Kita sudah berada di suatu masa saat uang dalam bentuk fisik tinggal kenangan. Dompet hanya berisi tumpukan kartu, tidak lagi berisi lembaran uang.
Tidak percaya? Coba deh perhatikan dompetmu, berapa banyak jumlah kartu, baik debit maupun kredit yang ada di dalamnya dibandingkan dengan lembaran uang kertas?
Uang-uang kita kini banyak tersimpan dalam bahasa pemrograman di smartphone atau dikenal dengan istilah dompet elektronik atau e-wallet. Masyarakat kian banyak melakukan transaksi secara cashless dengan menggunakan kartu kredit, debit, Internet Banking, atau layanan dompet elektronik. Sehingga telah terbentuk masyarakat tanpa uang tunai alias cashless society.
Baca juga: Mengenal Komponen Sistem Pembayaran untuk Bisnis
Hal ini persis seperti yang diramalkan oleh Robert Reich, seorang ekonom kenamaan asal Amerika Serikat. Ia dengan yakin mengatakan bahwa era transaksi tunai akan berakhir, cepat atau lambat.
“There will be a time - I don't know when, I can't give you a date - when physical money is just going to cease to exist,” ujar Robert Reich, dilansir dari sebuah wawancara oleh CBS News bulan April 2012.
Akan berakhirnya transaksi tunai juga dikatakan oleh David Wolman, seorang jurnalis asal Amerika Serikat. Dalam bukunya yang bertajuk “The End of Money”, Wolman membahas tentang senjakala uang fisik.
Menurut Wolman, uang fisik hanya merepotkan aktivitas sehari-hari dan biayanya sangat mahal. Karena pada saat melakukan transaksi tunai, individu atau perusahaan harus memindahkan dan menyimpan, hingga mengamankan dan mengawasi.
Dengan melakukan pembayaran secara cashless, artinya masyarakat ikut menekan ongkos pencetakan uang tunai. Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, setiap tahun pemerintah harus menyiapkan anggaran sebesar Rp3,5 triliun hanya untuk mencetak uang baru, termasuk untuk proses memusnahkan dan menghancurkan uang tunai yang sudah rusak.
Terlebih, uang tunai penuh dengan kuman. Saat pandemi COVID-19 menyerang dunia, masyarakat semakin waspada terhadap kuman atau virus tak terlihat yang hidup di permukaan barang sehari-hari, seperti koin dan uang kertas. Uang tunai dikenal sebagai penyebar kuman karena bahannya yang berserat dan banyaknya jumlah tangan yang memegangnya.
Sejak tahun 2015, pemerintah Indonesia telah mencanangkan kampanye program Go Digital Vision 2020 dengan target menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Untuk mendukung kampanye Go Digital Vision 2020 ini, masyarakat diajak untuk melakukan cashless payment atau pembayaran cashless.
Kampanye pembayaran cashless ini sangat banyak keuntungannya bagi pemerintah. Salah satunya adalah mengurangi beban bank sentral dalam mencetak uang dan mengendalikan peredaran uang tunai di masyarakat. Selain itu, transaksi cashless juga membantu negara dalam perencanaan ekonomi karena setiap transaksi tercatat secara digital.
Cashless artinya metode pembayaran tanpa menggunakan uang tunai fisik, atau disebut juga sebagai pembayaran nontunai. Untuk bertransaksi, kamu cukup menggunakan kartu elektronik (debit atau kredit), One-Time Password (OTP), dan memindai Quick Response Code Indonesia Standar (QRIS) atau barcode menggunakan smartphone.
Baca juga: Yuk! Berkenalan dengan QRIS
Semakin tingginya tingkat kejahatan perbankan yang merugikan masyarakat dan negara menjadi salah satu pemicu gencarnya pembayaran cashless. Sistem cashless efektif mampu meminimalisasi potensi tindakan kriminal terkait perbankan karena proses transaksinya dilakukan secara digital dan sistemnya terintegrasi sehingga mudah untuk dilacak.
Sedikit bernostalgia, saat kita masih kecil dulu, mungkin pernah melihat orang tua membawa segepok uang tunai untuk membeli kendaraan bermotor atau perangkat elektronik. Kini, kita bisa melakukan transaksi apapun hanya dengan menggesekkan kartu debit atau kredit.
Sejak beberapa tahun terakhir, kita melakukan pembayaran berbagai transaksi layanan publik secara cashless, mulai dari parkir, tiket bus, tiket kereta, hingga pembayaran gardu tol. Kita juga tidak lagi membayar tagihan telepon, listrik, air, telepon, dan pajak dengan cara mengantre di loket pembayaran. Karena kita adalah Generasi Cashless.
Negara-Negara Cashless
Pembayaran cashless bukan melulu soal kenyamanan konsumen dan industri perbankan. Lebih dari itu, transaksi cashless juga menyangkut keadaban demokrasi sebuah bangsa.
