Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang besar jika dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan yang tidak bergerak di bidang manufaktur, misalnya saja agen distributor atau ritel. Bahkan, mungkin jika dibandingkan dengan laporan keuangan rumah tangga sederhana pun sebenarnya akan terasa serupa.
Lalu, mengapa seorang pemilik usaha harus memahami cara membuat laporan yang satu ini? Sebenarnya, sih, tidak harus. Karena toh pemilik usaha dapat mempekerjakan pegawai khusus yang memang memiliki keterampilan di bidang finansial untuk mengurus laporan keuangan ini.
Meski demikian, pemilik usaha tetap harus dapat membaca serta menganalisis setiap laporan keuangan agar dapat menentukan arah serta strategi pengembangan bisnis yang baik. Nah, untuk laporan keuangan perusahaan manufaktur, apa saja, sih, yang perlu diketahui?
Komponen Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Seperti banyak laporan keuangan lainnya, laporan keuangan perusahaan manufaktur adalah sebuah dokumen yang umumnya terdiri dari beberapa laporan keuangan terpisah. Namun, meski setiap laporan keuangan tersebut berbeda-beda, penyusunan serta komponen di dalamnya akan tetap saling berkaitan menjadi satu rangkaian yang komprehensif.
Ada empat jenis laporan keuangan yang menyusun laporan keuangan perusahaan manufaktur, yaitu:
1. Laporan Neraca
Setiap laporan keuangan selalu diawali dengan laporan neraca, tak terkecuali laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan manufaktur. Laporan neraca terkadang juga disebut dengan istilah laporan posisi keuangan karena dengan membaca hasil laporan yang satu ini, pemilik usaha dapat mengetahui posisi keuangan bisnisnya di akhir periode pencatatan keuangan.
Dalam laporan neraca, ada tiga elemen utama yang dicatatkan, yaitu aset, liabilitas, dan juga ekuitas. Pada dasarnya, laporan neraca digunakan untuk melihat posisi sumber kekayaan perusahaan dan juga pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh kekayaan tersebut.
Karena fungsinya tersebut, wajar jika laporan neraca mencatatkan aset, liabilitas, serta ekuitas. Dari ketiga pos tersebut, pemilik usaha dapat mengetahui jumlah nilai aset yang dimilikinya, termasuk beban pengeluaran serta keuntungan yang harus diberikan kepada pihak lain, umumnya merupakan penanam modal.
Jadi, untuk membuat laporan neraca, pemilik usaha pertama-tama harus mengumpulkan seluruh bukti atau catatan dari setiap transaksi yang pernah dilakukannya di dalam satu periode keuangan. Kemudian, transaksi-transaksi tersebut dipisahkan sesuai kategorinya masing-masing, misalnya saja, aset yang lancar dimasukkan dalam kategori yang berbeda dengan aset yang tidak lancar.
Setelah pengelompokan tersebut, pemilik usaha dapat menghitung aset yang dimiliki oleh perusahaannya, kemudian membuat daftar kewajiban yang masih terhutang dari aset-aset tersebut. Apabila nilai aset dan juga kewajibannya sudah diketahui, nilai ekuitas yang dimiliki pun bisa dihitung dari selisih antara aset dan juga kewajiban atau liabilitasnya.
Dalam perusahaan manufaktur, laporan neraca dapat digunakan untuk menghitung seluruh aset yang dimiliki dalam satu periode keuangan; termasuk di dalamnya alat-alat produksi yang diperoleh dalam periode tersebut, bahan baku yang diperoleh dan belum diolah dalam proses produksi, dan juga hasil produksi yang belum terjual.
Kemudian, dari aset-aset tersebut kemudian dihitung nilai beban yang dimilikinya. Misalnya saja, ketika seluruh hasil produksi berhasil dijual, berapa persen pembagian keuntungan yang diperoleh untuk dikembalikan kepada penanam modal.
(sumber: pakar.co.id)
Baca juga: Cara Membuat dan Contoh Laporan Neraca Keuangan
2. Laporan Laba Rugi
Selain laporan neraca, laporan keuangan perusahaan manufaktur juga disusun oleh laporan laba rugi yang dapat menunjukkan posisi keuntungan dari usaha yang dijalankannya dalam satu periode keuangan.
