Prinsip dasar akuntansi biasa digunakan oleh para akuntan dalam menyusun sebuah laporan keuangan. Laporan keuangan baru akan bisa dibilang baik dan benar jika memang sudah menuruti prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar dan prosedur ilmu akuntansi.
Laporan keuangan dibutuhkan untuk memantau kondisi keuangan sebuah bisnis atau perusahaan dari laporan laba rugi. Karena itulah, dalam penyusunannya diperlukan data yang tepat dan akurat, agar hasilnya sesuai dan valid. Dengan menerapkan prinsip dasar akuntansi yang terstruktur dengan rapi, maka laporan keuangan pun akan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh seluruh pihak yang bersangkutan.
Pengertian akuntansi sendiri adalah proses identifikasi, pengukuran, dan pembuatan laporan informasi keuangan atau ekonomi dengan tujuan agar memungkinkan adanya penilaian yang jelas bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan tersebut.
Baca Juga: Pengertian dan Manfaat Akuntansi dalam Dunia Bisnis
Tujuan Penggunaan Prinsip Dasar Akuntansi
Di Indonesia, ada lembaga atau badan khusus yang bertugas mengatur regulasi, aturan, dan segala kebijakan yang berhubungan dengan akuntansi, yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Prinsip dasar akuntansi adalah hal yang strukturnya juga diatur oleh IAI ini. Prosedur akuntansi yang disamaratakan ini dikenal juga dengan nama Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU).
Adapun tujuan ditetapkannya prinsip dasar akuntansi ini, yaitu:
- agar tercipta kesesuaian antara pengguna akuntansi satu dengan yang lainnya;
- agar laporan keuangan dapat memenuhi standar pengungkapan yang memadai;
- agar persepsi dan pandangan bisa muncul secara objektif terhadap produk akuntansi yang akan menghindarkan dari permasalahan yang berkelanjutan.
10 Prinsip Dasar Akuntansi
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip akuntansi yang mengacu pada biaya historis atau historical cost principle ini mengharuskan kamu untuk mampu melakukan pencatatan terhadap biaya yang dikeluarkan baik untuk memperoleh barang maupun jasa. Dengan kata lain, jika pencatatan transaksi keuangan atas sebuah barang sudah didapatkan oleh sebuah perusahaan, maka pencatatan keuangannya berdasarkan pada berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut.
2. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Dalam proses penyusunan laporan keuangan, metode dan standar yang digunakan sebaiknya diterapkan secara konsisten. Misalnya, perusahaan kamu menggunakan sistem accrual basis, maka sistem ini tidak boleh berganti-ganti dengan sistem yang lain. Hal ini nantinya yang akan memudahkan pihak perusahaan untuk melihat dan membandingkan laporan keuangan dalam periode-periode sebelumnya.
3. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Pengertian pendapatan adalah aliran harta yang masuk (aktiva) atau didapatkan dari penyerahan barang/jasa. Prinsip pengakuan pendapatan ini mengharuskan kamu untuk mencatat harta tersebut sebagai pendapatan.
Misalnya, jika perusahaan kamu mendapat Rp2.000.000 dari hasil penjualan inventaris lain, maka artinya, selain diakui sebagai harta, nominal tersebut juga harus dimasukkan ke dalam akun pendapatan.
4. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)
Pada prinsip dasar akuntansi dengan entitas ekonomi, perusahaan didefinisikan sebagai sebuah kesatuan usaha, yang terpisah atau berdiri sendiri dari entitas ekonomi. Maksudnya, aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan harus dipisah dengan aset milik pribadi. Kamu tidak boleh mencampurkan laporan keuangan akuntansi perusahaan dengan keuangan pribadi atau pihak manapun.
5. Prinsip Mencocokkan (Matching Principle)
Prinsip akuntansi ini mempertemukan pendapatan yang diterima perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini ditujukan untuk mengetahui nominal keuntungan bersih dalam periode tertentu.
