3 Pemilik Usaha UMKM yang Maju, Ini Kisahnya Memulai Bisnis

Ditulis oleh Nisa Destiana

article thumbnail

Jeli melihat peluang dan berani memulai menjadi kunci dalam membangun bisnis.

Tidak sedikit pemilik usaha yang memulai bisnis dari nol, dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Terlepas dari keriuhan di dunia maya tentang fenomena yang diraih segelintir kalangan karena privilege yang dimilikinya, masih banyak sekali pemilik bisnis inspiratif yang merintis usahanya dari bawah. 

Kalau kamu masih ragu atau takut memulai bisnis, artikel ini untukmu. Temukan inspirasi dari para pemilik usaha di bawah ini dan segera #BebaskanLangkahmu untuk wujudkan bisnis impian!

Yasa Singgih: Bisnis Harus Fokus

Yasa Pramita Singgih atau Yasa Singgih adalah pemilik UMKM yang berhasil maju lewat pemasaran digital. Bergelut di bidang fesyen pria, nama Yasa besar bersama pertumbuhan brand Men’s Republic.

Namun, hal ini tentu bukanlah hasil kerja satu malam. Sebelum membangun Men’s Republic, Yasa pernah berjualan lampu hias, berbisnis kaos, bahkan mencoba membuka kafe.

Nasib bisnis yang berujung bangkrut membuat Yasa mengambil pelajaran penting: Bisnis perlu dijalankan secara fokus jika kamu ingin bisnis tersebut maju.

Karena itu, Yasa memutuskan fokus pada satu bisnis. Dari peluang yang dilihatnya saat berjualan kaus, Yas memutuskan fokus membangun Men’s Republic sebagai merek fesyen pria andalan.

Dipasarkan melalui berbagai kanal online, e-commerce, blog, Twitter, YouTube, dan Instagram, Men’s Republic pun berhasil diterima secara luas. Merek ini bahkan mengantar Yasa masuk dalam daftar 30 Under 30 majalah Forbes pada 2016.

Baca juga: Bagaimana Digital Marketing Bisa Membantumu Perluas Pasar?

Sayang sekali, setelah berhasil mendatangkan omzet ratusan juta per bulan, bisnis yang dibangun Yasa ini harus menemui ujungnya pada November 2021 lalu. Namun, apakah Yasa berhenti? 

Tentu tidak, pengusaha yang satu ini come back stronger dengan merek barunya, yaitu Republic. Masih bergerak di sektor fesyen pria, tetapi kali ini Yasa fokus pada sepatu dengan desain-desain kasual.

Reza Nurhilman: Produk ‘Inovatif’, Pemasaran Kreatif

Kalau kamu masuk ke minimarket atau supermarket, kamu mungkin menemukan keripik pedas Maicih. Sekarang ada kurang lebih 75 ribu bungkus keripik Maicih yang diproduksi setiap minggunya. Wajar saja jika kamu kerap menjumpainya di pasaran.

Namun, tentu bisnis ini tak dimulai dengan langsung produksi 75 ribu bungkus per minggu atau langsung mencapai omzet 7 miliar. Reza memulai usaha keripik ini dari nol. 

Setelah gagal berbisnis dari 2005-2009, mulai dari berjualan barang elektronik hingga berjualan pupuk, Reza akhirnya memulai usaha keripik pada 2010.

Maicih termasuk salah satu brand yang besar berkat pemasaran melalui media sosial.

Inovasi yang Reza lakukan sebetulnya sedikit twist saja, yaitu menghadirkan menu keripik dengan pedas bertingkat dari level 1-10. Kala itu, menu makanan pedas dengan level bertingkat belum lazim seperti sekarang sehingga keripik yang satu ini terasa unik.

Lebih dari itu, pada awal kemunculannya, keripik Maicih Reza pasarkan secara eksklusif melalui Twitter. Jadi, kala itu Maicih akan berpindah-pindah tempat semacam food truck dan informasi lokasinya diinformasikan melalui Twitter. 

Teknik pemasaran yang memberi kesan eksklusif bagi konsumennya ini berhasil membuat Maicih menjadi perbincangan. Merek keripik ini terus berkembang dari produksi 50 bungkus per hari, 2000 bungkus per hari, hingga seperti saat ini.

Baca juga: Reza Nurhilman dan Kesuksesan Media Sosial Keripik Maicih

Dea Valencia: Dari Cinta Jadi Cuan

Nama Dea Valencia mungkin hanya populer di kalangan pencinta batik. Perempuan muda ini adalah pemilik dari salah satu merek batik terkemuka, yaitu Batik Kultur.

Berawal dari kecintaannya terhadap batik lawas, Dea tergerak untuk berjualan batik. Dari hanya menjual koleksi batik milik sang ibu sampai akhirnya Dea memutuskan menjual busana batik hasil desainnya sendiri.

Mengandalkan Facebook dan Instagram, Batik Kultur sebagai sebuah UMKM merangkak dari hanya bisa menjual 20 potong per bulan hingga berhasil menjual lebih dari 500 potong batik.

Kini usaha yang Dea rintis dari nol ini sudah mempekerjakan 120 orang karyawan dan 50 orang di antaranya adalah penyandang disabilitas. 

Dari kisah-kisah di atas, kita bisa melihat bahwa memulai bisnis kadang tentang kejelian melihat peluang dan keberanian mengambil keputusan. Sedikit sekali cerita pemilik usaha yang langsung berhasil, hampir setiap orang mulai perlahan-lahan. 

Meskipun titik ‘start’ setiap orang berbeda, dengan kegigihan, kerja keras, dan alat bantu yang tepat, pemilik usaha mungkin tiba di garis ‘finish’. Jadi, kalau sekarang kamu sudah menilik peluang, langkah berikutnya ialah berani mengambil keputusan untuk menjalankan bisnis tersebut. 

Tidak lupa, pastikan langkahmu didukung oleh alat bantu yang membebaskanmu dari kerepotan pengelolaan operasional. Kabar baiknya, kini ada aplikasi POS majoo yang siap dukung para wirausaha.

majoo adalah aplikasi point of sale lengkap yang menawarkan berbagai fitur dan layanan yang akan memudahkan pemilik usaha dalam mengembangkan bisnisnya. Mau tahu lebih lanjut? Klik tautan berikut ini!

Yuk, berani melangkah bersama majoo

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo