Apakah kamu tahu? Bahwa risiko likuiditas adalah salah satu aspek penting dalam dunia keuangan yang perlu kamu pahami dengan baik, lho!
Risiko ini berkaitan dengan kemampuanmu untuk mengubah aset atau instrumen keuangan menjadi uang tunai dengan cepat dan tanpa harus menjualnya dengan harga yang sangat rendah.
Risiko likuiditas bisa muncul dan berdampak serius pada stabilitas keuanganmu, lho! Oleh karena itu, penting untuk kamu memahami pengertian risiko likuiditas, penyebabnya, dan cara mengelolanya dengan bijak, ya.
Di artikel ini akan dijelaskan dengan lengkap, mulai dari pengertian langkah-langkah yang bisa kamu ambil untuk mengatasi dan mengurangi risiko ini dalam berbagai situasi finansial. Simak, yuk!
Apa Itu Risiko Likuiditas?
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa risiko likuiditas adalah kemungkinan kamu menghadapi kesulitan saat ingin menjual aset atau instrumen keuangan dengan cepat tanpa harus menjualnya dengan harga yang sangat rendah.
Aset yang lebih mudah diperdagangkan, seperti mata uang populer atau saham perusahaan besar, cenderung memiliki risiko likuiditas yang lebih rendah. Sementara itu, aset yang lebih jarang diperdagangkan, seperti saham perusahaan kecil atau obligasi langka, bisa memiliki risiko likuiditas yang lebih tinggi.
Jadi, risiko likuiditas bisa berdampak serius terutama ketika kamu memerlukan uang dengan cepat untuk keperluan mendesak. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk memahami tingkat likuiditas asetmu dan mempertimbangkan risiko ini saat merencanakan investasi atau keuangan bisnismu.
Baca Juga: Likuiditas Adalah Kemampuan Perusahaan dalam Hal Apa?
Pengukuran Risiko Likuiditas
Untuk mengukur risiko likuiditas, kamu bisa menggunakan pengukuran berikut ini:
1. Arus Kas
Untuk melihat arus kas masuk dan keluar secara rinci, kamu perlu mengukur risiko likuiditas. Kamu harus memantau arus kas keluar melebihi arus kas masuk atau tidak pada setiap periode sehingga kamu dapat mengindikasi adanya potensi masalah likuiditas di masa. Pengukuran ini juga akan membantu kamu dalam memahami kesulitan memenuhi kewajiban finansial pada setiap periode berjalan, ya.
2. Rasio Keuangan
Loan-to-Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini mengukur seberapa besar pinjaman bank dengan jumlah deposit yang diterima dari nasabah. Semakin tinggi nilai LDR, semakin besar potensi risiko likuiditas.
Jika bank memiliki banyak pinjaman dan sedikit deposit, mereka mungkin kesulitan mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin menarik depositnya.
Current Ratio
Rasio ini membandingkan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Jika nilai rasio lebih rendah dari 1, itu menunjukkan risiko likuiditas. Jika aset lancarmu tidak cukup besar untuk membayar kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, kamu mungkin kesulitan mengatasi kewajiban tersebut.
Deposan Inti dan Deposan Noninti
Deposan inti adalah jenis deposit yang dianggap stabil dan cenderung tetap di bank dalam jangka panjang. Sedangkan deposan noninti, lebih rentan terhadap penarikan dan perubahan dalam jangka pendek.
Jika bank memiliki lebih banyak deposit noninti dan sedikit deposit inti, tentunya bisa meningkatkan risiko likuiditas, karena deposit noninti cenderung lebih mudah ditarik.
Penyebab Risiko Likuiditas
Setelah mengetahui pengertian dan cara mengukur risiko likuiditas, terdapat beberapa penyebab dari risiko likuiditas ini, yakni:
Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran
Risiko likuiditas bisa timbul jika ada sedikit pembeli dibandingkan penjual di pasar, sehingga kamu harus menjual aset dengan harga rendah atau tidak dapat menjualnya sama sekali.
Kondisi Pasar yang Tidak Stabil
Volatilitas atau ketidakstabilan pasar dapat mengurangi minat pembeli dan membuat kamu sulit untuk menjual aset dengan harga yang kamu inginkan.
Tipe Aset atau Instrumen
Aset yang kurang likuid, seperti saham perusahaan kecil atau obligasi dengan volume perdagangan rendah, bisa meningkatkan risiko likuiditas, ya.
Ketergantungan pada Sumber Pembiayaan
Jika kamu sangat bergantung pada satu sumber pembiayaan tertentu, risiko likuiditas dapat timbul jika sumber itu tiba-tiba terhenti.
Perubahan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang berubah dapat memengaruhi likuiditas pasar secara keseluruhan dan berdampak pada kemampuanmu untuk menjual aset.
Krisis Keuangan Global
Krisis keuangan global atau ketidakstabilan ekonomi juga dapat mengurangi minat investor dan pembeli sehingga aset sulit dijual sesuai dengan harga yang kamu inginkan.
Dampak Risiko Likuiditas
Sekarang, mari kita bahas lebih lanjut mengenai dampak risiko likuiditas. Dampak ini penting untuk dipahami, karena risiko ini bisa memiliki konsekuensi yang signifikan bagi bisnismu, ya.
Risiko likuiditas bisa memiliki dampak yang cukup serius dalam situasi tertentu, lho! Dampak ini terjadi ketika kamu memiliki aset atau instrumen keuangan yang sulit untuk dijual dengan cepat atau dengan harga yang wajar. Yuk, kita lihat beberapa dampak utama dari risiko likuiditas!
