Di tengah perkembangan teknologi dan hantaman pandemi, aktivitas pemasaran tentu banyak bergerak secara digital, melalui berbagai kampanye misalnya. Katakanlah kamu menjalankan suatu kampanye. Follower bertambah, pengunjung website meningkat, tetapi apakah itu berarti strategi pemasaran yang kamu jalankan benar-benar berhasil?
Dalam hal ini, hanya konsumen yang mampu benar-benar menilai berhasil atau tidaknya suatu kampanye pemasaran. Untuk dapat mengembangkan kampanye pemasaran yang sukses, kamu perlu memahami konsumen.
Pendekatan customer-centric
Memahami konsumen berarti mengedepankan keinginan dan kebutuhan konsumen. Inilah inti dari pendekatan customer-centric, menerapkan strategi pemasaran menggunakan pesan, produk, dan konten yang dipersonalisasi,. Tujuannya, memastikan konsumen memperoleh hal yang mereka cari.
Menempatkan kebutuhan konsumen sebagai fokus utama akan memperbaiki relasi dengan pemerhati brand-mu dan membangun basis pelanggan. Mengapa demikian? Karena konsumen suka diperlakukan istimewa.
Kebanyakan konsumen suka menerima perlakuan istimewa. Sebagian besar cenderung mau bertransaksi dengan bisnis yang memberikan pendekatan personal kepada para konsumennya.
Pada pendekatan customer-centric, bisnis berhenti memberi tahu apa yang konsumen butuhkan. Taktik pemasaran tradisional seperti ini sudah tidak menarik dan tidak dipercaya oleh konsumen.
Hal tersebut terbukti dari makin banyaknya konsumen yang tidak menyukai pop-up iklan. Cara-cara pemasaran tradisional sudah kurang diterima. Inilah saatnya melakukan pendekatan yang mengedepankan keinginan konsumen.
Alih-alih berusaha sedemikian rupa membuat konsumen terpapar dengan produk dan berharap membeli, pendekatan consumer-centric menyusun pesan, produk, dan konten secara unik. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari target konsumen.
Dalam kalimat sederhana, pendekatan ini benar-benar memberikan yang konsumen inginkan, bukan pemilik bisnis ‘kira’ konsumen inginkan. Sebagai contoh, Southwest Airlines, sebuah maskapai penerbangan Amerika telah melakukan pendekatan tersebut.
Maskapai ini tidak menyediakan layar video, kursi yang besar, atau makanan ‘mewah’ dan memberikan harga yang tidak masuk akal atas fasilitas tersebut. Namun, mereka lebih memilih tidak mensyaratkan biaya tambahan untuk bagasi atau perubahan tanggal keberangkatan. Bukankah hal ini yang konsumen butuhkan? Siapa yang dengan sukarela membayar biaya mahal untuk bagasi?
Pentingnya mengenali kebutuhan konsumen
Tentu kamu tidak dapat mengetahui kebutuhan konsumen dalam satu malam. Hal ini merupakan proses panjang. Seperti semua orang, konsumen bisnismu dinamis. Mereka berubah. Idealnya, seiring perubahan tersebut, bisnis pun beradaptasi.
Jeff Bezos, CEO dari Amazon, menyampaikan hal penting mengenai perspektifnya terhadap konsumen: Kami melihat konsumen seperti tamu undangan di pesta, kami adalah tuan rumah. Sudah menjadi tanggung jawab kami setiap hari untuk membuat setiap aspek penting dari pengalaman konsumen terus lebih baik. Dan kamu pasti setuju bahwa Amazon termasuk bisnis yang cukup tahu kebutuhan konsumennya.
Mengapa sangat penting memahami kebutuhan konsumen? Saat kamu dapat membuat konten atau produk yang secara unik sesuai dengan kebutuhan konsumen, mereka akan percaya dan merasa familier dengan brand-mu. Hal ini merupakan gerbang untuk memperoleh pelanggan setia.
Sudah bukan rahasia lagi, memiliki pelanggan setia merupakan keuntungan besar bagi bisnis. Tahukah kamu bahwa pelanggan setia sering kali berakhir dengan transaksi 10 kali lebih banyak dari transaksi awal yang mereka rencanakan.