Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pasti sering mengalami depresiasi atau penyusutan. Sebagai contoh, kamu membeli satu unit kulkas dua pintu dengan merek Samsung pada tahun 2020 seharga Rp3.700.000. Karena kamu menggunakan dan merawatnya dengan baik, kulkas tersebut masih berfungsi dengan baik hingga tahun 2022.
Namun, masih sebagus apa pun kondisinya, harga kulkas tersebut mengalami penurunan ketika akan dijual kembali di tahun 2022. Nilainya bisa jadi hanya tinggal separuh dari harga beli. Itulah yang dinamakan penyusutan.
Seiring berjalannya waktu pemakaian suatu barang atau aset, barang tersebut akan terus mengalami penyusutan atau depresiasi karena barang tersebut mengalami keusangan. Meskipun sudah dirawat dengan baik, namun barang tersebut pasti akan mengalami penyusutan nilai.
Depresiasi adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah bisnis. Depresiasi menjadi acuan dalam memperkirakan masa manfaat sebuah aset yang dimiliki. Selain itu, depresiasi juga dapat mengurangi pajak dan mengurangi penghasilan kena pajak yang harus dibayarkan perusahaan.
Penyusutan aktiva perlu dihitung dan dicatat agar laporan laba rugi perusahaan semakin akurat. Untuk menghitung depresiasi, dapat menggunakan metode penyusutan aktiva tetap. Metode penyusutan aktiva tetap adalah metode untuk menghitung biaya aset atau aktiva tetap selama masa penggunaannya.
Sebagai catatan, metode penyusutan aktiva tetap hanya bisa digunakan untuk menghitung beban penyusutan untuk aktiva atau aset yang dimiliki perusahaan dalam upaya menghasilkan pendapatan. Sehingga, jurnal penyusutan aktiva tetap tidak berlaku pada benda-benda yang disewa.
Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap
Sebelum mengenal metode penyusutan aktiva tetap lebih dalam, mari kita mengingat-ingat dulu pengertian penyusutan aktiva tetap.
Dalam akuntansi dasar, terdapat dua jenis aktiva, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar/tetap. Dalam proses operasional perusahaan, aktiva lancar adalah aset dengan likuidasi mudah, seperti uang kas dan piutang jangka pendek. Sedangkan, aktiva tetap adalah aset yang likuidasi sulit, seperti gedung pabrik, mesin-mesin produksi, dan kendaraan operasional.
Aktiva-aktiva tetap tersebut akan mengalami penurunan kualitas, baik karena usia pemakaian maupun karena terlalu sering dipakai. Kondisi inilah yang disebut dengan penyusutan aktiva tetap.
Baca juga: Belajar Akuntansi Dasar Dengan Cara Mudah dan Menyenangkan
Faktor yang Memengaruhi Penyusutan Aktiva Tetap
Berikut beberapa faktor berikut ini harus dipertimbangkan saat menghitung penyusutan aktiva tetap, yaitu:
1. Harga Perolehan Aset (Acquisition Cost)
Faktor pertama yang menentukan penyusutan aktiva tetap adalah harga perolehan aset. Sebelum menghitung nilai penyusutan aset, kamu wajib mengetahui terlebih dulu berapa harga aktiva - baik dalam kondisi baru atau bekas - sebelum dimiliki perusahaan. Harga perolehan tersebut akan digunakan sebagai dasar depresiasi nilai aktiva tiap periode tertentu.
2. Umur Ekonomis (Estimated Economic Life)
Faktor kedua yang perlu diperhatikan sebelum menghitung penyusutan aktiva tetap adalah umur aktiva. Artinya, umur ekonomis berhubungan dengan kondisi fisik aset dan manfaat yang dimiliki aset ketika digunakan hingga akhirnya tidak berguna sama sekali.
3. Nilai Residu
Nilai residu adalah nilai aktiva tetap setelah dikurangi nominal depresiasi setiap periode tertentu. Artinya, nilai residu merupakan perkiraan nilai aset yang akan masuk ke dalam kas jika aset tersebut dijual pada saat penarikan atau penghentian aset. Nilai ini bergantung pada usia ekonomis aset tetap setelah dimanfaatkan. Namun, tidak semua aset tetap memiliki nilai residu.
Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Cara Menghitungnya
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), terdapat lima metode penyusutan aktiva tetap, yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode satuan jam kerja, dan metode satuan hasil produksi. PSAK sendiri merupakan standarisasi keuangan dan akuntansi yang disetujui oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IKI).
1. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode penyusutan aktiva tetap garis lurus adalah metode yang biaya penyusutannya tetap sama setiap tahunnya hingga umur ekonomis aset tetap tersebut telah berakhir karena usang atau rusak.
Contoh perhitungan depresiasi menggunakan metode penyusutan aktiva tetap garis lurus dapat disimak sebagai berikut:
Pada tahun 2020, Pak Daniel membeli mesin pabrik seharga Rp50.000.000 dengan nilai residu sebesar Rp5.000.000. Diperkirakan masa manfaat mesin ini dapat digunakan hingga 5 tahun ke depan. Maka perhitungan beban penyusutannya tiap tahun adalah:
= (Rp50.000.000 – Rp5.000.000): 5
= Rp45.000.000: 5
= Rp9.000.000 per tahun
Baca juga: Hitung Penyusutan dengan Metode Garis Lurus, Begini Caranya!
2. Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Metode penyusutan aktiva tetap yang satu ini cukup sering digunakan oleh para akuntan untuk menghitung depresiasi aset dengan cepat. Dengan metode ini, dapat mengetahui secara cepat nilai penyusutan aset yang terjadi selama awal tahun masa penggunaannya.
Bila menggunakan contoh soal yang sama dengan metode penyusutan garis lurus, perhitungannya adalah sebagai berikut:
⅕ tahun x 100% = 20% x 2 = 40 %
Maka perhitungan biaya penyusutan per tahunnya menurut metode saldo menurun dari soal yang sama dengan metode garis lurus adalah:
Tahun |
Harga Mesin |
Penyusutan |
% Tarif Depresiasi |
Akun Penyusutan |
Nilai Buku |
0 |
Rp50.000.000 |
40% |
Rp50.000.000 |
||
1 |
Rp50.000.000 |
Rp20.000.000 |
40% |
Rp.20.000.000 |
Rp.30.000.000 |
2 |
Rp30.000.000 |
Rp12.000.000 |
40% |
Rp32.000.000 |
Rp18.000.000 |
3 |
Rp18.000.000 |
Rp7.200.000 |
40% |
Rp39.200.000 |
Rp10.800.000 |
4 |
Rp10.800.000 |
Rp4.320.000 |
40% |
Rp43.520.000 |
Rp6.480.000 |
5 |
Rp6.480.000 |
Rp2.592.000 |
40% |
Rp46.112.000 |
Rp3.888.000 |
3. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Menggunakan metode jumlah angka tahun, nilai depresiasi aktiva tetap tiap tahunnya akan semakin menurun.
Contoh: Pada tahun 2020, Pak Daniel membeli mesin pabrik seharga Rp50.000.000 dengan nilai residu sebesar Rp5.000.000. Diperkirakan masa manfaat mesin ini dapat digunakan hingga 5 tahun ke depan. Maka perhitungan beban penyusutannya tiap tahun adalah 1+2+3+4+5 = 15 sebagai nilai penyebutnya. Sementara itu, urutan tahun menjadi pembilangnya.
Selengkapnya dapat diperhatikan pada tabel berikut ini yang dikutip dari laman rusdionoconsulting.com:
Tahun |
Biaya Penyusutan |
Akun. Penyusutan |
Nilai Buku |
2020 (5/15) |
Rp15.00.000 |
Rp15.00.000 |
Rp35.000.000 |
2021 ( 4/15) |
Rp12.000.000 |
Rp27.000.000 |
Rp23.000.000 |
2022 (3/15) |
Rp9.000.000 |
Rp36.000.000 |
Rp14.000.000 |
2023 (2/15) |
Rp6.000.000 |
Rp42.000.000 |
Rp8.000.000 |
2024 (1/15) |
Rp3.000.000 |
Rp45.000.000 |
Rp5.000.000 |
4. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)
Dalam metode penyusutan jam kerja, beban penyusutan aset perhitungannya berdasarkan pada jumlah satuan produk yang dihasilkan.
