Banyak yang belum mengenal istilah job order costing yang sering digunakan pada sebuah perusahaan. Bisa dikatakan, job order costing ini adalah metode penentuan harga barang atau jasa. Tentunya perhitungan ini berdasarkan banyaknya kebutuhan bahan baku, biaya overhead, dan biaya tenaga kerja.
Untuk mengetahui lebih lengkap tentang job order costing ini, kamu bisa membaca artikel ini sampai selesai, ya. Let’s go!
Apa Itu Job Order Costing?
Job order costing adalah sistem yang berlaku saat pelanggan memesan sejumlah produk tertentu dalam jumlah kecil. Sistem ini menetapkan harga untuk setiap produk secara individu dan memastikan bahwa biaya setiap produk masuk akal bagi pelanggan dan perusahaan tetap memungkinkan menghasilkan keuntungan.
Sistem penetapan biaya pesanan ini bisa didapat dari informasi dari berbagai sumber misalnya keuangan; termasuk biaya material, catatan penggajian, faktur pemasok, dan alokasi overhead.
Seorang akuntan akan memanfaatkan sumber daya ini untuk mengumpulkan data dan menghitung atau melacaknya menggunakan lembar biaya pekerjaan. Mereka juga dapat menggunakan database pesanan pekerjaan untuk melacak setiap produk dengan nomor identifikasi khusus untuk masing-masing produk.
Setiap item yang dicatat dalam sistem penetapan biaya pesanan harus memiliki catatan biaya pekerjaan yang mencantumkan bahan yang digunakan, jumlah pekerja yang terlibat, durasi waktu yang diperlukan, dan jumlah overhead pabrik untuk produk tersebut.
Cara ini akan membantu akuntan untuk lebih baik melacak pengeluaran untuk setiap item dan mengelola inventory secara lebih baik dan mencegah terjadinya kerugian yang tidak terduga, ya.
Baca Juga: Apa itu Job Description? Ini Pengertian dan Contohnya!
Manfaat Job Order Costing
Pemisahan biaya dalam perusahaan memberikan banyak manfaat, terutama dalam menjaga ketepatan perhitungan biaya satu dengan biaya lainnya. Dengan demikian, penelusuran biaya-biaya di dalam perusahan menjadi lebih mudah. Lalu, manfaat lain dari job order costing apa lagi? Simak di bawah ini, yuk!
Menentukan Harga Jual
Perusahaan dapat dengan jelas menetapkan harga jual berdasarkan perhitungan biaya produksi dari awal. Harga tersebut dapat disesuaikan dengan profit yang diinginkan, sambil menghindari persaingan dengan harga pasar.
Pemisahan Keuntungan yang Jelas
Ketika hasil penjualan sudah didapatkan, sehingga laba pun bisa dikelompokkan. Namun, sebelum itu, ada baiknya kamu memisahkan keuntungan yang didapat dengan biaya produksinya. Dengan begitu pemisahan keuntungan menjadi lebih jelas dan bisa menjadi tolok ukur pesanan yang didapat sudah memberikan keuntungan atau belum.
Bahan Pertimbangan Menerima dan Menolak Pesanan
Kamu juga perlu mengetahui tentang biaya produksi untuk menilai modal yang tersedia cukup untuk menerima pesanan lagi. Keputusan menerima atau menolak pesanan dapat diambil dengan adanya pertimbangan yang matang.
Dapat Membandingkan Laba Setiap Penyelesaian Pekerjaan
Pemisahan keuntungan memberikan tolok ukur untuk membandingkan laba dari setiap penyelesaian pekerjaan, sehingga nantinya di laporan keuangan akan menghasilkan peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan atau tidak.
Memantau Penerapan Biaya Produksi
Kamu juga bisa memantau biaya produksi melalui kejelasan tracking berdasarkan pesanan yang ingin dibuat. Jika dirasa ada biaya produksi yang tidak sesuai dengan perhitungan, kamu bisa langsung mencari celah kesalahannya. Penerapan biaya produksi yang baik juga akan membantumu dalam menghitung keefektifan waktu kerja, ya.
Mudah untuk Mengetahui Kesalahan Proses Pengerjaan
Dengan adanya job order costing, kamu bisa cepat mengetahui kesalahan yang terjadi pada saat pencatatan biaya produksi yang dibutuhkan pada proses pengerjaan. Termasuk jika terjadi pembengkakan biaya yang dirasa tidak normal, kamu pun bisa mengetahui dengan cepat sesuatu yang diperbaiki.
Setiap kesalahan terkait biaya produksi, tentunya akan cepat diketahui dan dengan cepat bisa diperbaiki, sehingga permasalahan tersebut tidak berlarut-larut, ya.
Membandingkan Biaya Aktual
Biaya aktual yang terjadi juga dibandingkan dengan biaya yang telah ditentukan, lho! Dengan cara ini, tindakan tepat bisa diambil untuk mengendalikan biaya overhead yang berlebihan.
Menentukan Beban Produksi
Beban produksi juga bisa diketahui, karena berdasarkan pesanan. Jadi, saat pengusaha menerima pesanan, pengusaha bisa langsung memprediksi sesuatu yang menjadi kesulitan. Dengan begitu, kamu bisa menjadikan hal itu sebagai hipotesis dan hasil hipotesis tersebut akan ditentukan melalui perencanaan produksi serta biaya yang dibuat.