Harga Jual yang Rendah
Salah satu dampak utama dari risiko likuiditas adalah ketika kamu perlu menjual aset dengan cepat, tapi tidak ada banyak orang yang bersedia membeli. Tentunya, hal ini akan membuatmu terjebak dengan harga jual yang lebih rendah dari harga wajar. Kamu mungkin harus mengorbankan sebagian besar nilai asetmu hanya untuk mendapatkan uang tunai secepat mungkin.
Kerugian Finansial
Terkait dengan dampak pertama, kamu bisa mengalami kerugian finansial yang signifikan, lho! Dampak ini akan memengaruhi rencana keuangan jangka panjang bisnismu.
Kesulitan Membayar Utang atau Kewajiban
Jika kamu memiliki utang atau kewajiban finansial mendesak, risiko likuiditas menjadi masalah serius. Kamu mungkin tidak memiliki cukup uang tunai untuk membayar utang atau menghadapi kewajiban lainnya tepat waktu sehingga menyebabkan masalah lebih lanjut seperti denda atau penalti.
Dampak-dampak dari risiko likuiditas di atas bisa merugikan bisnismu, bukan? Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk selalu memahami tingkat likuiditas asetmu, merencanakan keuangan dengan cermat, dan mempertimbangkan risiko ini dalam pengambilan suatu keputusan finansial bisnis.
Baca Juga: Mengenal Pentingnya Rasio Likuiditas Bagi Bisnis
Cara Mengatasi Risiko Likuiditas
Kamu memiliki beberapa opsi yang dapat membantu mengurangi risiko likuiditas, lho! Berikut beberapa cara yang bisa kamu pertimbangkan, antara lain:
Diversifikasi Portofolio
Salah satu cara terpenting untuk mengurangi risiko likuiditas adalah dengan melakukan diversifikasi portofolio investasimu. Dengan memiliki berbagai jenis aset, misalnya saham, obligasi, properti, dan lainnya, kamu dapat meminimalisir dampak risiko likuiditas pada seluruh portofoliomu. Jika satu aset tidak likuid, aset lain masih bisa dijual dengan lebih mudah.
Mengelola Kas Secara Efisien
Penting untuk kamu memiliki manajemen kas yang efisien, terutama jika kamu memiliki bisnis. Dengan mengelola aliran kas dengan baik, kamu bisa memastikan bahwa kamu memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mendesak.
Pertimbangkan Investasi yang Likuid
Ketika memilih investasi, pertimbangkan untuk memilih instrumen yang likuid, misalnya saham perusahaan besar atau instrumen pasar uang. Langkah ini dapat membantu kamu untuk menjual aset dengan lebih mudah saat kamu membutuhkannya, ya.
Mempertimbangkan Kredit Revolving
Jika kamu memiliki bisnis, kamu perlu memiliki fasilitas kredit revolving yang akan membantumu mengatasi situasi darurat keuangan tanpa harus menjual aset secara mendadak.
Pantau dan Prediksi Kebutuhan Keuangan
Penting untuk selalu memantau kebutuhan keuanganmu. Sebab, langkah ini akan membantu kamu dalam merencanakan keuangan dengan lebih baik dan mengambil strategi untuk menjaga likuiditas bisnismu.
Contoh Risiko Likuiditas
Berikut adalah beberapa contoh yang bisa membantu kamu memahami risiko likuiditas dapat berdampak bagi bisnismu.
1. Saham Perusahaan Kecil dengan Volume Rendah
Kamu memiliki sejumlah besar saham dari perusahaan kecil yang jarang diperdagangkan di pasar saham. Ketika kamu ingin menjual saham tersebut karena ada kebutuhan mendesak, kamu mungkin kesulitan menemukan pembeli yang mau membeli dengan harga yang wajar. Akibatnya, kamu mungkin harus menjual saham dengan harga lebih rendah daripada yang seharusnya.
2. Obligasi Ritel yang Jarang Diperdagangkan
Kamu memiliki beberapa obligasi ritel yang memiliki volume perdagangan yang rendah. Ketika kamu ingin menjual obligasi tersebut sebelum jatuh tempo, mungkin sulit menemukan pembeli yang bersedia membeli dengan harga yang pantas. Akhirnya, kamu mungkin harus menjualnya dengan diskon sehingga mengakibatkan kerugian finansial.
Kesimpulan
Dalam dunia keuangan, risiko likuiditas adalah aspek penting yang perlu diperhitungkan dengan serius, ya. Dari penjelasan di atas, tentunya kamu mengerti bahwa risiko likuiditas muncul ketika aset atau instrumen keuangan sulit dijual dengan cepat tanpa mengorbankan nilai aset tersebut.
Dengan melakukan perencanaan investasi secara bijak, diversifikasi portofolio, dan memantau indikator-indikator likuiditas, kamu pun dapat mengurangi risiko likuiditas yang membawa dampak negatif pada keuanganmu.
Saat menghadapi risiko likuiditas, kamu perlu memiliki tools yang membantu operasional bisnismu. Inilah saatnya kamu memanfaatkan aplikasi majoo!
Aplikasi majoo adalah aplikasi wirausaha all in one berbasis cloud storage yang bisa digunakan untuk semua jenis bisnis. Dengan menggunakan aplikasi majoo, kamu tidak hanya mengelola bisnis secara efisien, tetapi juga memitigasi risiko likuiditas bisnismu.
Fitur-fitur yang ditawarkan aplikasi majoo untuk membantu operasional bisnismu, seperti fitur Point of Sales (POS), Customer Relationship Management (CRM), akuntansi, inventory, analisis bisnis, dan masih ada fitur lainnya.
Jadi, jangan biarkan risiko likuiditas merugikan bisnismu, ya!
Mulai sekarang, yuk, tingkatkan efisiensi kelola operasional bisnismu dengan menggunakan aplikasi majoo!
Sumber Data:
https://www.sas.com/id_id/insights/risk-management/liquidity-risk.html