6. Prinsip Pengungkapan Secara Lengkap (Full Disclosure Principle)
Prinsip ini bisa dibilang adalah prinsip dasar akuntansi yang paling utama, karena mengharuskan penyajian informasi pada laporan keuangan secara lengkap atau penuh, tanpa ada yang terlewatkan. Hal ini bertujuan untuk membuat para pemakai informasi akuntansi tidak merasa bingung dengan laporan keuangan yang setengah jadi. Jika memang ada informasi yang tidak bisa dimasukkan ke dalam laporan keuangan, kamu bisa menambahkan keterangan berupa catatan kaki atau lampiran tambahan.
7. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)
Prinsip dasar akuntansi yang satu ini biasa disebut juga dengan prinsip kurun waktu. Maksudnya adalah laporan keuangan sebuah bisnis atau perusahaan harus dibatasi dalam kurun periode tertentu. Misalnya, laporan keuangan semester, dimulai di bulan Januari sampai dengan Juni. Tujuannya agar laporan tersebut mudah untuk diketahui dan diukur dengan baik.
8. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan akuntansi secara bernilai nominal atau material. Artinya adalah suatu informasi akuntansi memiliki nilai nominal dan bisa dijual. Prinsip ini juga yang menentukan apakah sebuah laporan keuangan perlu ditulis ulang atau hanya dikoreksi saja.
9. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern)
Prinsip akuntansi kesinambungan usaha atau going concern ini menganggap bahwa sebuah usaha ekonomi akan terus berjalan secara berkesinambungan dan konsisten, kecuali bila ternyata ada peristiwa atau masalah khusus yang bisa menyebabkan pemberhentian bisnis.
10. Prinsip Satuan Moneter
Dalam prinsip akuntansi ini, segala bentuk pencatatan transaksi hanya bisa dinyatakan dalam bentuk yang bisa diukur, misalnya mata uang. Hal ini berarti bahwa prinsip ini tidak melibatkan faktor kualitatif lainnya seperti kualitas, kinerja, prestasi, dan lain-lain. Alasannya adalah karena faktor-faktor tersebut tidak dapat diukur dalam bentuk uang.
Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi dalam Proses Akuntansi
Setelah mengetahui apa saja prinsip-prinsip akuntansi yang diperlukan dalam pembuatan atau penyusunan sebuah laporan keuangan yang sesuai dengan struktur ilmu akuntansi, maka kamu sudah bisa mulai melakukan penerapan hal tersebut dalam proses akuntansi. Dalam ilmu akuntansi, proses akuntansi dibagi menjadi 6 tahap, yaitu:
1. Pencatatan Data Transaksi
Tahap pencatatan data transaksi ini merupakan awal mula siklus akuntansi. Hal ini juga bisa dianggap sebagai bagian terpenting dalam proses akuntansi. Seluruh data transaksi dikumpulkan, lalu dianalisis apakah transaksi tersebut sudah sah dan sesuai. Selanjutnya, setiap transaksi akan dicatat dan dibukukan dengan baik dan sesuai dengan kenyataan, proses ini biasa disebut dengan kegiatan pencatatan jurnal.
Baca Juga: Mengenal Bukti Transaksi dari Definisi Hingga Contohnya
2. Pengelompokkan Data Transaksi
Pada awalnya, seluruh data transaksi masih bercampur satu dengan yang lainnya. Karena itu, data yang ada perlu untuk dikelompokkan menurut kategori-kategori yang sudah ditentukan dan menyesuaikan dengan jenis transaksi masing-masing akun. Hal ini penting untuk memudahkan kamu menyusun laporan keuangan.
3. Pembuatan atau Penyusunan Laporan Data Transaksi
Setelah data dicatat dan dikelompokkan, biasanya akan dibuat neraca percobaan atau neraca saldo. Lalu, dibuat juga jurnal penyesuaian atau yang biasa dikenal dengan nama Ayat Jurnal Penyesuaian (AJP). Kemudian, barulah laporan keuangan dapat dibuat dan disajikan untuk setiap periodenya. Laporan ini juga terdiri dari beberapa bagian, yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan juga laporan arus kas.