Menyiapkan Analisis Tren
Kamu bisa menyiapkan analisis tren yang didapat dari gabungan informasi biaya historis atau biaya yang sebelumnya sudah pernah terjadi dan diterapkan sebagai penentuan biaya pekerjaan. Dengan begitu, penentuan biaya selanjutnya menjadi lebih mudah dan realistis untuk pekerjaan selanjutnya, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan hitungan pada pesanan yang selanjutnya.
Baca Juga: Ketahui Tugas Project Manager dan Job Descriptionnya!
Jenis Biaya dalam Job Order Costing
Dalam menghitung job order cost, ada beberapa biaya yang terlibat, antara lain:
1. Bahan Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang kamu keluarkan untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi. Misalnya, besi pada mobil, kayu pada perabotan rumah, alkohol pada tisu pembersih muka, kain pada jeans, dan lainnya.
2. Tenaga Kerja Langsung
Jenis biaya lain yang terlibat dalam job order cost adalah tenaga kerja langsung. Biaya ini mencakup upah karyawan yang secara langsung terlibat dalam produksi produk dan manfaat lain yang diberikan selama proses. Misalnya, karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead mencakup semua biaya yang dikeluarkan selain tenaga kerja langsung dan bahan langsung, misalnya sewa, listrik, depresiasi, biaya hukum, biaya lembur karyawan, sewa mesin, dan sebagainya. Keseluruhan biaya overhead ditambahkan dan dibebankan ke barang jadi.
Apa Perbedaan Job Order Costing dan Process Costing?
Nah, setelah mengetahui penjelasan job order costing di atas, bisa disimpulkan bahwa job order costing lebih cocok digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk sesuai dengan pesanan tertentu. Pada metode ini, biaya produksi dihitung untuk setiap pekerjaan atau pesanan yang unik.
Process costing cocok digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang dalam jumlah besar dan proses produksi berjalan secara continue, sehingga biaya produksi dihitung secara total untuk setiap proses produksi.
Job order costing cukup sulit memperhitungkan biaya produksi karena variasi produk yang dihasilkan. Sedangkan, process costing cukup mudah menghitung biaya produksi. Mengapa demikian? Pasalnya, pada process costing, produksi barang yang seragam dan keseragaman tersebut akan dikenakan biaya sesuai dengan proses produksi yang dijalani.
Perhitungan Job Order Costing
Jika, kamu seorang pengusaha yang ingin menghitung biaya produksi, kamu bisa menggunakan job order costing. Berikut ini contoh perhitungan biaya produksi dengan menggunakan job order costing, ya.
Jika ada pelanggan yang memesan 100 baju dengan desain khusus. Untuk menghitung biaya produksi, kamu perlu melakukan langkah-langkah berikut, antara lain:
Hitunglah total biaya bahan baku untuk membuat pesanan 100 baju.
Menghitung biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk memproduksi 100 baju tersebut.
Hitunglah biaya overhead produksi 100 baju.
Hitunglah total biaya produksi dengan cara menjumlahkan ketiga hasil di atas dan menambahkan keuntungan yang diinginkan, ya.
Contoh Job Order Costing
Untuk kamu yang masih bingung, mungkin kamu bisa mencari tahu contoh penerapan job order costing agar semakin mudah memahaminya, ya.
Berikut ini contoh penerapan job order costing dalam berbagai industri, yakni:
1. Perusahaan Konstruksi
Ada pekerja konstruksi merancang bangunan sesuai kebutuhan pemilik atau manajer properti yang memperkirakan biaya setiap produk untuk membangun bangunan atau bagian properti.
Setelah perkiraan tersebut dimasukkan ke dalam lembar biaya pekerjaan, pekerja konstruksi akan menyajikannya kepada manajer atau pemilik properti. Jika disetujui, perusahaan konstruksi akan menggunakan lembar pesanan pekerjaan untuk memantau kemajuan dan jumlah uang yang dikeluarkannya. Dengan demikian, proses pengerjaan tetap sesuai dengan budgeting yang telah disepakati oleh pemilik atau manajer properti..
2. Firma Hukum dan Bisnis Akuntansi
Di sisi lain, firma hukum dan bisnis akuntansi dapat memanfaatkan job order costing karena pengacara dan akuntan mereka melayani klien dengan akun yang unik.
Sebagai contoh, seorang pengacara yang menangani perceraian dapat memberikan nasihat dan bantuan hukum dasar untuk kasus yang tidak memerlukan penelitian hukum mendalam, pertemuan klien pengacara, atau sumber daya tambahan.
Namun, jika pengacara tersebut bekerja pada kasus yang kompleks dan memerlukan waktu ekstra untuk penelitian, pertemuan, dan sumber daya lainnya, mereka akan menggunakan job order cost untuk menghitung jumlah biaya sumber daya yang digunakan dalam pelayanan tersebut.
Baca Juga: Apa itu On The Job Training? Ketahui di Sini!
Kesimpulan
Penggunaan job order costing memegang peranan penting dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk memahami sistem job order costing beserta cara pengaplikasiannya untuk keberlangsungan bisnismu, ya.
Tanpa pemahaman dan pengetahuan mengenai cara pengaplikasiannya, bisnismu pun berisiko mengalami kerugian.
Untuk mempermudah penghitungan job order costing, kamu dapat memanfaatkan aplikasi majoo yang dilengkapi dengan fitur akuntansi.
Aplikasi majoo memiliki fitur yang lengkap dan dapat di akses di mana saja karena sudah berbasis online dan bisa dipantau melalui smartphone milikmu.
Jadi, tak perlu lagi berlangganan aplikasi majoo, bukan?
Sumber Data:
https://www.mas-software.com/blog/process-costing-karakteristik-komponen#3-perbedaan-job-order-costing-dan-process-costing