Meskipun sampai saat ini belum ada negara yang 100 persen menerapkan pembayaran cashless, tetapi hampir seluruh negara-negara maju sudah melakukannya.
Dikutip dari corecashless.com, Berikut tiga negara teratas yang menerapkan pembayaran cashless:
1. Swedia
Hanya 2% transaksi secara uang tunai di negara ini. Selain itu, lebih dari 85% masyarakat telah memiliki akses ke perbankan online.
Tren cashless di Swedia dipicu oleh kehadiran aplikasi pembayaran bernama Swish. Aplikasi ini sangat populer dan digunakan lebih dari 50% masyarakat di negara tersebut.
Dikutip dari interestingengineering.com, negara asal Skandinavia tersebut bahkan berani mengklaim mereka sudah 100% cashless pada Maret 2023 mendatang.
2. China
Dulu, China adalah negara pertama di dunia yang menggunakan uang kertas. Dikutip dari Guinness World Record, uang kertas pertama di dunia dibuat di China pada tahun 997 Masehi. Uang kertas yang dikenal dengan sebutan 'Jiaozi' tersebut dicetak selama masa kepemimpinan Dinasti Song (960-1279 M) di masa pemerintahan Kaisar Zhenzong.
Kini, China merupakan negara dengan pergeseran tercepat dari pembayaran tunai ke non-tunai. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu mencatatkan sekitar 55 persen transaksi telah berlangsung secara cashless.
Sebagian besar pembayaran cashless di negeri tirai bambu menggunakan aplikasi WeChat Pay atau Alipay yang dimiliki oleh raksasa teknologi Alibaba. Tren pembayaran cashless di China tidak hanya dilakukan oleh masyarakat, tapi diterapkan pula oleh para wisatawan. Mereka melakukan transaksi cashless untuk berbelanja, makan siang, membeli jajanan di toko kelontong, bahkan memberikan apresiasi kepada pengamen jalanan.
Banyak pengamat ekonomi meyakini bahwa China akan bersaing dengan Swedia menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan 100 persen sistem transaksi cashless.
3. Inggris
Masyarakat Inggris melakukan pembayaran cashless menggunakan kartu kredit, pembayaran online, dan pembayaran tanpa kontak (contactless). Untuk menggunakan transportasi umum di negara tersebut juga tidak lagi menggunakan uang tunai. Bahkan, jumlah ATM yang tersedia semakin berkurang.
Inggris menjadi pemimpin di dunia dalam penerapan pembayaran contactless. Hampir semua toko yang berada di Inggris menerapkan pembayaran tanpa kontak.
Mengenal Cashless Society
Masyarakat yang tidak menggunakan uang tunai dalam transaksi sehari-hari disebut cashless society atau masyarakat cashless. Biasanya masyarakat ini menggunakan pembayaran dengan kartu kredit, pembayaran tanpa kontak, atau e-wallet, e-money, bahkan mata uang kripto.
Jika kamu rutin melakukan pembayaran cashless atau tanpa menggunakan uang bentuk fisik, kamu juga sudah termasuk cashless society.
Baca juga: Contoh Transaksi Keuangan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Cashless society meyakini bahwa metode pembayaran cashless sangat memudahkan masyarakat karena tidak perlu perlu repot-repot membawa banyak lembaran uang. Meskipun demikian, mereka masih memiliki kekhawatiran karena menggunakan metode cashless artinya harus waspada terhadap pembajakan.
Manfaat Pembayaran Cashless
Selain praktis, pembayaran dengan sistem cashless memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak
Membawa uang tunai dalam jumlah banyak akan menimbulkan risiko kehilangan atau pencurian. Cashless juga memudahkan seseorang untuk melakukan transaksi di luar negeri. Pasalnya, sebagian besar transaksi di luar negeri sudah menerapkan sistem pembayaran cashless.
2. Bisa melihat riwayat transaksi
Sistem cashless memungkinkan seseorang untuk melihat riwayat transaksi yang telah dilakukan. Hal ini sangat bermanfaat dalam pencatatan keuangan untuk mengelola anggaran.
3. Cashless meningkatkan penerimaan pajak
Ternyata cashless juga memiliki manfaat untuk negara. Dengan melakukan pembayaran cashless, maka koleksi pajak negara akan meningkat secara signifikan. Pajak ini dapat dialokasikan untuk pengembangan sektor-sektor publik, seperti pembangunan jalan, jembatan, sekolah, dan lain sebagainya.
Contoh Pembayaran Cashless
Apa saja sih yang termasuk contoh pembayaran cashless? Berikut beberapa di antaranya:
1. Penggunaan kartu elektronik di gerbang tol
Sejak kuarter keempat di tahun 2017, pemerintah Indonesia memberlakukan pembayaran cashless pada semua pintu tol di seluruh Indonesia. Sejak itu, biaya tol sudah tidak bisa lagi pakai uang tunai, melainkan harus menggunakan kartu elektronik seperti Flazz dari BCA, e-Money dari Mandiri, atau BRIZZI dari BRI.
