nah, dengan adanya mesin EDC, pemilik usaha tidak perlu repot lagi harus sering-sering mengunjungi bank karena pendapatan bisnisnya akan otomatis tersimpan di dalam rekeningnya secara elektronik. Jadi, sekalipun bisnis yang dikelola tetap dijalankan secara fisik, pendapatan yang diperoleh tidak selalu tunai.
Apabila gerakan pembayaran nontunai yang dicanangkan pemerintah berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin porsi uang tunai yang dimiliki pun berkurang jauh dan dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan operasional harian bisnis, dan porsi dana nontunai yang langsung masuk ke rekening pun lebih besar. Pengelolaan keuangan bisnis pun bisa menjadi lebih ringkas, kan?
Jika memang memungkinkan, tak ada salahnya menyediakan beragam pilihan pembayaran ini. Terlebih lagi, pembayaran nontunai menggunakan mesin EDC adalah salah satu pilihan yang juga digemari oleh pelanggan, kan?
Jangan takut harus kerepotan menghitung pendapatan yang masuk secara tunai maupun nontunai, langsung saja manfaatkan fitur keuangan dari aplikasi majoo yang dapat secara otomatis mencatat setiap transaksi yang terjadi secara akurat.
Tunggu apa lagi? Langsung saja berlangganan layanan aplikasi majoo sekarang juga!
Baca juga: Mari Tinggalkan Uang Tunai dan Jadilah Generasi Cashless!