4. Penutupan Buku
Agar akun pendapatan dan beban terakumulasi tidak tercampur dengan periode selanjutnya, maka kamu perlu membuat penutupan akun sehingga saldo menjadi nol pada setiap akhir periode. Selisih antara beban dengan pendapatan akan menghasilkan jumlah nilai tertentu yang disebut laba atau rugi. Penutupan buku bisa dilakukan dengan cara memasukan jurnal pembalik. Pendapatan yang umumnya dijurnal pada sisi kredit, akan ditempatkan pada sisi debit.
5. Pembuatan Penyesuaian Kembali
Tahap pembuatan penyesuaian kembali pascaperiode penutupan Ini adalah langkah terakhir dalam proses akuntansi, sebelum bisa dilakukan analisis. Tujuan pembuatannya adalah untuk memastikan seluruh kelompok akun pendapatan dan beban telah ditutup. Kemudian untuk memastikan juga bahwa seluruh saldo dalam akun kelompok neraca telah dalam kondisi yang seimbang dan siap menjadi saldo awal pada pembukaan buku untuk periode akuntansi berikutnya.
6. Tahapan Analisis Hasil Laporan
Dari keseluruhan proses akuntansi yang sudah dijelaskan tadi, jika laporan dianggap selesai, maka dari laporan keuangan tersebut akan muncul berbagai informasi penting terkait keuangan perusahaan, seperti laporan laba rugi, laporan arus kas, dan lain sebagainya. Informasi-informasi inilah yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan analisis dan evaluasi kondisi finansial perusahaan.
Penutup
Prinsip dasar akuntansi adalah unsur penting yang perlu diterapkan dalam proses pembuatan sebuah laporan keuangan. Tujuannya agar aturan dan kebijakan yang digunakan dalam perhitungan akuntansi memiliki perspektif yang sama antara satu akuntan dengan yang lainnya.
Ada 10 prinsip dasar akuntansi yang bisa kamu terapkan saat menyusun laporan keuangan. Semuanya penting, dan diusahakan untuk tidak melewatkan satu prinsip pun agar hasil laporan bisa didapat dengan maksimal.
Setelah mengetahui apa saja prinsip akuntansi yang kamu perlukan, maka berikutnya proses akuntansi bisa langsung dimulai. Ada beberapa tahapan dalam proses akuntansi, mulai dari pencatatan data transaksi sebagai awal mula siklus perhitungannya sampai dengan tahap analisis yang dilakukan saat laporan keuangan sudah selesai dibuat.
Pada dasarnya, proses akuntansi dalam pembuatan laporan keuangan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terlebih lagi bila kamu memang bukanlah seorang akuntan dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai ilmu akuntansi. Diperlukan adanya ketelitian, ketekunan, dan juga fokus yang tinggi untuk melakukan hal ini dengan baik.
Menggantungkan diri pada staf admin atau karyawan yang tidak kompeten di bidang akuntansi untuk membuat sebuah laporan keuangan yang berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi hanya akan membuat laporan tersebut memiliki peluang untuk mengalami kesalahan perhitungan atau pencatatan. Padahal, sebenarnya hal ini bisa dihindari atau diminimalisir jika kamu mau untuk mencoba menggunakan aplikasi keuangan digital seperti majoo.
Dengan menggunakan majoo aplikasi kasir online, maka seluruh transaksi yang terjadi dalam bisnis atau perusahaan kamu, akan tercatat dengan rapi dan detail. Tidak perlu lagi yang namanya mencatat secara manual, dan pastinya juga mengurangi peluang terjadinya kesalahan dalam pencatatan transaksi.
Fitur yang bisa kamu dapatkan juga ada banyak, mulai dari aplikasi owner sampai dengan pencatatan inventory agar lebih mudah untuk melakukan pengecekan stok barang. Istimewanya, harga berlangganan aplikasi ini juga sangat terjangkau, bahkan untuk bidang usaha mikro dan menengah. Hemat biaya, hemat waktu, dan juga hemat tenaga dalam satu aplikasi. Segera berlangganan yuk!