Perusahaan dikatakan memperoleh laba apabila hasil penjualan produk yang dimilikinya lebih besar jika dibandingkan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proses manufaktur produk-produk tersebut. Sebaliknya, perusahaan tersebut akan digolongkan rugi apabila nilai hasil penjualan produk yang dimiliki lebih kecil jika dibandingkan dengan beban biaya yang harus dikeluarkannya.
Dari penjelasan di atas, mungkin akan muncul pertanyaan baru, โLalu, apa bedanya laporan laba rugi dengan laporan neraca?โ.
Seperti yang sudah dijabarkan, laporan neraca menunjukkan posisi keuangan dan terfokus pada penghitungan aset, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk memiliki aset tersebut. Sementara itu, laporan laba rugi tidak terfokus pada aset yang dimiliki, melainkan pada transaksi yang dilakukan.
Untuk membuat laporan laba rugi, pertama-tama pemilik usaha harus menyiapkan terlebih dahulu laporan neraca dari bisnis yang dijalankannya. Tahap ini perlu dilakukan agar pemilik usaha dapat menghitung pendapatan usaha dan melihat pula berapa Harga Pokok Penjualan untuk setiap produk atau jasa yang ditawarkan.
Setelah Harga Pokok Penjualan berhasil diketahui, dari catatan transaksi yang sudah dikumpulkan pun pemilik usaha dapat lebih mudah dalam menghitung margin kotor yang diperoleh oleh bisnisnya. Selanjutnya mudah saja, pemilik usaha cukup menemukan pendapatan bersih dari penghitungan margin kotor tersebut dengan menambahkan biaya operasional, pajak, maupun potongan keuntungan lain.
Agar lebih mudah membayangkan, dalam laporan neraca, produk yang dihasilkan oleh proses manufaktur, tetapi belum terjual, akan dihitung sebagai aset karena produk tersebut masih dapat dicairkan dengan menjualnya. Namun, dalam laporan laba rugi, produk yang tidak terjual tersebut akan digolongkan sebagai beban karena pemilik usaha harus membayarkan sejumlah pengeluaran untuk biaya produksi, tetapi belum bisa menghasilkan pendapatan apa pun.
Dengan kata lain, dalam laporan laba rugi, pemilik usaha hanya dapat mencatatkan pendapatan dan pengeluaran saja, terlepas dari sifat yang dimilikinya sebagai sebuah aset. Bagaimanapun juga, proses produksi membutuhkan biaya, kan? Jadi, apabila ada biaya yang dikeluarkan, tetapi biaya tersebut tidak bisa menghasilkan pendapatan, jelas perusahaan akan dianggap merugi.
(sumber: pakar.co.id)
Baca juga: Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Dagang
3. Laporan Arus Kas
Nah, jika laporan laba rugi melihat setiap transaksi yang dilakukan, mulai dari pendapatan yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat diketahui apakah dalam periode penghitungan tersebut bisnis bisa dianggap untung atau merugi, dalam laporan arus kas posisi untung rugi tersebut akan diabaikan terlebih dahulu dan justru berfokus pada nilai dari setiap transaksi.
Sebuah perusahaan bisa saja tercatat merugi dalam laporan laba rugi karena ada lebih banyak pengeluaran dibandingkan dengan pendapatan, tetapi arus kasnya tetap sehat karena keuangan bisnis mengalami perputaran yang wajar.
Hal tersebut dapat diketahui karena dalam laporan arus kas, setiap transaksi yang masuk dan keluar akan dicatat, sehingga pemilik usaha dapat menganalisis pengaruh yang dimiliki oleh setiap transaksi terhadap keuangan bisnisnya. Misalnya saja, dalam laporan arus kas perusahaan manufaktur tercatat adanya pengeluaran untuk pembelian bahan baku.
Dari transaksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah memiliki proyeksi untuk aktivitas manufaktur yang akan dilakukannya, kemudian hasil manufaktur tersebut dapat dijual dan menjadi pendapatan. Artinya, pengeluaran tersebut bisa saja memberikan pengaruh yang positif terhadap keuangan bisnis.
Agar lebih mudah dalam membuat laporan arus kas, pemilik usaha harus menyiapkan terlebih dahulu laporan neraca serta laporan laba rugi yang dimilikinya. Dari kedua laporan tersebut, pemilik usaha dapat menyesuaikan laba bersih berdasarkan catatan yang terdapat pada laporan laba rugi, dan melihat lagi laporan neraca yang sudah ada untuk membuat koreksi pengaruh dari transaksi di luar kas terhadap kondisi kas.
(sumber: pakar.co.id)
4. Laporan Perubahan Modal
Komponen terakhir dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur adalah laporan perubahan modal yang, sama sifatnya seperti laporan-laporan keuangan sebelumnya, memiliki fokus pencatatan keuangan yang khusus.
Dalam laporan ini, pemilik usaha tidak lagi berfokus pada pencatatan aset, posisi laba rugi, atau nilai transaksi dan pengaruhnya terhadap keuangan bisnis. Fokus pada laporan perubahan modal berorientasi pada posisi saldo keuangan bisnis yang dicatatkan pada periode berjalan jika dibandingkan dengan periode keuangan sebelumnya.
Secara teknis, dalam setiap periode keuangan, pemilik usaha harus mencatatkan berapa sisa saldo yang dimilikinya, atau selisih antara seluruh pendapatan yang diperoleh dan seluruh biaya yang dikeluarkan. Nah, dalam laporan perubahan modal, sisa saldo antara periode berjalan dan periode sebelumnya akan dibandingkan untuk mengetahui banyaknya perubahan nilai modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Besarnya laba yang diperoleh atau kerugian yang dialami bisa jadi tidak berbanding lurus dengan nilai saldo yang dicatatkan, oleh karena itu kedua hal ini pun dipisahkan menjadi dua laporan keuangan yang berbeda, sekalipun keduanya sebenarnya saling berkaitan.
Selain itu, tujuan yang dimiliki oleh kedua laporan keuangan ini juga berbeda. Jika laporan laba rugi umumnya digunakan secara internal untuk menyusun strategi bisnis pada periode berikutnya berdasarkan posisi keuntungan bisnis yang dimiliki, laporan perubahan modal lebih sering digunakan secara eksternal untuk mencari sumber pendanaan yang baru.
(sumber: pakar.co.id)
Baca juga: Ekuitas: Arti, Contoh, dan Laporan Perubahan
Pentingnya Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Setelah mengetahui empat komponen penting dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur, mungkin muncul pertanyaan dalam benak beberapa pemilik usaha yang bergerak di bidang ini terkait pentingnya menyusun laporan keuangan yang komprehensif.
Karena setiap laporan keuangan dilakukan dengan mencatat dan mengelompokkan setiap transaksi yang dilakukan pada satu periode keuangan, fungsi utamanya jelas agar pemilik usaha memiliki arsip untuk seluruh transaksi bisnisnya. Namun, lebih dari itu, ada banyak manfaat lainnya yang bisa didapatkan dengan membaca laporan keuangan semacam ini.
Salah satu contohnya, pemilik usaha dapat lebih mudah dalam menentukan arah pengembangan bisnis atau pelaksanaan operasional harian berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan tersebut.
Sebagai contoh, dalam laporan keuangan yang dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur, diketahui bahwa ada pengeluaran yang besar untuk pembelian bahan baku, tetapi pendapatan dari penjualan produk masih cenderung rendah. Dengan membaca laporan tersebut, pemilik usaha dapat memutuskan bahwa dalam periode berikutnya, pos pengeluaran akan lebih diutamakan pada biaya pemasaran dan mengurangi pembelian bahan baku.
Tanpa adanya laporan keuangan perusahaan manufaktur, pemilik usaha mungkin akan sulit untuk mencari pola transaksi bisnisnya, dan bisa jadi mengulangi kesalahan yang sama tanpa melakukan perbaikan sedikit pun yang dapat membuat bisnis mengalami kerugian. Keputusan tersebut tentu tidak bisa dilakukan dengan hanya mengira-ngira saja, kan?
Dengan melengkapi seluruh komponen laporan keuangan, analisis kesehatan keuangan bisnis yang mendalam dapat dilakukan untuk mengevaluasi praktik bisnis yang telah dilakukannya dalam suatu periode. Tidak hanya bagi pemilik usaha saja, laporan keuangan yang baik juga dapat digunakan untuk membangun kepercayaan publik dan juga meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya.
Setelah membuat laporan keuangan perusahaan manufaktur yang baik dan tidak mengabaikan komponen apa pun di dalamnya, pemilik usaha dapat menyusun strategi bisnis yang lebih baik. Apa lagi jika implementasi strategi tersebut juga didukung oleh penggunaan aplikasi majoo yang memungkinkan pemilik usaha untuk mengelola seluruh bisnisnya dengan lebih mudah.
Menarik, kan? Yuk, segera berlangganan layanan aplikasi majoo sekarang juga!