Apa yang Membedakan Akuntansi Syariah dan Konvensional?

Ditulis oleh Ajar Pamungkas

article thumbnail

Akuntansi syariah dapat menjadi pilihan menarik untuk mengelola bisnis.

Sejak beberapa tahun terakhir, akuntansi syariah menjadi salah satu bidang yang cukup diminati. Pendapat tersebut sama sekali tidak berlebihan, kok, kita bisa melihatnya dari banyaknya bank syariah yang juga memiliki banyak nasabah.

Saking besarnya perhatian masyarakat pada penerapan prinsip syariah di bidang keuangan, pada 27 Januari 2021 lalu didirikan BSI atau Bank Syariah Indonesia yang merupakan gabungan dari tiga bank syariah besar: BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah.

Nah, sebenarnya apa, sih, yang membedakan akuntansi berprinsip syariah dengan yang dijalankan secara konvensional? Mengapa yang syariah juga banyak diminati? Yuk, kita bahas bersama-sama!

Akuntansi Syariah adalah …

Secara singkat, akuntansi syariah adalah akuntansi yang penerapannya juga mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah. Prinsip ini harus ada di setiap proses akuntansi yang dilakukan, mulai dari pencatatan hingga pelaporannya, barulah proses akuntansi tersebut dapat menyandang nama syariah.

Sudah barang tentu, prinsip-prinsip syariah yang dimaksud di sini didasarkan pada Al-Qur’an, khususnya surat Al-Baqarah ayat 282 yang juga menjadi ayat terpanjang di Al-Qur’an. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ada tiga prinsip dalam akuntansi yang sesuai syariat, yaitu prinsip pertanggungjawaban, keadilan, serta kebenaran.

Prinsip-prinsip ini menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan praktik bisnis, harus menyusun laporan keuangannya secara jujur. Tentu laporan keuangan akan sulit untuk disusun secara jujur apabila praktik bisnis yang dilakukan sendiri tidak dikelola dengan jujur, kan? Oleh karena itu, akuntansi syariah adalah konsep yang menyeluruh, tidak terbatas pada laporan keuangan akhir saja, tetapi juga keseluruhan praktik akuntansi tersebut.

Sebuah konsep yang menarik sekali, kan?

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Ekonomi Syariah dan Penerapannya

Apa yang Dimaksud dengan Konsep Akuntansi Syariah?

Nah, setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan menerapkan konsep syariah dalam praktik akuntansi, ada yang tahu, tidak, apa yang dimaksud dengan konsep akuntansi syariah itu sendiri?

Jika harus dijelaskan secara sederhana, konsep praktik akuntansi yang sesuai syariat adalah praktik akuntansi yang dilakukan dengan mengimplementasikan asas-asas syariah. Ada beberapa anggapan terkait asas-asas tersebut, Agriyanto, misalnya saja, dalam bukunya menjelaskan ada lima asas syariah yang harus diterapkan.

Kelima asas tersebut adalah asas keadilan (‘adalah), persaudaraan (ukhuwah), keseimbangan (tawazun), bersifat universal (syumuliah), dan juga berorientasi pada kemaslahatan (mashlahah). Apabila praktik akuntansi dilakukan dengan mencakup asas-asas ini, sesungguhnya praktik akuntansi tersebut sudah sesuai dengan syariat.

Nah, apa, sih, maksud dari setiap asas yang sudah disebutkan di atas? Bagaimana asas-asas tersebut bisa membentuk sebuah konsep akuntansi yang sudah sesuai dengan syariat? Langsung saja kita bahas pengertian tiap-tiap asas yang disebutkan ini, yuk!

1. Keadilan

Adil di sini tidak hanya terbatas pada bersikap adil dalam membagi sesuatu, ya, tetapi juga mencakup bersikap adil dalam memberikan sesuatu serta menempatkan dan memperlakukan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Selain itu, konsep adil yang menjadi asas syariah ini juga melarang seseorang untuk merugikan diri sendiri, orang lain, dan juga lingkungan. Itulah mengapa dalam perbankan syariah, kita tidak akan menemukan praktik riba seperti bunga dan semacamnya.

Bersikap adil dalam konteks ini juga mencakup melakukan kegiatan apa pun dengan dasar yang jelas dan tidak secara asal tanpa ada bahan pendukung atas keputusan tersebut. Dengan kata lain, dalam akuntansi yang dijalankan sesuai syariat, tidak boleh ada kegiatan yang sifatnya spekulatif.

Dari konsep adil tersebut, praktik akuntansi pun bisa terbebas dari tindakan-tindakan atau hal-hal yang dapat dianggap haram. Bagaimanapun juga, sesuatu yang haram dianggap dapat merugikan diri sendiri atau orang lain, sehingga tidak sesuai dengan syariat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap kegiatan yang dijalankan harus dilakukan secara halal.