2. Metode pembayaran saat belanja online
Aktivitas favorit kita semua ini termasuk aktivitas yang menerapkan pembayaran cashless. Kita tidak perlu keluar rumah untuk membeli barang yang dibutuhkan, dan pembayarannya dilakukan secara cashless. Berbagai metode ditawarkan, seperti transfer virtual account, kartu kredit, atau e-wallet seperti GoPay.
3. Penggunaan QRIS atau e-wallet
Saat akan membayar makanan di restoran atau berbelanja sesuatu, sekarang sudah bisa bayar dengan transaksi cashless. Selain menggunakan kartu debit dan kartu kredit, sekarang tersedia metode kode QRIS atau e-wallet seperti GoPay dan OVO.
Kelebihan dan Kekurangan Pembayaran Cashless
Transaksi pembayaran tanpa uang tunai alias cashless memang menarik. Jenis pembayaran cashless sangat memudahkan pembeli tanpa harus menyiapkan uang tunai setiap kali ingin berbelanja. Tapi, pembayaran cashless memiliki kelebihan dan kekurangan lho.
Kelebihan Cashless |
Kekurangan Cashless |
Lebih praktis dan aman karena tidak perlu repot-repot membawa banyak uang di dalam dompet yang rawan akan risiko pencurian. |
Dalam sistem pembayaran elektronik, sangat rentan terhadap aksi kejahatan cyber crime. |
Pembayaran yang dilakukan bisa sesuai dengan nominal harga yang harus dibayarkan tanpa perlu khawatir dengan segala bentuk kembalian. |
Pengguna harus selalu mengisi ulang dompet digital (e-wallet) atau kartu elektronik miliknya agar bisa melakukan pembayaran. |
Banyak merchant yang bermitra dengan penyedia layanan pembayaran elektronik. Mereka menawarkan berbagai diskon menarik.
|
Penggunaan cashless cenderung membuat seseorang jadi lebih boros karena adanya penggunaan promo. |
Setiap transaksi cashless akan tercatat dengan baik dan rapi sehingga bisa lebih mudah dalam mengatur keuangan. |
Cashless membutuhkan pemahaman teknologi dari penggunanya. Terutama bagi mereka yang sudah lanjut usia dan harus menyesuaikan diri dengan teknologi. |
Sistem pembayaran cashless berperan dalam menambah pendapatan negara. |
Sangat tergantung kesediaan internet dan listrik. |
|
Sistem pembayaran cashless menerapkan limit transaksi. |
|
Penyedia layanan dompet digital menerapkan biaya administrasi yang ditanggung pengguna dengan nominal yang berbeda-beda. |
Kesimpulan
Era cashless seperti yang diramalkan oleh ekonom Robert Reich tadi kian tak terelakkan. Setiap hari, uang tunai yang masih kita bawa bisa dihitung dengan jari sebelah tangan saja.
Sesuai namanya, cashless adalah transaksi pembayaran tanpa uang tunai, alias pembayaran non-tunai. Transaksi cashless bisa dilakukan dengan berbagai medium. Sebut saja kartu elektronik, aplikasi smartphone, mesin ATM, QR code, voucher, dan masih banyak lagi. Hal terpenting dari pembayaran cashless adalah transaksi yang dilakukan sama sekali tidak melibatkan uang fisik (uang kertas atau uang logam).
Kehadiran e-commerce dan fintech ikut memicu perkembangan merebaknya pembayaran cashless di tanah air.
Tantangan utama dari transaksi cashless adalah koneksi Internet yang tidak stabil sehingga menghambat proses transaksi. Saat koneksi internet sedang melemah, maka transaksi cashless akan memakan waktu yang lebih lama. Hal ini biasanya dialami di wilayah-wilayah Indonesia yang belum memiliki jaringan internet yang stabil.
Bagi pemilik usaha, pembayaran cashless memiliki keuntungan tersendiri. Dengan pembayaran cashless, setiap transaksi yang masuk akan otomatis tercatat ke dalam sistem. Jadi, kamu sebagai pemilik bisnis tidak perlu lagi terburu-buru ke mesin ATM terdekat untuk menyetorkan hasil penjualan.
Memakai aplikasi keuangan majoo, laporan penjualan pun sudah dibuat secara instan oleh sistem, lho! Aplikasi keuangan majoo telah terintegrasi dengan layanan keuangan majoo lainnya, seperti aplikasi kasir.
Aplikasi kasir dari majoo sendiri memiliki fitur catatan penjualan dan pengeluaran yang dapat memberikan laporan penghasilan harian. Sehingga, laporan keuangan jadi lebih mudah dibuat.
Ayo berlangganan majoo dari sekarang!