Sebagai contoh, mesin yang dibeli Pak Daniel pada 2020 tersebut memiliki kemampuan kapasitas produksi selama 10.000 jam. Rata-rata produksi per tahunnya sekitar 2.500 jam. Maka, perhitungan nilai penyusutannya adalah sebagai berikut:
Rp50.000.000 – Rp5.000.000 = Rp45.000.000 : 10.000 jam = 4.500/jam.
Nilai penyusutan per tahunnya dapat dihitung dengan cara:
4.500 x 2.500 jam = Rp11.250.000
Sehingga, besaran beban penyusutannya adalah sebesar Rp11.250.000 per tahun.
5. Metode Penyusutan Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)
Metode ini menghitung beban depresiasi berdasarkan pada jumlah satuan produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan. Perhitungannya adalah dengan mengalikan jam dari satuan produksi dengan tarif penyusutan setiap produk.
Sebagai contoh, mesin yang dibeli oleh Pak Daniel pada 2020 tersebut memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 unit. Rata-rata hasil produksi per tahunnya adalah 2.500 unit. Maka, perhitungan nilai penyusutan per tahunnya adalah sebagai berikut:
Rp50.000.000 – Rp5.000.000 = Rp45.000.000 : 10.000 unit = 4.500/unit.
Nilai penyusutan per tahunnya dapat dihitung dengan cara:
4.500 x 2.500 unit = Rp11.250.000 per tahun.
Sehingga, besaran beban penyusutannya adalah sebesar Rp11.250.000 per tahun.
Kekurangan dan Kelebihan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Masing-masing metode penyusutan memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan masing-masing metode penyusutan aktiva tetap:
Metode Penyusutan Aktiva Tetap |
Kekurangan |
Kelebihan |
Metode Garis Lurus |
· Beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan masing-masing tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi · Selain itu, karena manfaat ekonomis aktiva setiap tahunnya sama, beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan. |
Metode penyusutan garis lurus banyak digunakan dalam perusahaan-perusahaan karena pengaplikasiannya lebih mudah. |
Metode Saldo Menurun |
Lebih rumit dan sulit diaplikasikan dalam akuntansi karena banyaknya variabel perhitungan yang harus dilibatkan |
Lebih hemat dari segi biaya bila dibandingkan dengan metode penyusutan garis lurus. |
Metode Jumlah Angka Tahun |
· Penyusutannya dipercepat berdasarkan pertimbangan biaya maintenance atau perawatan. · Dibatasi aturan pajak, sehingga jarang digunakan oleh perusahaan. |
Lebih hemat dari segi biaya. |
Metode Satuan Jam Kerja |
Penyusutan aset tetap metode satuan jam kerja ini pada prakteknya sering kali diabaikan karena alasan perpajakan. |
Lebih hemat dari segi biaya. |
Metode Satuan Hasil Produksi |
Jika kapasitas produksi berkurang karena adanya pesaing baru yang lebih efisien dan efektif, maka cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. |
Lebih hemat dari segi biaya. |
Kesimpulan
Pada dasarnya, berbagai metode penyusutan aktiva tetap digunakan untuk menghitung nilai atau besaran penyusutan yang terjadi pada aktiva tetap milik perusahaan. Aktiva tetap sendiri berarti aset milik perusahaan yang punya masa manfaat ekonomis, atau bisa berguna secara komersial lebih dari 1 tahun. Contohnya adalah bangunan, mesin-mesin pabrik, kendaraan, dan lain-lain.
Dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16, setiap pemilik bisnis diperbolehkan untuk memilih metode penyusutan aktiva tetap yang paling mencerminkan karakteristik penggunaan aset tersebut. Pemilihan metode penyusunan aktiva tetap akan memengaruhi jumlah laba atau keuntungan yang akan kita laporkan ke investor dalam bentuk laporan keuangan.
Jika kamu masih menemui kesulitan dalam menghitung nilai penyusutan, segera berlangganan aplikasi keuangan majoo dari sekarang! Karena dengan aplikasi majoo, kamu bisa dengan mudah menghitung depresiasi atau akumulasi penyusutan aset dibandingkan dengan metode manual.
Ayo berlangganan majoo sekarang juga!