2. Persaudaraan

Asas persaudaraan dalam konsep akuntansi syariah dapat dimaknai sebagai upaya tolong-menolong antarsaudara. Dalam konteks yang berbeda, asas persaudaraan ini kerap dilihat sebagai asas kebersamaan. Tidak salah, memang, karena prinsip-prinsip yang mendukungnya sebenarnya tidak jauh berbeda.

Dengan menganggap nasabah sebagai saudara, misalnya saja, pihak bank dapat memberikan ketentuan yang tidak memberatkan karena fokus pada upaya untuk menolong saudara. Sebaliknya, nasabah juga dapat lebih percaya kepada pihak bank selayaknya percaya kepada saudara sendiri.

Salah satu alasan lain mengapa asas ini dikedepankan dalam praktik akuntansi yang sesuai syariat adalah keinginan untuk tidak mencari keuntungan di atas kerugian orang lain, terlebih yang sudah dianggap sebagai saudara. Hal inilah yang juga memunculkan konsep kredit tanpa bunga berbunga atau bunga pinjaman yang mencekik.

Sebagai saudara, sudah sepatutnya kita tolong-menolong, bukannya justru mengambil keuntungan di atas penderitaannya. Asumsinya, orang yang mengambil pinjaman sedang kesulitan sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk menutup pengeluarannya, jika orang yang kesulitan tersebut juga mendapat beban tambahan dari praktik riba, tentu akan sangat merugikan sekali, kan?

Baca juga: Memahami Sistem dan Manfaat Akuntansi Perbankan

3. Keseimbangan

Asas keseimbangan perlu diterapkan untuk menekankan bahwa dalam praktik akuntansi yang dijalankan secara syariah, keseimbangan tidak hanya dapat direfleksikan dalam aspek privat dan publik maupun material dan spiritual semata, tetapi juga seimbang dalam artian keuntungan yang diperoleh dari kegiatan akuntansi tersebut dapat dinikmati oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya.

Bagaimana caranya, contohnya saja, nasabah yang mengajukan kredit bisa menikmati keuntungan dari pinjaman yang diambilnya, dan pihak bank pun juga memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut, sekalipun mungkin tidak menentukan bunga pinjaman agar terhindar dari riba. Dengan asas keseimbangan, tujuan ini pun dapat diusahakan untuk tercapai.

Keseimbangan juga diperlukan untuk memastikan agar pihak bank tidak cepat gulung tikar akibat terlalu mengedepankan spiritual tanpa peduli dengan material. Dengan demikian, asas ini tepat sekali diimplementasikan dalam praktik akuntansi yang ingin dilakukan secara syariah.

Ada lima asas akuntansi syariah yang harus diterapkan untuk memastikan bisnis berjalan sesuai syariat.

4. Universal

Akuntansi syariah harus menerapkan asas universal, yaitu tidak membeda-bedakan nasabah baik secara suku, agama, adat, ras, maupun golongan. Semua yang datang harus dilayani sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Dengan berpegang pada asas universal ini, kita bisa melihat banyak bank syariah yang memiliki beragam nasabah dengan segmen yang berbeda-beda. Sementara itu, tak sedikit pula nasabah yang memasrahkan keuangannya untuk dikelola oleh bank-bank syariah karena banyaknya manfaat yang diberikannya.

Sesungguhnya asas ini tidak hanya diterapkan oleh bank-bank yang menjalankan praktik akuntansi sesuai syariat saja, hampir semua bank dan lembaga keuangan lain pun umumnya menerapkan asas ini dalam menjalankan operasional bisnisnya. Lebih dari sekadar urusan uang dan keuntungan, tindakan membeda-bedakan nasabah yang datang ini bisa dikategorikan sebagai tindakan diskriminatif, sehingga praktiknya tidak diperkenankan.

Jadi, jangan takut atau ragu untuk menjadi nasabah bank syariah hanya karena memiliki agama yang berbeda, karena pada dasarnya kita akan tetap dilayani dengan kualitas layanan yang persis sama dengan nasabah lainnya.

5. Kemaslahatan

Meski mudah ditemukan di mana pun, asas kemaslahatan bisa dibilang konsep yang unik di Indonesia karena sangat berkaitan dengan ajaran agama. Apa, sih, yang dimaksud dengan kemaslahatan? Secara sederhana kita bisa menjelaskannya sebagai upaya untuk memberikan kebaikan dan manfaat secara duniawi maupun ukrawi.

Secara umum, ada dua hal yang harus dipenuhi agar sebuah kegiatan dianggap membawa kemaslahatan, yakni halal dan tayib. Maksudnya, kegiatan tersebut harus dijalankan sesuai syariat agar tetap halal, dan juga membawa kebaikan bagi setiap orang; apabila sudah memenuhi dua hal tersebut, barulah kegiatan akuntansi yang dilakukan dapat disebut menerapkan asas kemaslahatan.

Dalam menerapkan kelima asas tersebut saat menjalankan kegiatan akuntansi, muncul konsep syariah karena kegiatan akuntansi yang dijalankan dengan memperhatikan kelima asas ini akan menjadi sebuah kegiatan akuntansi yang sesuai dengan syariat.

Baca juga: Mengapa dan Kapan Diperlukan Adanya Rekonsiliasi Bank?

Apa Saja yang Menjadi Standar Akuntansi Syariah

Pertanyaannya berikutnya, apakah akuntansi yang dijalankan secara syariah memiliki standar tertentu yang harus dipatuhi? Apakah cukup dengan menerapkan kelima asas yang sudah disinggung di atas? Apa saja, sih, yang menjadi standar akuntansi syariah?

Tentu saja ada, dong! Standar yang kerap disingkat menjadi SAS ini bahkan masuk ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK, khususnya pada PSAK 100 hingga 106. Sebenarnya, standar-standar ini tidak jauh berbeda dengan standar-standar lain pada PSAK. Pengembangannya pun dilakukan dengan tetap mengikuti Standar Akuntansi Keuangan umum, hanya saja dilaksanakan dengan syariah sebagai dasarnya dengan mengacu pada fatwa MUI.

Standar Akuntansi Keuangan mencakup banyak hal, mulai dari kerangka konseptual, penyajian laporan keuangan syariah, akuntansi murabahah, musyarakah, mudharabah, salam, dan istishna.

Apa Tujuan Akuntansi Syariah?

Apa yang menjadi tujuan akuntansi syariah? Mengapa model akuntansi ini dikembangkan? Salah satu alasan utamanya tentu untuk menyediakan layanan keuangan yang memenuhi syariat hukum Islam sehingga umat muslim tidak lagi merasa takut atau khawatir saat harus menggunakan layanan yang disediakan oleh berbagai bank serta layanan keuangan lainnya.

Seperti yang kita ketahui, sebagian besar masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, di satu sisi, bisnis harus terus berjalan agar negara dapat terus berkembang. Mau tidak mau, pada waktunya setiap orang akan berurusan dengan lembaga keuangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tentu akan jadi masalah apabila banyak orang yang tak bisa melakukannya karena takut akan melanggar larangan agama, kan?

Di sisi lain, ketika dijalankan secara syariah, praktik akuntansi juga akan memunculkan akuntabilitas karena laporan keuangan yang disusun pun harus mengikuti ketentuan-ketentuan sesuai syariat. Hal ini pula yang menjadi tujuan akuntansi syariah, yaitu menyediakan penyajian laporan keuangan yang adil, benar, dan bertanggung jawab.

Apa Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional?

Jika kita simak kembali penjelasan-penjelasan di atas, sebenarnya tak ada banyak perbedaan akuntansi syariah dan konvensional berdasarkan layanannya. Hampir semua layanan yang disediakan oleh akuntansi konvensional dapat ditemukan pula dalam akuntansi yang dijalankan secara syariah.

Satu hal yang menjadi pembeda adalah diterapkannya prinsip-prinsip serta konsep syariah yang tak semuanya bisa ditemukan dalam akuntansi yang dijalankan secara konvensional. Salah satu contoh yang paling sering menjadi bahan perbincangan adalah adanya riba.

Dalam akuntansi konvensional, praktik riba dapat kita temukan dalam implementasi bunga pinjaman. Praktik ini tidak terjadi pada akuntansi yang dijalankan sesuai syariat, karena Islam bunga dipandang sebagai riba yang dapat merugikan nasabah. Dengan demikian, kita tidak akan menemukan bunga pada bank-bank atau lembaga keuangan lain yang dijalankan secara syariah.

Jika harus menjelaskan apa perbedaan akuntansi syariah dan konvensional yang paling utama, coba lihat apakah bank atau lembaga keuangan tersebut menerapkan konsep syariah beserta asas-asasnya dalam menjalankan operasional bisnisnya atau tidak? Untuk layanan yang diberikan, mungkin tidak banyak perbedaan, melainkan sekadar penyesuaian agar tetap sesuai dengan syariah.

Tidak perlu khawatir, jika memang dirasa lebih menguntungkan, tak ada salahnya juga, kok, untuk memilih akuntansi syariah. Sama seperti tak ada salahnya untuk memilih aplikasi majoo yang sudah dilengkapi dengan beragam fitur unggulan yang dapat mempermudah pengelolaan bisnis.

Yuk, gunakan aplikasi majoo sekarang juga!

Baca juga: Apa Itu Laporan Keuangan? Yuk, Pahami Sama-Sama!

Dapatkan Inspirasi Terbaru dari majoo

Subscribe untuk dapatkan berita, artikel, dan inspirasi bisnis di email kamu

Footer support

Pustaka majoo

Isi Form dibawah ini untuk download pustaka

format: 62xxxxxxxx
Batal
Icon close

Temukan Paket Paling Tepat untuk Bisnismu

Isi form berikut untuk membantu kami tentukan paket paling sesuai dengan jenis dan skala bisnismu.
solusi bisnis form

+62
Selamat datang di majoo 👋 Hubungi konsultan kami untuk pertanyaan dan info penawaran menarik
whatsapp logo