Hitung Penyusutan dengan Metode Garis Lurus, Begini Caranya!

Penulis Nisa Destiana
16 January 2022 Ditinjau oleh Teguh Dermawan

article thumbnail

Dalam dunia akuntansi, kita mengenal depresiasi atau penyusutan nilai. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa suatu aset akan mengalami pengurangan nilai dari waktu ke waktu.

Istilah depresiasi menunjukkan besarnya nilai dari sebuah aset yang telah digunakan setelah kurun waktu tertentu. Untuk menghitung depresiasi, kamu dapat menggunakan metode garis lurus.

Metode ini dikenal juga dengan sebutan straight line depreciation atau penyusutan metode garis lurus. Straight line basis tidak hanya dapat digunakan untuk menghitung depresiasi, tetapi dapat juga digunakan untuk mengkalkulasi amortisasi. 

Jika perhitungan depresiasi dikenakan pada harta yang tangible atau berwujud, amortisasi berlaku untuk intangible asset. Jadi, amortisasi adalah teknik akuntansi yang digunakan untuk menurunkan nilai aset tidak berwujud secara berkala dalam periode tertentu.

Lalu, bagaimana tahapan cara menghitung penyusutan metode garis lurus? Sebelum membahas detail perhitungannya, mari kita cermati lebih dalam terkait metode akuntansi yang satu ini.

Pengertian Metode Garis Lurus

Straight line basis atau metode garis lurus merupakan metode perhitungan penyusutan aktiva tetap dengan karakteristik nilai beban penyusutan sama setiap tahunnya. Nilai penyusutan tersebut tidak berubah sampai usia ekonomis aset yang bersangkutan habis.

Sebelum membahas lebih jauh terkait perhitungan straight line basis, tentu kamu perlu mengerti definisi penyusutan atau depresiasi itu sendiri.

Secara sederhana, penyusutan adalah perpindahan biaya dari beban secara berkala selama masa penggunaan atau fungsinya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan menggunakan perhitungan depresiasi untuk aset yang bersifat fisik. Sementara itu, pengurangan nilai aset-aset yang tidak berwujud dihitung dengan amortisasi.

Sebagai contoh, amortisasi digunakan untuk menghitung penurunan nilai hak paten atau perangkat lunak. 

Baik depresiasi maupun amortisasi digunakan untuk membebankan aset dalam kurun waktu yang lama, bukan hanya saat pembeliannya saja.


Dengan kata lain, perusahaan bisa meregangkan aset dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh keuntungan dari aset tanpa mengurangi biaya penuh dari laba bersih.

Metode penyusutan garis lurus dihitung dengan membagi perolehan nilai sisa dengan estimasi waktu penggunaan aset. Supaya kamu bisa melihat cara perhitungannya dengan lebih jelas, silahkan simak penjelasan di bawah ini.


Cara Menghitung Penyusutan Metode Garis Lurus

Metode yang satu ini tergolong cukup banyak digunakan oleh perusahaan. Biasanya, straight line basis dipilih untuk menghitung penyusutan harta atau aset yang fungsinya tidak terpengaruh oleh jumlah produk yang dihasilkan bisnis, misalnya bangunan dan peralatan kantor.

Terdapat beberapa komponen yang memengaruhi biaya penyusutan aktiva tetap, yaitu harga perolehan, nilai residu, dan usia ekonomis. Mari kita bahas satu per satu!

  • Harga Perolehan atau Acquisition Cost

Harga perolehan merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap sampai aset tersebut siap digunakan.

Bisa dikatakan, komponen yang satu ini sangat penting dalam perhitungan depresiasi. Pasalnya angka harga perolehan akan menjadi dasar seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan dalam setiap periode akuntansi.

  • Nilai Residu atau Salvage Value

Suatu aset atau aktiva tentu akan memasuki titik habis pakai atau retirement pada waktu tertentu. Jika waktu tersebut tiba, beberapa aktiva mungkin akan atau harus dijual.

Nah, taksiran nilai pada saat penghentian penggunaan aktiva tersebut, disebut dengan salvage cost atau nilai residu.

Tentu saja tidak semua aktiva mempunyai nilai residu sebab ada pula aset yang tidak dijual kembali setelah selesai digunakan. Dilihat dari sisi ekonomi, sudah pasti hal ini kurang direkomendasikan.

  • Usia Ekonomis atau Estimated Economic Life

Rata-rata aset memiliki dua jenis usia, yaitu usia fisik serta usia fungsional. Sesuai namanya, usia fisik berkaitan dengan kondisi fisik aktiva atau aset yang bersangkutan.

Kita bisa menyebut suatu aktiva memiliki usia fisik jika kondisi fisik aktiva tersebut masih baik. Di sisi lain, sebuah aktiva juga mempunyai kontribusi yang terkait penggunaan atau dikenal dengan usia fungsional.

Selama aktiva memberikan kontribusi bagi perusahaan, maka aktiva tersebut masih memiliki usia fungsional.

Usia fungsional atau lebih dikenal dengan sebutan usia ekonomis inilah yang akan dijadikan dasar perhitungan beban penyusutan.

Rumus Metode Garis Lurus

Rumus metode garis lurus tentu melibatkan ketiga komponen tersebut. Kamu dapat menghitungnya dengan rumus berikut ini: