Sebenarnya, menjadikan laba atau keuntungan sebagai indikator kesuksesan tidaklah salah, namun memang tidak bisa selamanya hal tersebut dijadikan sebagai patokan. Bahkan, nilai keuntungan yang didapatkan belum bisa dijadikan tolok ukur bahwa perusahaan tersebut sudah menerapkan efisiensi kerja.
Efisiensi kerja sebuah perusahaan bisa kamu ketahui dengan menggunakan perhitungan berbagai rasio keuangan, seperti rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio profitabilitas. Kali ini, yang akan kita bahas adalah perhitungan dengan menggunakan rasio rentabilitas.
Pengertian Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas berperan cukup penting bagi suatu perusahaan karena berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Rasio rentabilitas ini merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu.
Secara sederhana, rasio rentabilitas bisa didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio rentabilitas dapat menunjukkan kemampuan sebuah aset agar bisa mengembalikan modal. Inilah tadi alasannya rasio ini disebut sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan hidup perusahaan.
Analisis rasio rentabilitas cukup efektif untuk mencegah maupun mengendalikan kemungkinan timbulnya penyimpangan yang dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja perusahaan. Bisa juga mendorong memaksimalkan efisiensi perusahaan dalam meraih keuntungan.
Selain itu, yang juga tidak kalah penting adalah analisis rasio rentabilitas bisa digunakan sebagai tolok ukur saat pengambilan keputusan terkait dengan pemenuhan kebutuhan keuangan perusahaan. Dari hasil analisis tersebut, perusahaan bisa memutuskan untuk menggunakan bantuan modal asing secara kredit atau menggunakan modal sendiri.
Cara menghitung rasio rentabilitas dapat dilakukan melalui perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan modal usaha yang sudah dikeluarkan. Rumus rasio rentabilitas secara umum yang sering digunakan adalah:
L/M
Keterangan:
L adalah laba yang dihasilkan
M adalah modal yang dikeluarkan untuk menghasilkan laba.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi rasio rentabilitas adalah:
- Biaya modal
- Volume penjualan
- Efisiensi manajemen terutama dalam menekan biaya, dan
- Produktivitas tenaga kerja
Baca Juga: Rumus Laba dan Cara Menghitung Laba yang Benar dalam Bisnis
Jenis-Jenis Rentabilitas
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, ada dua jenis rasio rentabilitas yang perlu untuk dipahami, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri.
Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi merupakan rasio yang biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari modal asing maupun modal pribadi.
Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk bisa menghasilkan laba yang berasal dari modal keuangan pribadi.
Manfaat Rasio Rentabilitas
Dari penjelasan di atas, bisa kamu simpulkan bahwa ternyata ada beberapa manfaat yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio rentabilitas, antara lain:
-
untuk mengukur perolehan laba dalam satu periode tertentu;
-
untuk menilai posisi laba dari tahun ke tahun;
-
untuk mengevaluasi perkembangan laba dari waktu ke waktu;
-
untuk mengetahui perbandingan laba sebelum pajak dengan total aset;
-
untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan, baik modal sendiri atau modal pinjaman.
Cara Menghitung Rasio Rentabilitas
Dalam cara menghitung rasio rentabilitas, terdapat beberapa ukuran rasio rentabilitas yang sering digunakan, yaitu:
Profit Margin
Profit margin adalah cara menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit dalam tingkat penjualan tertentu. Laporan profit margin ini dapat kamu ketahui melalui laporan common size yang biasanya terdapat pada laporan laba-rugi di bagian baris paling akhir.
Untuk rumus perhitungan profit margin bisa dilakukan dengan rumus:
Gross profit margin = (total penjualan – harga pokok penjualan) : total penjualan
Gross Profit Margin
Selanjutnya, ada gross profit margin atau biasa disebut juga margin laba kotor. Gross profit margin adalah perbandingan pendapatan laba kotor yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu dibandingkan dengan besarnya tingkat penjualan dalam satu periode yang sama.
Perhitungan ini akan membantu untuk mengetahui jumlah laba kotor yang diperoleh suatu perusahaan sebelum dikurangi biaya operasional dan produksi. Semakin besar suatu perusahaan bisa mengontrol rasionya, semakin besar pula laba yang bisa didapatkan.
Rumus perhitungannya adalah:
Gross Profit Margin = Laba kotor / pendapatan penjualan
Sebelum kamu melakukan perhitungan gross profit margin akan lebih baik bila kamu menghitung jumlah laba kotor terlebih dahulu. Jadi, setelah mendapatkan hasil perhitungan harga kotor atau gross profit, kamu juga bisa melanjutkan menghitung gross profit margin.
Net Profit Margin
Kebalikan dari gross profit margin, net profit margin atau laba bersih adalah rasio yang biasa digunakan untuk mengukur jumlah atau besaran laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan setelah dikurangi berbagai macam hal.
Semakin tinggi rasio net profit margin, semakin besar pula laba bersih yang dihasilkan. Untuk bisa mendapatkan net profit yang tinggi, maka dari segi penjualan juga harus ditingkatkan.
Rumus perhitungan rasionya adalah:
Net profit margin = Laba bersih setelah pajak /penjualan bersih
Beberapa pendapat mengemukakan bahwa perhitungan net profit margin digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen dalam mengelola sebuah perusahaan. Selain itu juga bisa digunakan oleh para investor untuk memperkirakan profitabilitas di masa depan.
Return on Investment (RoI)
Return on investment atau biasa disebut ROI adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk menutup biaya yang sudah dikeluarkan saat investasi. Laba yang digunakan untuk menutup biaya investasi ini adalah laba bersih setelah dikenakan pajak.
Rumus perhitungan ROI sebagai berikut.
ROI = (total penjualan – investasi) / investasi x 100%
Return on Assets (RoA)
Terakhir, ada yang dinamakan perhitungan return on assets atau biasa disebut rentabilitas ekonomis. Return on assets merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan mengandalkan semua aktiva yang dimiliki. Laba yang digunakan untuk menutup aset ini adalah laba sebelum terkena bunga bank dan pajak atau disebut Earning Before Interest and Taxes (EBIT).
Rumusnya adalah:
ROA = Laba setelah pajak / total asset
Baca Juga: Menghitung Efisiensi Aset dengan Rumus Return on Asset
Return on equity (ROE)
Penerapan perhitungan return on equity (ROE) sama dengan tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham yang terkait dengan persentase laba bersih perusahaan. Analis saham dan investor dapat dengan teliti mengamati ROE perusahaan untuk menentukan bisnis tersebut menghasilkan keuntungan secara terus-menerus atau tidak.
Rasio ROE yang menguntungkan biasanya dijadikan sebagai alasan untuk membeli saham perusahaan karena perusahaan yang memiliki rasio ROE tinggi kurang mengandalkan pembiayaan utang dan lebih mampu menghasilkan kas secara internal.
Margin EBITDA
Laba Sebelum Bunga, Pajak, Penyusutan dan Amortisasi atau Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA) termasuk dalam rasio rentabilitas perusahaan sebelum biaya non-operasional dikurangi.
Biaya non-operasional antara lain adalah item seperti bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang tidak diperhitungkan.
Penggunaan perhitungan EBITDA seringkali sebagai pengganti pendapatan laba bersih dan ukuran kinerja perusahaan yang lebih tepat karena menunjukkan rentabilitas perusahaan sebelum pemotongan keuangan dan akuntansi.
Margin Arus Kas
Margin arus kas umumnya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan dan arus kas operasi. Rasio ini akan mengukur cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengubah penjualan menjadi uang tunai.
Persentase arus kas yang tinggi memungkinkan perusahaan memiliki lebih banyak kas yang tersedia untuk membayar dividen, pemasok, utang jasa, dan utilitas. Namun, margin arus kas negatif akan menyebabkan perusahaan menderita kerugian, meskipun mereka menghasilkan laba atau penjualan.
Perusahaan dengan arus kas yang tidak memadai dapat memilih untuk meminjam uang atau mengumpulkan uang dari investor untuk melanjutkan operasinya.
Kesimpulan
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan dengan cara mengukur perbandingan antara laba kotor dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.
Selain itu, manfaat lain dari analisis rasio rentabilitas adalah untuk mengukur keuntungan bersih yang disesuaikan dengan jenis-jenis laba yang didapat berdasarkan penjualan.
Rasio rentabilitas merupakan rasio keuangan yang penting untuk mengetahui seberapa baik kinerja bisnis dan kesehatan finansial di perusahaan. Pada dasarnya, jika kamu sudah menghitung seluruh rasio keuangan perusahaan, artinya kamu telah mengenal apa itu rentabilitas. Jadi, sebaiknya pastikan bahwa perhitungannya sudah cukup akurat agar bisa digunakan sebagai acuan.
Dari pembahasan singkat mengenai pengertian dan cara menghitung rasio rentabilitas tadi, perlu kamu pahami juga bahwa keberhasilan menghasilkan laba atau keuntungan yang besar tidak lepas dari manajemen keuangan perusahaan yang baik.
Jika kamu bisa menjalankan manajemen keuangan dengan baik, akan lebih mudah nantinya dalam merencanakan strategi perusahaan, mengetahui jumlah utang, sampai dengan menghindari kesalahan pengelolaan dana, dan lain sebagainya.
Semakin besar rasio rentabilitas yang didapatkan perusahaan, semakin mudah pula bagi perusahaan untuk dapat memahami kondisi periode bisnis selanjutnya, yaitu untuk menggunakan modal pinjaman atau modal perusahaan sendiri.
Agar mendapatkan hasil perhitungan rasio yang maksimal dalam efektivitas keuangan perusahaan, sudah saatnya kamu menggunakan teknologi seperti aplikasi keuangan dari majoo. Demi bisnis yang lancar dan lebih maju, sebaiknya kamu berlangganan majoo mulai dari sekarang. Setuju, kan?